Chapter 30: Obrolan Ringan
Yuhuu update lagi😍😍
Mana yang kangen Gempar dan Mint?🙋
#Playlist: Chrisye - Kisah Kasih Di Sekolah
✨
✨
Hari ini Mint pergi berkencan dengan Gempar. Tinggal dua hari lagi sebelum masuk sekolah. Pihak sekolah mengatakan ada hal penting yang ingin mereka sampaikan. Sebelum memikirkan itu, Mint memutuskan bersenang-senang. Kehidupan di sekolah tak pernah mudah. Dia juga ingin mengenyahkan pikiran soal ayahnya.
Jika awalnya berniat kencan hanya berdua, maka akhirnya berujung berenam. Mint mengajak David, Axel, Ninda, dan Elva. Masa-masa remaja harus mereka nikmati bersama dengan jalan-jalan ke tempat yang menyenangkan.
Mint pergi bertamasya ke Seaworld. Mereka menikmati keindahan berbagai biota laut.
"Mint, lo yakin nggak sodaraan sama ikan pari? Nyetrum soalnya," canda David.
Mint memukul punggung belakang David--yang mana berdiri di depannya bersama Ninda. Tak cukup sekali, Mint memukul punggungnya berulang kali.
"Ih, Mint! Demi ye, tangan lo pedes tau. Bisanya nyakitin aja. Pantes Garis terluka," ledek David semakin menjadi.
"Belum pernah gue tendang sampai mental ke planet Mars, ya? Mentang-mentang udah jadian sama Ninda, songong sekarang," sahut Mint dengan wajah angkuh andalannya.
"Kamu ngapain sih, Dav? Jangan isengin Mint mulu. Nakal banget." Ninda menyela dengan mencubit lengan David.
"Siksa aja, Nin. Kurang ajar dia." Mint pura-pura memasang wajah memelas.
"Dih... berubah jadi bunglon." David meledek lagi. "Gempita, itu pacarnya berubah jadi bunglon. Tadi mukanya songong banget, sekarang sok melas. Ya, ampun... cocok jadi aktris."
Mint ingin membalas lagi, tapi Gempar menyudahi dengan menggenggam tangan Mint. Jika sudah begini, Mint terpaksa menurut.
"Heeee... jinak-jinak merpati si Mint di samping Gempita," ledek David, masih iseng.
"Dav, lo ngomong mulu. Kebanyakan makan pepaya?" celetuk Axel.
Rupanya celetukan Axel berhasil menimbulkan gelak tawa. Mint tertawa paling puas, meledek David dengan cara seperti itu.
"Anjir... punya sepupu kurang ajar," dengkus David.
"Lagi lo ngomong mulu ngeledek Mint." Axel geleng-geleng kepala. "Kalo lo ledekin terus, bisa-bisa Elva sama Ninda ceburin lo ke dalam aquarium ikan piranha. Biar digerogotin sampai nggak tersisa."
"Namanya juga iseng. Masa gue ngeledekin pacar sendiri?" balas David.
Selagi dua sepupu itu berdebat, Gempar menarik Mint maju meninggalkan keempatnya di belakang sana. Mint menoleh ke belakang. Ninda dan Elva melambaikan tangan, seolah tidak ingin menyusulnya. Mint tersenyum lebar dan melambaikan tangan berpamitan.
"Kamu pusing ya dengerin David ngoceh mulu?" tanya Mint sambil melihat Gempar sekilas.
"Nggak. Aku mau ngajak kamu keliling aja, berduaan." Gempar menaikkan pandangan, mengamati aquarium di atasnya. Biota laut berenang dengan indahnya. Warna biru menyinari jalanan, tak begitu terang. "Ikannya indah-indah. Aku baru pertama kali ke sini."
"Ya, iyalah pertama kali. Orang lahir di luar negeri." Mint memutar bola mata. "Tapi waktu di New York, kamu pernah datang ke tempat kayak gini, kan? Bagusan mana sama di sini?"
"Sama-sama bagus kok. But this one more memorable."
Mint menyenggol bahu Gempar sambil tersenyum lebar. "Karena jalannya sama aku, kan?"
Gempar mencubit hidung mancung Mint sambil ikut mengulas senyum. "He-em. Kalo waktu di sana perginya sama kakak-kakakku aja."
"Bukan sama pacar?"
"Nope."
"Bahas soal pacar, kamu nggak pernah bahas soal mantan pacar. Pernah pacaran berapa kali?" tanya Mint penasaran.
"Satu kali. Pacaran sama bule sana."
"Aw... nggak kebayang gimana kamu pacaran sama bule." Mint tertawa, membayangkan bagaimana gaya berpacaran Gempar dengan mantannya. "Pasti melakukan something gitu. Mungkin seks bebas?"
"Nggak lah. Aku tau batasannya. Lagian, I'm not that typical. Pacaran sewajarnya aja. Mamaku ngajarin aku untuk selalu menghargai perempuan. If I really love her, i will never ruin her life. You know, terkadang ada hal-hal yang nggak terduga. Bisa aja kalo melakukan seks, nanti malah hamil duluan. Itu kan udah menghancurkan hidup orang lain."
"Dewasa banget sih pacarku." Mint mencubit-cubit pelan pipi Gempar sampai akhirnya berhenti karena Gempar menahan tangannya. "Well, aku setuju. Semua kakak sepupuku juga nasihatin terutama Kak Sugar. Karena dia pernah mengalami itu di masa SMA, dia nasihatin aku untuk tetap menjaga diri. Jangan mau tertipu sama cowok. Nggak semua cowok, tapi beberapa mematikan dan membahayakan."
"Aku mematikan nih." Gempar kedip-kedip diselipi cengiran kecil. "Mematikan untuk hati kamu. Bisa meledak kalo aku gombalin terus. Iya, kan?"
Mint sempat melongo sebentar sebelum akhirnya tertawa geli mendengar ucapan Gempar. "Duh, amit. Baru sadar punya pacar jayus."
"Jayus apa sih?" tanya Gempar bingung. Banyak bahasa-bahasa yang membingungkan.
"Lupa lagi ngomong sama orang pindahan. Jayus itu kayak kamu lagi ngelucu tapi gagal. Garing gitu. Ini bahasa gaul." Mint menjelaskan. Satu tangannya yang bebas merapikan rambut Gempar yang kurang rapi, sehingga terpaksa berhenti. "Nanti aku ajarin bahasa gaul sini."
"Betewe, setelah lulus nanti kamu udah mikirin mau ambil--"
"Halo, Kak." Sapaan dari samping, berhasil menyudahi ucapan Gempar yang belum selesai. Kontan, Mint dan Gempar menoleh kepada si penyapa.
"Ya?" balas Mint.
"Saya dari Xtar Entertainment. Kami agensi yang menaungi girlband, boyband, dan solois. Saat ini kami sedang mencari personel untuk girlband terbaru. Jika Kakak berminat boleh datang ke alamat ini. Nggak perlu audisi, saya ingin Kakak bergabung dengan agensi kami." Orang itu menyodorkan kartu nama kepada Mint dengan senyum ramah.
Mint mengambil kartu namanya. Dia tahu agensi yang disebutkan. Agensi itu milik suami dari salah satu kakak sepupunya. Pegawai agensi itu tidak mungkin tahu kalau dia sepupu dari istri bos mereka.
"Oh, oke," balas Mint seadanya.
"Apa kira-kira Kakak tertarik?" tanya orang itu.
"Uhm... nggak." Mint menggeleng.
"Tapi coba datang dulu aja. Siapa tau Kakak tertarik," ucap orang itu.
"Iya, nanti, ya. Saya buru-buru. Makasih tawarannya, Kak. Saya permisi." Mint menggamit tangan Gempar, menariknya pergi secepat kilat. Mint tidak mau waktunya dihabiskan untuk mendengarkan orang itu membujuknya.
Setelah meninggalkan orang itu dan berada jauh dari jangkauan, Mint dapat bernapas lega. Gempar memperhatikan Mint.
"Kenapa nggak mau? Lumayan, kan, bisa jadi personel girlband. Kamu punya potensi yang bagus," tanya Gempar.
"Nggak deh. Aku kenal sama yang punya. Nanti kalo minat, aku bisa tanya-tanya."
"Pakai jalur orang dalem dong?" goda Gempar bercanda.
"Nggak. Mau ikut audisinya. Biar fair dan nggak ada embel-embel itu."
"Udah ketebak sih, kamu emang kompetitif." Gempar mengacak-acak rambut Mint. Hal ini membuat pacarnya berdecak karena tidak suka rambutnya berantakan. Dia merapikan rambut Mint yang berantakan. "Jadi, setelah lulus kamu mau ambil jurusan apa?"
Mint ingat kata-kata Salty. Setelah lulus sekolah, dia akan ikut Salty ke luar negeri. Ini saat yang tepat untuk membicarakan hal itu.
"Gem..."
"Hm? Kok nggak dijawab?"
"Setelah lulus sekolah, Kak Salty mau bawa aku ke Amsterdam. Aku setuju dan bersedia ke sana. Kalo hubungan ini berhasil sampai lulus, kita harus pisah selama beberapa tahun. Is it okay for you?"
Gempar sempat kaget waktu mendengar ucapan Mint. Namun, dia berusaha tenang dan tetap memperlihatkan senyumnya. Walau belum terbayang bagaimana nanti jika terpisah oleh jarak belasan ribuan kilo, Gempar tidak mau mengambil pusing.
"It's okay. Aku bisa ambil kuliah di Amsterdam atau dekat-dekat sana. Kamu nggak perlu khawatir. Aku dukung semua keputusan kamu," ucap Gempar.
"Serius? Kamu nggak marah?"
"Kenapa harus marah? Kamu mau menggapai mimpi kamu dengan berkuliah di sana. Aku mendukung agar kamu bisa meraih mimpi itu. Aku mau lihat kamu berhasil dan sukses dengan apa pun yang kamu pilih. Aku bakal nunggu momen di mana saat kamu akhirnya berhasil dan bilang kalo impian itu adalah yang kamu mau."
"Aduh, Gempita..." Mint terharu dan langsung memeluk Gempar. Sebentar saja. Tidak mau berlama-lama karena takut menjadi perbincangan. "Thank you. I'm so lucky."
"Me too, Mint." Gempar menggenggam tangan Mint kembali. "Jadi, kamu mau ambil jurusan apa di sana?"
"Seperti yang pernah aku bahas sama kamu, bukan bisnis. Aku mau ambil jurusan sesuai passionku. Aku udah nggak mau membuktikan soal kapabilitas seorang cewek dalam berbisnis. Aku mau membuktikan sama Papa kalo aku bisa menjadi orang hebat. Aku mau dia bangga sama aku dengan apa yang kupilih."
"Itu lebih bagus daripada kamu mengambil jurusan yang nggak sesuai impian kamu." Gempar menarik Mint, mulai mengajaknya kembali berkeliling. "Kamu nggak perlu menjadi orang lain untuk membuktikan seberapa hebatnya kamu. Be who you are and proud of yourself."
"I know. That's why i quit the game," balas Mint setengah terkekeh.
"Ah, jadi kangen Mint yang licik dan nyebelin. Kalo yang ini mulai menerima keadaan," canda Gempar diselipi kekehan kecil.
"Mau diguyur lagi maksudnya?"
Gempar tergelak. "Haha... nggak. Bukan bagian itu. Kenapa cuma itu aja yang diinget?"
"Soalnya..." Mint nyerocos tanpa henti, menceritakan kekesalannya pada Gempar saat disembur cowok itu.
Obrolan ringan mereka terus berlanjut. Sesekali mereka berhenti sebentar untuk mengabadikan momen berswafoto bersama atau menjadi fotografer dadakan untuk masing-masing.
✨✨✨
Jangan lupa vote dan komen kalian😘🤗❤
Follow IG: anothermissjo
Salam dari Mint😍😍
Mint kencan pakai baju ini👀
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top