13. Moody-an

"Perasaan baru kemaren kamu beli raket. Sekarang beli lagi." bisik Ayna di telinga Imbang.

Saat ini Ayna sedang menemani Imbang disebuah Sport Store yang ada di Batam Centre.

"Raket soft tennis ku kan masih sedikit, Ay. Baru dua pieces." jawab Imbang yang tengah memilih raket yang diinginkannya.

"Emang beda ya, tennis sama soft tennis?"

"Jawaban simple aja ya, Ay. Iya beda. Dari ukuran raket nya aja udah beda. Apalagi peraturan mainnya."

"Apa nggak bisa pake raket tennis biasa?"

"Kalau nggak malu sih bisa aja." Jawab Imbang sekenanya.

"Mbang, iih." Ayna mencubit perut Imbang kesal. "Kamu nggak suka ya aku tanya-tanya." ucap Ayna kesal sebelum menjauh dari Imbang. Kemudian duduk di kursi yang disediakan untuk pengunjung Sport Store. Imbang itu kalau sudah menyangkut hobby sifat cueknya akan kumat. Bikin kesel!

Sementara Imbang hanya melirik sekilas, membiarkan Ayna yang tengah merajuk. Tetap fokus memilih raket yang diinginkannya. Mau apalagi, dibujuk pun akan lama prosesnya. Mending Imbang konsen dengan raket nya. Biar cepat kelar dan setelahnya baru membujuk Ayna.

"Ayok, kita cari makan!" Imbang berdiri didepan Ayna yang sedang asik dengan tab nya, bermain ludo.

"Udah?" Ayna menghentikan permainannya lalu memasukkan tab kedalam tas. "Mana raket nya?" Tanya Ayna, karena dilihatnya Imbang tidak membawa apa-apa.

"Lagi dipasang string nya." Imbang menggenggam tangan Ayna, membawa Ayna keluar dari toko.

"Trus kapan diambilnya?"

Imbang membukakan pintu mobil untuk Ayna, menutupinya kembali setelah memastikan Ayna duduk dengan benar, kemudian mengitari mobil menuju pintu kemudi. "Pasang string nya lama. Jadi makan dulu aja." Ucap Imbang setelah duduk dibalik kemudi.

"Balik lagi dong kita nanti?" Ayna yang sudah memasang seat belt duduk menghadap Imbang.

"Iya, daripada kamu tambah ngambek karena kelamaan nunggu di sana, lebih baik kita makan dulu." Imbang mulai melajukan mobilnya menuju tempat makan yang diinginkannya.

"Aku nggak ngambek. Aku cuma kesel aja sama kamu. Kalau udah berhubungan ama basket dan tenis, udah lah, aku dianaktirikan." Ucap Ayna dengan bibir mengerucut dan pipi menggembung.

Imbang tertawa melihat gaya ngambek Ayna yang mirip sekali dengan anak kecil. "Lupa satu gaya itu, Ay. Tangan bersedekap di dada." Ledek Imbang yang diiringi dengan tawa.

Ayna yang merasa diledek, memukul Imbang gemas. "Yaaa, ledek aja terus. Makanya jangan pacaran sama aku. Ngambeknya nggak elit." Lalu Ayna mengubah posisi duduknya yang semula menghadap Imbang menjadi membelakangi Imbang menatap jalanan.

"Ay, masa aku dipunggungi, sih?" Imbang mencolek bahu Ayna, bermaksud menggoda.

Ayna mengedikan bahu tanda kesal, "Udah ah, aku lagi malas sama kamu, nyetir aja yang bener!" Ayna menyandarkan kepalanya di sandaran kursi, masih membelakangi Imbang.

"Ayolah, Ay, jangan ngambek. Aku minta maaf." Ucap Imbang masih mencoba merayu. "Ayna, please! Jangan ngambek lagi dong. Aku nggak tau musti ngebujuk kamu kayak apa." Imbang mengusap bahu Ayna.

Imbang paling tidak bisa rayu-merayu. Dia tak punya keahlian itu.

"Ukrayna, please!" Imbang menepikan mobil yang dikendarainya.

"Apa?" Ucap Ayna tanpa menatap Imbang.

"Jangan ngambek lagi dan maafin aku."

"Oke!"

"Lihat aku Ayna, biar aku tahu kamu benar-benar memaafkan ku."

"Iya, aku maafin kamu. Tapi sekarang aku masih kesel sama kamu. Jadi aku nggak mau ngomong sama kamu. Nanti kalau keselku udah hilang, aku ngomong lagi. Jadi sekarang, hidupkan mobilnya, karena aku sudah lapar." Ayna merubah posisi duduknya menghadap depan, sehingga ia tidak membelakangi Imbang lagi.

Imbang menarik nafas lega, lalu melajukan mobilnya menuju tempat makan tujuannya. Sepertinya mood Ayna sedang jelek. Dan Imbang hanya bisa maklum. Karena ini bukan kali pertama Ayna tidak mau berbicara padanya kalau sedang kesal.

"Mau makan apa?" Tanya Imbang. Mereka tengah berada di sebuah kafe langganan mereka.

"Terserah aja. Yang penting aku kenyang." Sepertinya mood Ayna belum kembali, terlihat dari jawabannya yang masih ketus.

Tanpa banyak tanya lagi Imbang memesankan menu yang biasa dimakan Ayna jika mereka ke kafe ini.

"Hari sabtu aku tanding, kamu temenin ya, Ay." Imbang membuka pembicaraan.

"Tanding? Kejuaraan apa?"

"Iya tanding, antar PT aja. Basket."

"Kalau aku nggak OT ya? Jam berapa?" Tanya Ayna mulai antusias. Sepertinya mood gadis itu sudah kembali.

"Jam 5, kamu harus liat keahlianku mendribble bola." Ucap Imbang mulai sombong, diiringi dengan senyum melihat Ayna yang tidak bad mood lagi.

"Beuhh, sombong. Bilang aja mau pamer kalau fans mu banyak. Iya apa Iya?" Ayna tersenyum menggoda.

"Aku nggak butuh seribu fans. Yang ku butuh cuma kamu, Ay. Nggak ada artinya mereka buatku. Kamu seorang sudah lebih dari cukup." Imbang memulai gombalan recehnya.

"Receh!" ledek Ayna melempar gumpalan tisu yang sudah diremuknya.

Imbang mengelak dari lemparan Ayna lalu tersenyum kearah gadisnya itu. "Aku seneng kamu nggak bete lagi. Aku nggak ngerti cara bujukin orang yang lagi bete. Dan aku nggak suka liat kamu diam nggak mau ngomong, aku lebih suka liat kamu cerewet, jutek atau bahkan ngamuk daripada kamu diam kayak tadi." Ucap Imbang menggenggam tangan Ayna, lalu mengusap punggung tangan gadisnya itu dengan ibu jarinya.

"Maaf, aku emang moody-an." Sesal Ayna.

"Nggak apa apa. Asal jangan lama-lama aja. Aku nggak bisa kalau dicuekin sama kamu." Ucap Imbang maklum.

Pacaran dengan Ayna yang masih abg, membuat Imbang harus ekstra sabar. Pacarnya itu bukan tipe gadis yang manja. Ayna itu lebih kepada moody-an. Kalau moodnya sedang down. Dia tidak boleh diganggu barang sedikitpun. Kalau tidak dia akan mengamuk dan marah tak jelas. Diamkan saja dan beri coklat. Dijamin moodnya cepat kembali. Darimana Imbang tahu? Falsa yang menceritakan. Tapi Imbang belum pernah mempraktekkan itu. Selama ini Imbang hanya diam, menunggu mood Ayna kembali.

***

Sabtu telah datang. Masih dengan pakaian kerjanya, Ayna dan beberapa orang temannya menyaksikan pertandingan basket antar PT. Dan saat ini yang tengah bertanding adalah Kyoto Company dan Atalanta Company.

Dengan semangat Ayna meneriakkan nama Imbang sebagaimana yang dilakukan oleh teman-temannya.

"Gilaaaa, Pak Imbang liat kesini." Seru Nana.

"Dia dengar suara aku kayaknya, makanya ngelihat kemari." Melly menimpali.

"Sial!! tambah hawt aja pak Imbang kalau keringatan gitu. Uchhh, mau dong gue jadi lapnya." Timpal Maya yang kali ini ikut bergabung.

Ayna mengabaikan teman-temannya yang mengoceh, entah tentang apa. Fokus menatap Imbang yang sedang mendribble bola dan mengopernya ke arah Dunny.

"Eh, lihat, anak Atalanta yang itu keren juga." Terdengar suara Nana menunjuk entah siapa yang tengah bermain dilapangan.

"Boleh juga tuh. Pasti rombongan bos juga, secara tim basket Kyoto kan para bos jadi aku rasa dia juga." Ucap Melly sok tahu.

"Sok tahu kamu Mel. Aku kenal itu orang, tetanggaku itu." Ucap Maya yang berada disamping Melly.

"Jadi apa dong, kalau bukan bos?" Tanya Melly penasaran.

"Maintainance. Ramah kok orangnya. Sayang aja aku udah punya pacar, kalau nggak, udah ku jadiin pacar dia." Ucap Maya sombong.

"Lagak mu, Mbol." Ledek Melly. Maya itu nama panjangnya Tri Mayasari. Paling kesel kalau dipanggil Tri, karena teman temannya suka memplesetkan jadi Trimbol.

"Melly, sialan! Jangan panggil aku Mbol." Maya bersungut-sungut marah.

Ayna hanya bisa geleng-geleng kepala melihat ulah usil Melly.

***

Akhirnya setelah satu jam Ayna berada dilapangan menyaksikan pertandingan, Ayna memutuskan untuk pulang. Capek juga berdiri dan teriak-teriak. Dan kalau bukan karena Imbang yang main mana mau Ayna capek-capek kayak gitu. Ini salah satu bentuk pengorbanan Ayna sebagai pacar. Iya, berkorban itu banyak macamnya dan menurut Ayna ini adalah salah satunya. Memberikan support.

"Faaal," teriak Ayna diambang pintu. "Falsaaaa," lagi Ayna mengulangi teriakkannya.

"Apaan sih Ay, teriak-teriak, kamu pikir ini hutan." Omel Falsa yang sedang selonjoran didepan TV.

"Kode itu, Fal. Siapa tahu kamu lagi pelukan ama pacar mu. Jadi aku nggak shock lihatnya." Ayna tersenyum menggoda Falsa. Lalu ikut selonjoran disamping Falsa.

"Kamu kali sama Imbang sering kayak gitu, makanya ..." Falsa menggantung kalimatnya balik menggoda Ayna.

"Mana ada?" Ayna tersipu mendengar godaan dari Falsa.

"Adapun nggak apa-apa. Tapi ... jangan sampai berkembang biak aja, Ay." Lanjut Falsa diiringi tawa.

"Apa-apaan sih Fal." Ayna hanya menunduk malu mendengar godaan Falsa.

Ayna tak mau munafik gaya pacarannya dengan Imbang memang tergolong berani. Tapi Ayna masih ingat batasannya. Ia tidak akan memberikan sesuatu, yang hanya akan diberikannya pada suaminya kelak. Dan semoga itu Imbang.

"Sebagai teman dan orang yang menganggap mu adik. Aku cuma bisa mengingatkan untuk hati-hati. Jangan sampai kebablasan. Karena akupun seperti itu. Aku bukan orang suci yang bisa menahan hawa nafsu ku. Jadi pilihan terbaik adalah berhati-hati agar tidak kelepasan. Atau nikah adalah solusi paling aman. Bukankah Imbang serius dan mau menikah denganmu." Tanya Falsa kemudian.

Ayna yang sedari tadi menunduk mengangkat kepalanya menatap Falsa. "Aku nggak mau nikah hanya untuk menyalurkan hawa nafsu ku. Agar aku bebas bercinta tanpa takut mendengar omongan orang. Menikah bagiku bukan hanya masalah sex. Banyak faktor utama yang harus aku pikirkan. Aku belum yakin dengan hubunganku dan Imbang. Bukan karena Imbang, tapi karena aku tidak yakin pada diriku sendiri. Aku butuh meyakinkan diriku dulu, baru aku bisa menapaki satu langkah lagi dengan Imbang." Jelas Ayna.

Ayna tahu Imbang serius dengannya, tapi Ayna butuh meyakinkan dirinya dulu untuk mau melangkah ke jenjang yang lebih serius. Bagi Ayna menikah itu bukan hanya mengenai kesiapan materi, tapi mental lebih utama. Ia tak mau gegabah dalam mengambil keputusan dan menyesal dikemudian hari.

"Ngomong-ngomong nggak malam mingguan nih?"

"Nggak tau, capek kali dia kan habis tanding." Ayna merebahkan badannya di kasur.

"Tanding apa? Tenis?" Falsa pun ikut merebahkan badannya.

"Bukan, basket." Jawab Ayna.

"Ya udah kalau kamu nggak malam mingguan, kita ke Barelang aja, makan jagung bakar." Usul Falsa tiba tiba.

"Okey, sepertinya itu ide yang bagus. Btw, emang kamu nggak malam mingguan?" Tanya Ayna.

"Nggak. Dia lagi ke Karimun." Beritahu Falsa.

"Ya udah, aku mau mandi biar kita bisa segera berangkat."

Ayna segera beranjak meninggalkan Falsa. Tak ada salahnya malam minggu kali ini dihabiskannya bersama Falsa. Mengulang masa lalu. Menghabiskan malam minggu bersama.





Sorry for typo.

With love,


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top