25. Siap Menerima Konsekuensi
"Pesawat jam berapa?" Teriak Ayna yang sedang menyeduh teh di pantry.
Imbang yang berada di kamarnya keluar mendengar teriakan Ayna. Menghampiri gadisnya itu di pantry. "Nggak usah kayak tarzan juga kali, Ay." Imbang berkacak pinggang dihadapan Ayna.
Ayna tersenyum tidak enak, "hehehe, maaf, maklum aku kan orang kampung yang biasa hidup di pantai, jadi biasa teriak-teriak."
Imbang menghampiri Ayna, mengambil segelas teh yang sudah diseduh Ayna. "Bukan masalah kamu biasa tinggal dimana. Tapi apartemen ini kecil, aku takut teriakanmu itu menganggu tetangga sebelah."
Ayna memutar bola matanya mendengar ucapan Imbang. Kecil dari arab? Besaran apartemen ini mungkin dari rumahnya. "Hmmm, segini aja kamu bilang kecil. Apalagi rumahku? Kotak korek api kayaknya itu. Dasar! Nggak bersyukur itu namanya jadi orang." Ayna malah mengomeli Imbang.
Imbang terkekeh mendengar omelan Ayna. "Becanda Ay, becanda!" Imbang berjalan menuju meja makan dan diikuti Ayna. "Kamu lagi dapet ya, Ay? Kok sensi gitu?"
"Siapa yang lagi dapet? Nggak kok." Elak Ayna.
"Lagi dapet juga nggak pa-pa kok, Ay. Biar nanti pas kita nikah, nggak ada alasan kamu, buat nolak aku saat malam pertama kita."
"Apaan sih? Siapa juga yang bakal nolak. Rugi kelezz." Ucap Ayna tanpa malu.
Imbang tersenyum mendengar jawaban Ayna. "That's why i love you, Ay. Kamu itu apa adanya. Nggak jaim-jaim jadi cewek." Ucap Imbang mengecup bibir Ayna.
"Ah, modus, bilang aja mau cium-cium makanya bilang that's why-that's why itu." Ucap Ayna tega.
"Kamu kok hobby banget merusak momen sih, Ay." Imbang berdecak sebal.
Gadisnya itu benar-benar perusak suasana, dimana-mana cewek itu paling suka kalau digombali, atau paling tidak akan tersipu-sipu ketika digombali atau mungkin dirayu pacarnya. Tapi tidak dengan Ayna, dia dengan teganya akan merusak momen yang telah dibangun susah payah. Dikiranya ngegombal itu gampang kali. Gombal kan juga butuh keahlian. Kalau gagal kan malu. Kalau di novel-novel akan ada tulisan 'krik krik krik' tanda apa yang kita lakukan itu garing, hingga membuat pasangan kita tidak bereaksi, bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.
"Oh, tadi itu lagi ngegombal ya? Ngerayu-ngerayu gitu? Kenapa nggak bilang sih, kasih kode gitu. Biar aku action, shy-shy cat karena udah kamu puji."
"Malas ngomong sama kamu, Ay. Nyebelinnya nggak tanggung-tanggung." Kesal Imbang, lalu meninggalkan meja makan.
Ayna tertawa karena telah berhasil menjahili pacarnya itu. "Hey! Kok kamu ngambek sih, Mbang, lagi PMS ya? Hahaha!" Teriak Ayna, diiringi tawa yang menggema memenuhi ruangan apartemen.
Gadis mana sih yang tidak tersipu kalau digombali pacarnya. Gadis mana sih yang tidak akan merona kalau dirayu pacarnya. Secuek-cueknya Ayna, dia tetep akan merona kalau digoda Imbang, dia akan malu kalau dirayu Imbang. Tapi, Ayna memang jago menutupinya dengan bersikap menyebalkan. Sehingga Imbang sering kesal dibuatnya.
Setelah menghabiskan secangkir teh dan setangkup roti, Ayna menghampiri Imbang yang tengah sibuk berkutat dengan laptop di kamarnya. "Mbang?" Panggil Ayna.
Imbang menoleh sekilas kemudian kembali sibuk dengan laptopnya. "Mbang, kamu ngambek ya?" Ayna duduk bersila disamping Imbang.
"Emang aku cewek?" Jawab Imbang ketus tanpa menoleh kearah Ayna.
"Imbang maaf, aku cuma becanda kok." Ayna mulai merayu Imbang. Biasanya cara ini sedikit ampuh. Rayu-rayu dikit, udah deh mereka baikan lagi.
Imbang menghentikan aktivitasnya, menutup laptop dan menaruhnya disamping kirinya. "Udah ke baca itu, Ay. Kalau aku males ngomong, pasti kamu rayu-rayu. Pasang puppy eyes. Kebiasaan kamu udah bisa ketebak. Jadi nggak mempan." Ucap Imbang tega, lalu berbaring membelakangi Ayna.
Ayna kontan melotot kaget melihat reaksi Imbang. Biasanya pacarnya itu akan mudah luluh kalau dirayu-rayu dikit. Maklum Ayna kan jarang manja-manja dan rayu-rayu gitu, jadi respon Imbang pasti cepat kalau Ayna udah manja-manja dikit. "Imbang," Ayna ikut berbaring disamping Imbang memeluknya dari belakang. "Mbang," lagi Ayna memanggil Imbang, menyurukkan kepalanya di punggung Imbang.
Tak ada reaksi dari Imbang. Sepertinya pria itu benar-benar ngambek. "Maaf, aku nggak maksud. Kamu tau kan, aku nggak biasa manja-manja gitu sama orang."
"Sama Ayah Ibu?"
"Itukan beda. Itukan keluarga. Aku seneng kok kalau kamu gombali, aku senang kok kalau kamu modusin, tapi aku malu makanya suka balas jutek gitu. Jadi kamu jangan ngambek ya Mbang." Ayna mentoel-toel punggung Imbang dengan jarinya. "Aku juga cinta kok sama kamu. Aku berdoa semoga kamu nggak sadar-sadar kalau udah cinta sama orang kayak aku, karena kalau kamu sadar kamu pasti segera ninggalin aku."
Imbang membalik tubuhnya menghadap Ayna, lalu menyentil dahi gadisnya itu. "Heh! Maksudnya apa itu, doain aku nggak sadar."
"Kamu sekarang kan lagi nggak sadar, makanya mau sama aku yang cuma operator biasa. Makanya aku doain kamu nggak usah sadar. Kalau kamu sadar, pasti kamu bakal ninggalin aku. Aku tuh cewek yang nggak bisa dibanggain loh Mbang. Cantik nggak, kaya nggak, pintar... biasa aja. Nyebelin iya, ngeselin iya,,Nothing special dari aku. Tapi? Kenapa kamu mau sama aku? Kamu pasti lagi nggak sadarkan Mbang?" Ayna berbicara dengan airmata yang sudah mengucur deras.
Imbang segera memeluk gadisnya itu, mengusap punggungnya, menenangkan. "Hey, kamu kenapa? Kenapa bicara seperti itu." Ucap Imbang diantara pelukannya. Heran, tadi gadisnya mencandainya, namun sekarang malah banjir air mata.
Ayna menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ia tidak tahu mengapa bisa seperti itu. Kenapa tiba-tiba ia bisa menjadi begitu labil. "Kamu nggak lagi ngerjain aku kan, Ay?" Tanya Imbang curiga. Ya, siapa tahu menangis termasuk skenario Ayna.
Ayna memukul dada Imbang pelan. "Yang suka usilkan, kamu. Bukan aku." Ucapnya dengan suara tertahan, karena berada dalam pelukan Imbang.
Imbang melepaskan pelukannya hingga ia bisa melihat wajah gadisnya itu dengan jelas, lalu mengusap sisa-sisa air mata yang masih mengalir di sudut matanya. "Kenapa kamu bisa ngomong kayak gitu. Hmm? Padahal tadi kita kan lagi bercanda?" Tanyanya, menyingkirkan rambut yang menempel di pipi Ayna karena terkena airmata.
Ayna menggeleng, "nggak tau. Tiba tiba aku ngerasa nggak pantas buat kamu yang sempurna. Apalah aku ini cuma se ..." Imbang memotong ucapan Ayna dengan mengecup bibirnya.
"Itu hanya pikiran jelek mu aja, Ay. Nggak ada manusia yang sempurna. Apalagi aku. Makanya aku milih kamu untuk melengkapi ku agar menjadikan ku sempurna. Karena sempurna ku, hanya saat bersamamu, dan tanpa kamu, aku bukanlah Imbang si Tuan Sempurna. Jadi, berhentilah untuk berpikiran yang tidak-tidak." Kembali Imbang mengecup bibir Ayna. "Mengerti? Berhentilah untuk berpikiran yang aneh-aneh. Apalagi mendengarkan omongan-omongan yang tidak bermutu dari orang-orang yang tidak tau tentang kehidupan kita." Ucap Imbang kemudian menciumi kedua mata Ayna, lalu hidung dan terakhir bibirnya.
Ayna menatap Imbang, setelah ciuman yang mereka lakukan. "Terimakasih untuk memberikan hatimu untukku. Terimakasih karena mencintai ku dengan tulus. Dan terimakasih karena memilihku. Aku cinta kamu." Ayna menyatukan bibir mereka kembali, memimpin dalam ciuman mereka kali ini.
***
"Kelihatan nggak Mbang, kalau mataku bengkak?" Tanya Ayna entah untuk ke berapa kali.
Mereka dalam perjalanan ke Bandara Hang Nadim untuk menjemput Ibu Imbang.
Akhirnya, setelah sekian lama, Ayna bisa bertemu dengan calon Ibu mertuanya secara langsung.
"Ya, palingan nanti aku yang dimarahi Ibu karena membuat menantu kesayangannya menangis." Ucap Imbang, tetep fokus dengan jalanan yang ada didepan mereka.
"Lah apa hubungannya?" Tanya Ayna tidak mengerti.
"Iya lah , Ibu pasti ngira aku jahatin kamu makanya kamu nangis."Imbang menghentikan laju kendaraan nya karena lampu merah. "Bibir kamu juga bengkak loh, Ay. Nggak nanyain juga?" Imbang tersenyum menggoda.
Ayna segera memegang bibirnya, "bengkak banget ya?" Tanyanya polos.
"Bengkak banget sih enggak, tapi kalau kamu mau, aku bisa bikin bengkak kok. Mau?" Imbang mencondongkan tubuhnya ke arah Ayna.
Ayna segera menahan tubuh Imbang, "Apaan sih, Mbang. Modusnya nggak liat tempat. Jalan gih, lampunya udah mau hijau tuh." Tunjuk Ayna kearah lampu lalu lintas yang berwarna kuning
"Dikit aja, Ay." Goda Imbang. Masih mencondongkan tubuhnya berusaha mencium Ayna.
"Mbang, jangan mulai lagi deh!" Ayna menahan wajah Imbang yang sudah dekat dengan wajahnya.
"Iya, iya. Pelit banget sih. Kissing di mobil itu asyik loh, Ay." Ucap Imbang namun tetap kembali duduk seperti semula dan melajukan mobilnya.
"Kissing dimanapun itu asik, asalkan sama orang yang kita cinta." Ayna berucap tanpa melihat Imbang yang melongo menatapnya.
"Ay, itu kamu? Kok bisa?" Imbang Speechless mendengar kata kata Ayna. Jarang-jarang gadisnya itu berkata seperti itu.
Ayna mengangkat bahu tanda tak peduli. "Perhatiin jalan, ntar tabrakan!" Ucapnya kemudian.
"Ayna." Panggil Imbang setelah beberapa tak ada pembicaraan antara mereka.
"Hmmm," gumam Ayna sebagai jawaban.
"Kamu apain mobil Nayaka?" Tanya Imbang tiba-tiba.
"Apa?" Ayna kaget mendengar pertanyaan Imbang.
"Aku tau Ayna, aku tau apa yang udah kamu lakuin. Karena aku lihat semuanya." Ucap Imbang kemudian.
"Imbang sorry! Aku nggak bermaksud libatin kamu. Aku bersedia kok kena sangsi, atas semua keusilanku."
"Iya, nanti aku kasih kamu hukuman." Ucap Imbang pelan.
Ayna hanya mengangguk mengerti. Ia tahu tindakannya kemaren memang keterlaluan hingga ia tidak bisa melakukan pembelaan. Meskipun semua ia lakukan karena kesal mendengar ucapan Nayaka tapi tetep saja apa yang ia lakukan salah. Dan ia siap menerima konsekuensinya.
Setelahnya tidak ada lagi pembicaraan antara mereka hingga mobil yang dikendarai Imbang memasuki kawasan bandar Hang Nadim.
Pendek banget kan yaaa, sorry gaess. Ku ngetiknya nyambi jadi dapetnya cuma sedikit. Nikmati aja ya gaess. Happy reading.
Oh ya, typo nya masih bertebaran, jadi harap maklum ya gaess.
With love,
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top