10. Hari Tanpamu

Sabtu pagi Ayna diantar Imbang ke pelabuhan Punggur untuk bertolak ke Pinang. Rencananya mereka akan berangkat pukul 9 pagi ini.

Mereka akan berada disana selama dua hari satu malam. Ayna dan teman-temannya akan berkeliling kota Pinang, lalu ke Pulau Penyengat dan tak lupa ke Pantai Trikora. Inginnya Ayna ke Lagooi Beach di Bintan namun beberapa orang temannya menolak. Ya, sudahlah Ayna bisa ke sana lain waktu. Dan lagipula tak ada salahnya ke Pinang karena ia bisa berkunjung ke Makam Raja Ali Haji di pulau penyengat dan juga ke mesjid Raya Sultan Riau.

"Jangan lirik-lirik nanti disana." Pesan Imbang. Mereka masih berada didalam mobil Imbang. Tepatnya Imbang belum mengizinkan Ayna untuk turun. Belum rela berpisah katanya.

Ayna memutar bola matanya bosan. Imbang ini melebihi orang tuanya kalau memberikan petuah. Ini nggak boleh, itu nggak boleh. Kayak Ayna anak kecil aja. "Ya, Pak Boss. Siap!" Ayna menaruh tangannya di kening memberi hormat.

"Aku serius Ukrayna!"

Nah, kalau Imbang sudah memanggil Ayna dengan nama lengkapnya itu artinya ia serius dan tidak mau dibantah.

"Iya, aku nggak bakalan ganjen. Nggak akan lirik kanan kiri." Ayna meyakinkan Imbang. Bisa panjang ceritanya kalau Ayna masih menjawab. "Yang ada kamu yang lirik-lirik, ntar!" Ucap Ayna kemudian.

Imbang menarik Ayna kedalam pelukan nya. "Kamu nggak tau aja kalau hatiku ini telah kuserahkan seutuhnya untukmu." Imbang mengucapkan imbalannya. Sedangkan Ayna memasang ekspresi akan muntah ketika mendengar itu.

"Hahaha," Imbang tertawa melihat reaksi Ayna. Pacarnya ini nggak ada manis-manisnya. "Makanya kamu nggak usah pergi aja. Nanti aku kesepian. Nggak ada yang bawelin. Nggak ada yang ngebantah. Dan nggak ada yang marah-marah kalau aku ganggu." Imbang menyebutkan kebiasaan jelek Ayna.

"Ada yang kurang itu. Nggak ada yang ngabisin isi kulkas mu."

"Nah, itu juga. Kulkas ku tetap terisi penuh kalau kamu nggak ada. Jadi kamu nggak usah pergi, ya." mohon Imbang.

"Beuhh, balik lagi ke topik yang itu lagi.Udah ya, aku mau turun. Udah pada nungguin itu." Ayna menunjuk rombongan temannya yang tengah berdiri didepan sebuah  loket.

"Baiklah. Jangan lupa pesan ku tadi ya, Ay." Ingat Imbang sebelum Ayna turun dari mobil.

"Iya, Iya. Bawel!! Ngalahin mak-mak yang mau ngantar anaknya merantau aja." Ayna mengusap pipi Imbang dan mencium bibir Imbang cepat. Kemudian menutup pintu mobil dan bergabung dengan teman-temannya yang lain.

Sebenarnya mereka janjian didepan PT, kemudian berangkat menggunakan mobil yang sudah disewa ke pelabuhan Punggur. Namun Ayna meminta kepada temannya untuk menunggu di Punggur saja, kalau tidak begitu Imbang tidak mengizinkan untuk pergi. "Deal, kamu boleh pergi tapi aku antar kamu ke pelabuhan," kata Imbang semalam. Jadilah Ayna menelpon Melly memberitahu kalau mereka bertemu di pelabuhan saja.

Ayna sebenarnya bosan mendengar petuah Imbang dari tadi. Sumpah cerewetnya Imbang itu melebihi cerewet Ibunya. Ayna heran, kenapa kekasihnya itu berbeda 180 derajat kalau sudah bersama dirinya.

Jangan telat makan. Jangan pake baju yang seksi. Kalau mau seksi-seksi an didepan aku aja. Jangan lupa pakai pelampung kalau naik pompong. Sekarang ombak nya lagi besar-besar jadi kalau terjadi sesuatu lebih safe.  karena berenang dilaut dan di kolam renang itu beda dan bla bla bla. Ayna tidak ingat lagi, saking banyaknya.

Gimana mau pakai baju seksi wong baju yang masuk ke tas Ayna sudah diseleksi Imbang. Mau sih pake pelampung tapi kalau yang punya pompong tidak menyediakan Ayna bisa apa. Nah kalau masalah makan tepat waktu, Ayna nggak bisa janji karena nggak mungkin Ayna meninggalkan temen-temennya untuk pergi makan sendiri. Dan untuk antisipasi palingan Ayna sedia snack didalam tasnya.

***

Kamu lagi ngapain, Ay.

Ayna mengabaikan pesan yang dikirim Imbang. Menyebalkan sekali. Setiap beberapa menit Imbang selalu mengirimnya pesan.

Udah sampai belum?

Lagi ngapain?

Foto in dong, Ay posisi kamu sekarang!

Dan masih banyak lagi chat yang dikirim Imbang, namun hanya beberapa yang Ayna balas. Biar saja Imbang marah, bikin kesel sih. Orang mau liburan tapi masih diteror pake chat. Kesepian kok ngajak-ngajak!

Ayna menaruh ranselnya didalam lemari yang ada di hotel. Bukan hotel yang mewah. Hotel biasa saja. Yang ada di dekat pelabuhan di Pinang. Jadi gampang kalau mau ke Pulau Penyengat. Kalau mau ke Pantai Trikora itu sudah diatur. Besok ada mobil yang sudah mereka sewa yang akan mengantar. Jadi agenda hari ini cuma Pinang dan Pulau Penyengat.

"Tadi kamu diantar siapa, Ay? Nana teman satu kamar Ayna bertanya.

"Pacarku," jawab Ayna jujur.

Nana yang sedang duduk di pinggiran ranjang menghentikan kegiatannya yang tengah memakan camilan yang dibawanya. "Kamu udah punya pacar?" Tanya Nana tidak percaya.

"Iya. Kenapa?" Jawab Ayna. Heran dengan reaksi Nana.

"Nggak apa-apa sih. Tapi bakal ada yang patah hati nih." Nana melanjutkan mengunyah camilannya.

"Ohhh," Ayna mengangkat bahunya tak acuh.

"Kok cuma 'oh' sih reaksi mu. Nggak penasaran siapa yang bakal patah hati?" Nana menatap Ayna-, melihat seperti apa reaksi temannya itu.

"Nggak lah. Nggak penting juga."

"Whaattt?? Kalau kamu tahu siapa yang suka sama kamu pasti kamu bakal ninggalin pacarmu yang sekarang."

"Nggak lah. Pacarku nggak ada duanya. So aku nggak peduli sama yang lain."

"Yaaah, padahal Pak Nayaka loh yang naksir kamu." Ucap Nana akhirnya.

"Ohhh!" Lagi, cuma itu reaksi yang Ayna berikan atas info yang diberikan Nana.

Toh, tak ada efeknya bagi Ayna. Di hatinya hanya ada Imbang seorang. Yah, walaupun ia sering membuat Imbang kesal sehingga mengomelinya dan mengatakan ia kekasih yang tak peka. Tapi jauh di lubuk hatinya Ayna sangat mencintai Imbang.

Ayna terbiasa dengan perhatiannya. Ayna terbiasa dengan sifat manja Imbang. Dan Ayna terbiasa dengan kehadiran pria itu di sisinya. Ah, kenapa Ayna tiba-tiba jadi kangen dengan pria itu. Padahal sedari tadi Ayna mengabaikan chat yang dikirimi Imbang.

Mengambil handphone yang ada dikantongnya, Ayna berjalan ke sudut kamar dimana terdapat sebuah jendela yang menjadikan laut dan aktivitas pelabuhan sebagai pemandangannya.

"Hai," sapa Ayna, ketika panggilannya diangkat pada dering pertama. "Lagi ngapain?"

"Lagi galau karena ditinggal pacar." Jawab Imbang diujung telepon.

Ayna terkekeh pelan mendengar jawaban Imbang yang terlalu jujur menurutnya. "Jangan lebay deh. Cuma dua hari ini." Ayna membuka pintu jendela sehingga rambut panjangnya yang dibiarkannya terurai diterpa angin laut.

Terdengar helaan nafas Imbang sebelum menjawab ucapan Ayna. "Dua hari itu lama loh, Ay. Sekarang aja aku udah kangen parah sama kamu. Apalagi dua hari."

"Uh, kasihan. Cup, cup, cup, sabar ya, besok aku beliin oleh-oleh deh. Mau apa? Otak-otak, mau?" Goda Ayna.

"Otak-otak mah banyak disini. Lagian murah banget sih, Ay, pacar ganteng, keren, dan pintar ini cuma dikasih otak-otak. I need more than otak-otak."

"Karena kamu ganteng, keren, pintar dan tajir makanya aku oleh-olein itu. Pasti kamu jarang makannya, kan? Aku aja jarang. Apalagi kamu."

"Aku cuma mau kamu, Ay. Nggak mau yang lain. Aku cuma mau kamu right here, right now, dalam pelukan ku."

"Yaaah, itu paling susah buat dikabulkan untuk saat ini. Sabar ya, besok aku pulang. I love you."

Ayna segera mengakhiri panggilannya tanpa mendengar balasan dari Imbang. Dia malu. Ini kali pertama, ia mengatakan bahwa ia mencintai Imbang. Selama ini, selama mereka bersama hanya Imbang yang rajin mengatakan bahwasanya pria itu sangat mencintainya. Tak sekalipun Ayna mengucapkan kata kata sakral itu. Namun entah mengapa, saat sekarang ini, ia ingin Imbang tahu, bahwa ia juga mencintai pria itu, Jagara Imbang. Pria yang dengan segala kesempurnaanya mencintai Ayna yang tidak sempurna. Mungkin benar adanya, setiap pasangan itu diciptakan untuk saling melengkapi satu sama lain.

***

Dua hari Ayna dan teman-temannya berkeliling kota Pinang. Berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Mencoba berbagai macam makanan khas yang ada terutama seafood. Karena Kepri adalah surganya seafood  kalau menurut Ayna.

Ayna merasa liburannya kali ini amat sangat menyenangkan. Mungkin karena ia pergi dengan teman-teman barunya membuat sensasi liburan itu menjadi berbeda. Teman-temannya adalah orang-orang dengan tingkat kesibukan yang tinggi. Sangat jarang mereka bisa berlibur seperti sekarang ini. Jadi banyak kegilaan yang mereka lakukan ketika berada ditempat baru.

"Yahhh, sayang banget kita harus pulang. Padahal aku belum puas liburannya." Keluh Zahara yang duduk disamping Ayna.

Mereka sedang berada diatas Ferry yang akan membawa mereka kembali ke Batam.

"Kapan lagi Kyoto ada off masal kayak gini, biar kita bisa jalan-jalan lagi." Melly bersuara. Mereka duduk di barisan yang sama. Hingga gampang untuk saling bercerita.

"Kalau ada libur lagi kita ke Karimun atau ke Bintan ya." Nana memberikan usulannya.

"Gampang itu. Atur aja." ucap Zahara.

"Tapi Ayna mau ikut nggak? Dua hari ini aja security nya mantau terus." Nana yang memang satu kamar dengan Ayna membongkar rahasia.

"Kamu udah punya pacar, Ay?" Serempak Melly dan Zahara berbicara.

"Iya."

"Anak mana? PT juga?" Tanya mereka mulai kepo.

"Iya. Anak PT."

"Cerita dong tentang pacarmu." Lagi, kekepoan lain dimulai.

"Mau ceritain apa? Nggak ada yang bisa diceritain juga." Ayna paling tidak suka mengumbar urusan pribadinya pada orang lain. Karena tak semua orang tidak bisa dipercaya.

"Kalian berdua pada kepo! Aku yang room mate-nya dua hari ini aja nggak mau kepo, yaa, walaupun udah penasaran juga sih sebenarnya." Nana tertawa sendiri mendengar ucapannya.

Ayna memejamkan mata, mengabaikan celotehan tak penting dari teman-temannya. Di otaknya sekarang hanya ada Imbang dan apa yang sedang dilakukan pria itu. Dua hari tanpa Imbang memang berbeda.

Ayna membuka matanya ketika merasakan handphone nya bergetar.

Akhirnya penderitaan ku  berakhir. Cepat pulang. Ku tunggu di pelabuhan.

Part gaje, happy reading dan selamat beraktifitas :)



With love,

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top