12. Cinta Sejati

Panggilan ditujukan kepada saudari Ukrayna, ditunggu kedatangannya di trial room sekarang juga. Terima kasih.

Sial! Ayna mengumpat mendengar suara dari paging sistem. Pasti Nayaka yang punya ulah. Siapa lagi yang melakukan panggilan untuk dirinya kalau bukan pria itu. Jelas-jelas Nayaka tahu bahwa ia diminta pak Didi untuk datang ke ruangan Data entry  karena ada berkas yang harus di selesaikan. Dasar Nayaka kurang kerjaan!

Ayna mengangkat telepon yang ada disamping mejanya, berniat menelpon trial room.

"Mbak Dit," panggil Ayna pada Dita rekan kerjanya.

"Ya," Dita sedang memeriksa berkas yang ada di depannya  mengangkat kepalanya, menatap Ayna.

"Extension trial room, berapa?" Tanya Ayna.

"Di meja itu kan ada list extension area." Dita menunjuk meja tempat Ayna berada.

"Nggak ada. Adanya extension engineering."

"Masa sih?" Tanya Dita tidak percaya.

"Iya." Ayna menganggukkan kepalanya. "Lihat sini, kalau nggak percaya." Ayna meminta Dita mendekat dan memeriksa sendiri.

Dita menghampiri Ayna dan melihat ternyata benar tidak ada extension untuk trial room. "Ya udah, kamu teleponnya ke engineering aja. Siapa tahu karena ruangannya bersebelahan makanya memakai extension yang sama." Usul Dita.

"Oh, baiklah." Ayna mengikuti saran Dita menelpon engineering room.

Ayna menekan tiga tombol angka yang ada ditelpon. Dan telponnya langsung diangkat pada dering pertama.

"Halo!" Ucap suara pria diseberang.

"Ya, halo. Umm, bisa saya bicara dengan pak Nayaka?" Ayna langsung menanyakan Nayaka.

"Oh, hai Ayna. Akhirnya aku bisa mendengar suara mu juga."  Nayaka terdengar ceria.

"Maaf, kenapa Bapak melakukan pengumuman itu. Bapak kan sudah tahu kalau saya ada di data entry."

"Aku kan kangen Ayna. Kenapa Didi menahan mu lama disana. Aku cuma memberi mu izin setengah hari. Namun kamu belum juga kembali kesini."

"Maaf, pak, saya tidak tahu tentang itu. Saya cuma mengikuti perintah atasan saya."

"Tapi Ayna, untuk beberapa waktu ke depan, sampai trial ini berakhir atasan kamu itu adalah saya. Jadi saya perintahkan kamu untuk kembali ke trial sekarang juga." Nayaka kembali ke mode profesionalnya karena mengganti kata aku menjadi saya.

"Okey, saya lapor ke Pak Didi dulu, setelah itu saya kembali ke ruangan trial."

"Saya tunggu, Ayna. Tapi lewat dari sepuluh menit kamu belum berada di ruangan, saya akan paging kembali." Nayaka menutup teleponnya kemudian.

"Dasar bos sialan!" Umpat Ayna pelan. Ia tidak mau Dita mendengarnya mengumpat kemudian melaporkannya ke atasan mereka. Bisa kena warning Ayna. Karena pasal satu selalu berlaku 'Atasan selalu benar'

"Mbak Dit, pak Didi mana?" Tanya Ayna setelah menaruh gagang telpon ke tempatnya.

"Lagi keliling, sebentar lagi juga balik. Kenapa?"

"Saya mau balik trial. Bisa?"

"Kalau berkas yang diberikan pak Didi selesai nggak papa balik aja. Biar nanti saya yang kasih tahu pak Didi."

"Ya, udah saya balik dulu ya, Mbak. Berkasnya di atas meja." ucap Ayna sebelum keluar meninggalkan ruangan data entry.

***

"Hai Ayna, akhirnya kamu balik lagi." Nayaka tersenyum begitu melihat siapa yang memasuki trial room.

"Kan Bapak yang nyuruh, ya saya balik dong." Ucap Ayna lalu duduk di kursi yang biasa ia tempati.

"Habisnya sepi banget kalau nggak ada kamu, Ay." Rajuk Nayaka.

"Itu kan perasaan Bapak saja. Di sini ada 10 orang team trial yang bisa Bapak godaan." Ayna melirik ke arah dimana teman-temannya melakukan trial.

"Ya, bedalah, Ay. Kalau mereka itu, tanpa aku ajak bicara pun udah ribut duluan. Lah kamu, aku bicara banyak tetep aja jawabannya singkat. Jadi enak ngusilin kamu." Nayaka tersenyum pada Ayna hingga matanya yang sipit tambah sipit.

"Bapak aneh deh. Bukannya bagus kalau talk less do more. Jadi target bisa cepat tercapai. Lagian kalau banyak ngobrol, bikin kerja nggak fokus ntar kelolosan trus produknya fail. Dan masih untung kalau QA bisa nemuin. Nah kalau lolos sampe ke customers kan parah. Product recall. Rugi deh." Jelas Ayna panjang lebar.

Nayaka bertepuk tangan mendengar ucapan Ayna. "Nah, karyawan seperti kamu ini seharusnya diberi penghargaan sama perusahaan. Jarang-jarang ada karyawan yang seperti kamu. Memikirkan dampak dari kebiasaan burukyang mereka lakukan, yaitu berbicara ketika bekerja. Ntar pas acara Anniversary saya mau rekomendasikan kamu buat dapat award."

"Jangan ngeledek deh, Pak." Ayna melirik malas Nayaka. "Udah deh Pak, mending Bapak ke sana mantau kerjaan. Saya mau input data nih." Ayna mengusir Nayaka dari depan mejanya.

"Nggak ah. Saya baru mantau mereka lima belas menit yang lalu. Saya mau mantau kamu aja." Nayaka menarik sebuah kursi lalu duduk disamping Ayna. "Udah, kamu mulai input, nanti kalau ada yang mau kamu tanyaiin, saya ada disampingmu untuk membantu." Ucap Nayaka kemudian sibuk dengan tab nya.

Ayna berdecak sebal. Percuma mengusir Nayaka, toh atasannya itu punya banyak akal untuk menjalankan misinya.

"Ayna," panggil Nayaka setelah satu jam mereka berdiam diri, sibuk dengan kerjaannya masing-masing.

"Ya, Pak." Ayna menghentikan pekerjaannya lalu menatap Nayaka yang juga sedang menatapnya.

"Kenapa sih, kamu jutek sama aku?" Tanya Nayaka kemudian.

"Saya nggak jutek sama Bapak. Saya memang seperti ini. Bukan karena Bapak usil sama saya dan mengaku-ngaku menyukai saya, lalu saya pura- pura jutek biar Bapak merasa bahwa saya adalah tantangan yang harus Bapak taklukkan. Bukan! inilah saya. Saya juteknya nggak pandang bulu kok, Pak. Kalau saya merasa tidak suka sama seseorang saya tidak bisa bermanis-manis dengan orang itu." Dengan terbuka Ayna memberitahu Nayaka tabiat buruknya.

"Oh, benarkah? Aku pikir kamu bersikap seperti itu hanya karena aku sering usil padamu. Tapi Ayna, aku serius suka sama kamu. Ditambah dengan kamu yang tanpa malu mengakui sifat jelek mu itu. Rasa suka ku jadi lebih besar. Tapi sayang kamu sudah punya pacar." Ucap Nayaka dengan lesu.

"Maaf kalau begitu. Saya merasa tersanjung karena disukai oleh orang seperti Bapak. Tapi, perasaan tidak bisa dibohongi. Saya mencintai pacar saya. Dan lagi, tak ada alasan yang bisa membuat saya berpaling darinya. Jadi saya harap, Bapak bisa menghapus rasa suka Bapak kepada saya. Agar interaksi kita kedepannya lebih baik."

"I'll try Ayna. Tapi kalau aku menemukan sedikit saja kesempatan untuk mendapatkan mu. Aku akan mengambil itu. Jadi bilang sama pacar mu untuk hati-hati." Ucap Nayaka memberi peringatan.

***

"Mau kemana sih, Mbang?" Ayna bertanya entah untuk yang ke berapa kali. Namun tak ada tanggapan dari Imbang yang tengah sibuk dengan kemudinya.

Membunuh bosan, Ayna menghidupkan radio yang ada di mobil lalu mencari siaran yang dia inginkan.

Pencarian Ayna terhenti pada saluran yang tengah menyiarkan lagu Ari Lasso, Cinta sejati.

Aku jatuh cinta padamu
Sejak pertama kita bertemu
Diam menghuni relung hati
Kau tak pernah perduli

"Tau nggak, Ay. Lirik lagi barusan sama kayak perasaan aku ke kamu dulu." Imbang yang dari tadi diam tiba-tiba bersuara.

"Masa? kamu langsung jatuh cinta sama aku waktu kita ketemu di diskotik?" Tanya Ayna.

"Kita pertama kali bertemu itu bukan di diskotik, Ay. Disana itu pertemuan kita yang ketiga."

"Masa sih? Perasaan aku kita baru bertemu disana deh." Ucap Ayna tidak percaya.

"Pertama kali aku liat kamu waktu kamu sama teman-temanmu lagi keliling nyari kerjaan. Trus ada ibu-ibu yang jualan pake sepeda dan entah kenapa sepeda Ibu itu jatuh hingga sebagian dagangannya berserakan. Kamu bantuan Ibu itu, sementara temanmu yang lain abai dan meninggalkan kamu sendiri." Imbang mengingat saat pertama kali ia melihat Ayna yang tengah berjalan dengan beberapa orang pencari kerja.
Ayna mengingat-ingat lagi kapan kejadian itu. "Oh, itu kan .. ?" Reaksi Ayna ketika ia berhasil mengingat.

Saat itu Ayna sedang berkeliling bersama beberapa orang pencari kerja dan saat kejadian itu tepat berada didepan  Kyoto Company.

"Iya, itu udah lama banget. Awal-awal kamu nyari kerja mungkin. Saat itu aku lagi di lantai 3 dan kebetulan aku melihat kejadian itu. Then yang kedua, ketika kamu di food court makan siang sendiri. Dan aku ada disana." Imbang tersenyum mengingat kejadian itu. Ayna itu emang cuek banget. Nggak seperti gadis kebanyakan yang sering berombongan kalau ke Mall.

"Kok kamu tahu itu aku. Itukan dua kejadian berbeda." Ayna merasa aneh saja dengan Imbang, kenapa dia bisa mengambil kesimpulan itu. Berpikir gadis itu adalah dirinya.

"Say thank kepada tas mu itu. Aku langsung mengenalimu karenanya.

"You kidding me?" Ayna tidak percaya dengan jawaban Imbang.

"Ini serius, Ay. Tas mu itu lucu modelnya seperti koran dan lagi too old." Imbang tertawa setelah mengucapkannya.

"Hey! Jangan menghina tasku. Biarpun sudah dekil, tapi dia sangat berjasa." Ayna melotot marah pada Imbang.

"Ya, ya, sorry! Tas mu harus kita beri penghargaan karena sangat berjasa." Imbang mengacak rambut Ayna.

"Trus bagaimana dengan lagu tadi?" Ayna kembali ke topik awal.

"Lagu tadi? Mmm, aku sangat beruntung akhirnya kamu membalas perasaan ku. Tidak seperti laki-laki di lagu itu. Dan aku berharap kamu adalah cinta sejati ku." Ucap Imbang diakhir katanya.

"Kamu percaya cinta sejati?" Tanya Ayna penasaran.

"Tak ada salahnya untuk percaya. Toh banyak orang yang telah mengalaminya. Seperti Ibuku, walaupun dia telah tersakiti dia tetap percaya bahwa ayahku adalah cinta sejatinya."

Ayna menggenggam tangan Imbang. "Aku juga berharap kamu adalah cinta sejati ku."

"Amin."






Sorry untuk typo

With love,

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top