17. Hot Gosip
"Berapa hari kamu unfit leave nya?" Tanya Ayna saat membantu memasukkan baju -baju Imbang kedalam tas.
Hari ini Imbang pulang, setelah 3 hari dirawat dirumah sakit.
"Pokoknya senin depan aku baru masuk. Lumayan, aku bisa istirahat lama." Imbang merentangkan tangannya senang.
Sepertinya pria itu sangat bersyukur diberi sakit. Buktinya ia bisa tersenyum senang. Mungkin sakit membawa berkah adalah motto hidup Imbang. Karena sakit ia bisa terbebas dari kesibukannya yang banyak. Dan karena sakit, Ayna yang beberapa hari menghilang kembali dengan sukarela.
Ayna hanya tersenyum melihat tingkah Imbang. "Diberi sakit aja kamu bisa senang kayak gitu. Apalagi diberi libur pasti tambah senang." Goda Ayna.
"Lumayanlah, aku bisa istirahat. Nah, ngomong-ngomong soal libur ya, Ay. Kapan kita bisa libur bareng. Terserah kamu mau kemana yang penting ada aku dan kamu." Tiba-tiba Imbang menelurkan idenya.
"Libur? Bareng?" Ayna yang telah selesai memasukkan barang-barang Imbang mendekat, dan duduk di ranjang, disamping Imbang.
"Iya. Liburan bareng." Imbang merangkul Ayna. "Kita kan nggak pernah pergi libur berdua. Atau kita ke kampungmu aja gimana? Aku kan belum pernah kesana. Kayaknya seru." Usul Imbang kemudian.
Ayna yang kaget dengan ide Imbang langsung berseru, "Nggak ah, ngapain liburan ke kampung ku. Nggak ada yang seru. Mending ketempat lain aja. Ke Padang, misalnya?" Ucap Ayna kemudian.
"Kalau kamu mengelak kayak gini, liburan ke kampungmu adalah pilihan yang tepat. Dan soal liburan ketempat lain seperti ke Padang, hmmm, boleh masuk list liburan kita. Tapi ke tempat calon mertua menurutku itu lebih penting." Imbang mengusap kepala Ayna yang tengah cemberut disampingnya.
"Dasar pelit. Liburan kok ke kampungku yang modalnya nggak sampe cepek." Rutuk Ayna. "Kalau emang niat itu, ngajak ketempat yang belum pernah aku datangin gitu, yang rada jauhan dikit kek." Ayna bersungut, lalu merebahkan tubuhnya diranjang, dengan kaki yang masih menjuntai ke lantai. Dan membenamkan wajahnya ke bantal. Ayna kesal.
Imbang terkekeh mendengar gerutuan Ayna. Menepuk bokong gadis itu, Imbang berucap, "Hey! Nggak sopan. Duduk yang benar." Ingat Imbang.
Dengan masih bersungut, Ayna kembali duduk. "Udah, puas!" Ucapnya kemudian.
"Masa aku ngajak jalan anak orang tapi nggak izin orangtuanya. Jadi aku mau kenalan sama keluarga mu dulu, setelah itu baru kita bisa pergi kemanapun yang kamu mau." Bisik Imbang di telinga Ayna, lalu mengecup leher samping Ayna.
"Terserah yang punya duit ajalah. Yang nebeng mah, ngikut aja." Ucap Ayna.
"Jangan sewot dong Ay, lagian kenapa kamu takut ngenalin aku ke orang tuamu. Kan bagus sebenarnya." Imbang heran aja dengan Ayna, banyakan cewek malah memaksa cowoknya untuk dikenalkan dengan orang tuanya, nah gadis ini malah kebalikannya. Aneh.
"Bagus sih. Tapi kamu nggak tau aja. Kalau di kampungku itu, ketika kita bawa laki-laki pulang, orang mikirnya udah mau kawin aja. Kalau nanti nggak jadi sama itu lelaki, bisa rame gosipnya. Kan bikin malu." Jelas Ayna.
Di kampung Ayna itu gosip cepat tersebar. Ya, maklumlah cuma pulau kecil ini. Penduduknya aja cuma sedikit. Saking kecilnya, di kampungnya itu kemana mana cuma naik becak, tidak ada mobil. Kalau lagi rajin, jalan kaki juga bisa.
"Aku serius Ayna. Semua kembali lagi ke kamu. Kapanpun kamu siap, aku langsung lamar kamu." Yakin Imbang.
"Aku tau. Tapi aku kan masih kecil, masih egois." Ayna masih belum bisa mengambil keputusan penting untuk hidupnya itu.
"Masa sih kecil? Gak ah, pas kok." Imbang berbisik di telinga Ayna. "Kamu itukan anak kecil yang udah bisa bikin anak?" Lanjut Imbang. Dan langsung mendapat cubitan dari Ayna ketika berkata seperti itu.
"Ya ampuuun, mulutnya." Ayna berdecak sebal.
"Kenapa emang mulut ku? Kamu kan udah sering nyoba. Udah tau kan gimana rasanya." Goda Imbang. Tangannya sibuk mengusap bekas cubitan Ayna di perutnya
"Udah ah, malas ngomong sama kamu." Ayna beranjak dari duduknya. Menuju kamar mandi yang ada disudut ruangan.
"Yah, kabur. Nggak asik banget sih Ay." Teriak Imbang yang dihadiahi bantingan pintu dari Ayna.
Imbang tertawa di tempatnya. Ayna adalah sumber bahagianya. Cukup ada Ayna disampingnya, maka hilanglah semua penatnya. Menjahili Ayna adalah salah satu caranya. Ayna yang galak, Ayna yang suka ngambek, dan semua sifat labil Ayna adalah hal yang bisa Imbang gunakan untuk mengusili gadis itu hingga membuatnya terhibur. Bahagia itu sesimpel itu menurut Imbang.
***
"Ay, sini dulu deh." Imbang duduk di sofa di ruang santai. Mereka baru saja sampai di apartemen.
"Kenapa sih? Manja banget deh." Ayna yang baru dari kamar tidur, duduk disamping Imbang.
"Cuma sama kamu kok Ay, aku manja-manjanya. Kalau sama yang lain aku galak." Imbang menarik Ayna mendekat padanya, memeluk gadisnya sehingga kepala Ayna bersandar tepat di dadanya.
"Aku jadi ngantuk loh Mbang, kalau dengar suara detak jantungmu ini." Ayna menaruh telapak tangannya didada Imbang mengusapnya pelan.
"Ya udah, tidur aja. Atau perlu aku nyanyiin lagu." Imbang mengusap punggung Ayna, memberi kenyamanan.
"Nggak mau ah, tidur di sini capek. Aku mau tidur di kamar aja." Ayna berusaha melepaskan pelukan Imbang.
"Bentaran aja Ay, lima belas menit." Imbang memeluk tubuh Ayna lebih erat sehingga Ayna berhenti untuk meronta.
"Manja banget sih. Dari kemaren peluk-peluk terus." Sewot Ayna, namun tetap membalas pelukan Imbang.
Setelah beberapa saat Imbang melepaskan pelukan nya. "Makasih ya, Ay. Sekarang kamu boleh tidur. Aku nggak akan ganggu." Ucap Imbang, lalu membiarkan Ayna berjalan ke kamarnya hendak tidur.
***
Suara denting sendok yang beradu dengan tray membuat suasana kantin yang sudah ramai oleh celotehan orang-orang menjadi tambah ramai.
Di sebuah meja, Ayna dan tiga orang temannya tengah duduk menyantap jatah makan malamnya. Break baru berjalan 10 menit, masih banyak sisa waktu untuk Ayna tidur.
"Buru-buru amat sih Ay, mau kemana sih?" Nana yang duduk disamping Ayna bersuara.
"Mau tidur. Aku ngantuk." Ucap Ayna bersiap-siap meninggalkan meja hendak menaruh tray nya.
"Emang kamu nggak tidur tadi siang? Kelayapan kemana?" Melly langsung kepo.
Ayna melirik Melly sekilas, seniornya itu punya penyakit kepo akut, untung saja Ayna orangnya cuek, jadi ketika kekepoan Melly kumat, Ayna hanya diam mengabaikan. Ayna paling malas curhat dengan orang kepo seperti Melly, nanti kalau dia ember kan berabe. Jadi cukup Falsa yang Ayna jadikan teman curhat. Sudah pasti dia nggak bakalan ember. Wong kelakuan mereka sama. Jadi ember sama dengan membuka aib sendiri.
"Tidur, tapi cuma sebentar. Jadi aku ngantuk. Duluan ya." Pamit Ayna, lalu melangkah meninggalkan kantin.
Lumayan. Ia masih punya waktu banyak untuk tidur, pikir Ayna. Namun langkah Ayna terhenti ketika Nana memanggilnya dan berkat dia punya gosip hangat menyangkut Ayna.
"Ini gosip hangat tentang mu Ayna. Ada yang menyebarkan gosip kalau kamu hamil." Bisik Nana ketika Ayna telah duduk kembali disampingnya.
Untung saja Ayna tidak memegang apapun di tangannya. Sehingga tidak ada yang harus ia banting ketika mendengar gosip itu. Ayna kesal. Ia marah. Berani-beraninya orang sialan itu menyebarkan berita murahan itu.
Nana mengusap bahu Ayna yang sedang dilanda emosi, bermaksud memberikan ketenangan.
"Kamu dengar dari mana?" Tanya Ayna. Tangannya gemetar karena menahan emosinya.
"Kayaknya orang satu gedung udah tau deh." Ucap Zahara yang duduk didepan Ayna.
"Serius??" Ayna tampak kaget mendengarnya. Kemana saja dirinya hingga tidak mendengar gosip itu.
"Iya." Melly membenarkan. "Mungkin karena kejadian beberapa waktu lalu, yang kamu muntah-muntah itu."
Ingatan Ayna kembali pada saat dimana ia sakit beberapa hari yang lalu. "Trus darimana mereka mengambil kesimpulan seperti itu." Tanya Ayna heran.
"Waktu kamu pulang, ada yang liat kamu dijemput pake mobil. Dan hari hari setelahnya kamu kan rada murung gitu. Jadi mereka dengan gampangnya menyimpulkan kalau kamu hamil, trus cowoknya nggak mau tanggung jawab." Nana menceritakan gosip yang dia ketahui.
"Gilaaa!!! Pada cocok jadi sutradara orang-orang itu." Ayna berseru.
"Trus, sekarang kamu mau gimana?" Zahara menanyakan tindakan yang akan Ayna ambil kedepannya.
"Biar aja lah, malas juga aku ngurusin hal yang kayak gitu." Ucap Ayna acuh. Awalnya Ayna memang emosi mendengar gosip tersebut. Tapi, kalau dipikir-pikir lagi, percuma saja dia membela diri, toh mereka akan melakukan berbagai cara untuk mencela. Biarkan fakta yang berbicara. Kalau benar dia hamil, nanti juga akan ada buktinya.
"Serius!!" Serempak ketiga temannya bersuara ketika Ayna berkata seperti itu. Padahal reaksi pertama Ayna ketika mendengar Nana menyampaikan gosip itu sangatlah berbeda. Ia terlihat emosi dan marah. Namun dalam sekejap Ayna bisa mengendalikan emosinya.
"Iya," ucap Ayna mantap. "Udah ah, aku mau balik. Aku mau tidur, ngantuk." Ayna kembali berdiri dan kali ini meninggalkan teman-temannya yang hanya terbengong di meja.
Sorry untuk typo. Hope you like it.
With love,
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top