Chapter 20: Kenapa?

Yuhuuuu! up lagi😍😍

Malam ini aku double up ya hehe🥰

Boleh dong vote dan komen sebanyak-banyaknya? hehe❤️❤️

Gempar mengantar Mint sampai ke depan rumah. Setelah acara sarapan pagi yang menyenangkan, Gempar merasa sangat bahagia. Bagi Gempar melihat Mint cuma senyum malu-malu dan sesekali tertawa adalah sebuah anugerah. Kalau mengingat itu Gempar jadi senyam-senyum sendiri.

"Kenapa lo senyam-senyum? Mulai gila?" usik Mint sesaat menyadari senyum muncul di wajah Gempar.

Gempar tersentak kaget. "Ah, ng-nggak."

Mint berbalik badan, tidak peduli apa yang dipikirkan Gempar sampai senyum begitu.

"Mint?"

"Apaan?" sahutnya jutek, sudah kembali seperti biasa. Sebelum Gempar membalas, dia menambahkan, "Oh, iya. Jangan seenak jidat lo bilang kita ada hubungan. Kita nggak ada hubungan apa-apa."

"Gue makin suka sama lo, Mint."

Mint memutar bola matanya. "Bodo ah. Gue nggak akan balas apa-apa. Perasaan lo pasti cuma sementara."

Gempar menahan pergelangan tangan Mint. "Kenapa kita nggak pacaran? Kalo lo belum ada perasaan sama gue, nggak apa-apa. Gue akan bikin lo memiliki perasaan yang sama seperti gue."

"Lo nggak pantang nyerah juga ya." Mint melepaskan tangan Gempar dari pergelangan tangannya. "Kalo lo mau jadi pacar gue, ya udah."

"Ya, udah?" Kening Gempar berkerut samar memandangi Mint.

"Katanya mau jadi pacar gue, kan? Ya, udah kita pacaran. Gue nggak pernah jadian dengan cara biasa jadi nggak usah kaget."

"Beneran pacaran? Lo sama gue?" ulang Gempar masih tak percaya.

"Kenapa? Nggak mau?"

"Bukan, bukan. Gue mau. Tapi ini tuh––"

Mint memotong kalimat Gempar yang terdengar lambat. "Gue udah bilang barusan, pacaran sama gue itu caranya beda. Jangan kaget. Kalo masih mau jadi pacar gue, treat me like a queen and i'll do the same."

Gempar tak sempat mengatakan apa-apa karena Mint sudah masuk ke dalam rumahnya. Gempar ingin berteriak, tapi nanti kesannya norak. Lebih baik dia simpan saja ucapan terima kasihnya atas status baru ini. Gempar berbalik badan dan melompat girang dengan spontan.

Diam-diam Mint menoleh dan menyaksikan kejadian itu. Senyumnya tertarik sempurna seiring kepergian Gempar dari depan rumahnya.

"Dasar lebay!" ucap Mint setengah terkekeh.

💫💫💫

"Eh, Mint. Lo udah lihat hasil foto Diko?" Lana menyodorkan majalah pada Mint setelah duduk di sampingnya.

Seperti biasa Mint berkumpul dengan Lana dan Helena di gimnasium. Diko baru saja datang dengan senyum lebarnya seperti biasa.

Mint baru saja menyelesaikan makannya di kelas dan pergi menuju gimnasium setelah melihat Lana dan Helena menghampirinya di kelas. Hari ini dia dibawakan makanan oleh ibunya Gempar, yang mana dititip pada Gempar. Baru sekali ini Mint merasa ada yang begitu memerhatikannya sampai membawakan bekal makanan ke sekolah.

Mengenai foto, Mint belum sempat melihat apa pun meskipun dia sudah mendapatkan majalahnya tadi. Mint membuka majalah yang diberikan Lana padanya. Mint tahu Diko adalah ketua klub fotografi dan baru saja memenangkan lomba.

Hal pertama yang Mint lihat adalah pada bagian cover line di sudut kanan bawah. Ada tulisan "Spotlight Pemenang Kontes Foto". Sorotan pemenang itu memenuhi bagian tengah halaman. Mint melihat foto Ivory dan Silver memenuhi hampir setengah halaman dengan sebuah judul besar dan artikel singkat yang dimuat. Malas melihat foto keduanya, Mint membalik halaman selanjutnya.

Pada halaman selanjutnya, Mint melihat empat foto lain sebagai karya terbaik milik Diko yang dimuat di sana. Salah satunya dia melihat foto Ivory yang sedang tertawa bersama teman-temannya.

"Cewek ganjen satu ini...," gumam Mint pelan.

Mint menoleh ke samping memandangi Diko sekilas yang juga melihatnya sambil tersenyum. Entah apa yang terjadi antara Diko dan Ivory sampai-sampai ada foto Ivory sendiri di sana. Mint tahu kakaknya sangat menyayangi Ivory dan selalu mengagung-agungkan namanya. Melihat foto Ivory terpampang secara nyata seperti ini, dia yakin ada sesuatu di antara Ivory dan Diko. Dia tidak akan membiarkan Ivory memainkan perasaan kakaknya. Walau dia memang tidak suka dengan Ivory, tapi Ivory tidak boleh menyelingkuhi atau bermain api di belakang kakaknya.

"Gimana hasil foto gue? Bagus, kan, Mint?" tanya Diko dengan senyumnya.

"Bagus," jawabnya dingin.

"Dingin banget macem Elsa," celetuk Helena.

Mint diam tak menanggapi. Dia harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Apa kakaknya sudah melihat majalah ini?

"Jangan ngambek gitu, dong. Gue punya berita bagus," mulai Diko santai.

"Apa?" tanyanya galak.

"Kakak lo punya catetannya Ivory."

"Terus, kenapa? Udah gitu doang?"

"Nggak apa-apa. Emang cuma gitu doang." Diko menjawab dengan nada tersirat. Melempar senyum sebelum pergi.

Mint akan memeriksa kebenarannya nanti sekaligus memberitahu tentang foto yang ada di dalam majalah pada kakaknya.

💫💫💫

Mint mengetuk pintu kamar Silver berulang kali, tapi tak ada jawaban. Tak mau menyerah begitu saja, dia menggedor pintu kamar Silver dengan bertubi-tubi.

"Kak Silver! We need to talk," ucap Mint dengan nada memaksa.

Usahanya membuahkan hasil. Dia melihat Silver membukakan pintunya lebih lebar dan membiarkannya masuk. Sambil menenteng majalah yang bawa, dia meletakkan di atas meja belajar sang kakak.

"Lo mau bicarain apa?" tanya Silver.

"Lo harus lihat majalah ini. Ada foto yang––"

"Gue udah lihat," potong Silver.

"Terus lo nggak berbuat apa-apa gitu? Ada foto Ivory sendirian, lho!"

"Terus kenapa?"

"Lo nggak curiga Ivory ada something sama Diko? Kenapa ada fotonya sendirian di situ? Gue yakin dia minta difoto sama Diko dan dipajang di majalah itu."

"Mint," Silver bangun dari tempat duduknya. "Bisa diem nggak? Kepala gue pening. Jangan nambah-nambahin. Jangan ikut campur lagi dengan urusan gue."

"Ikut campur?" ulang Mint. "Gue cuma mau melindungi lo supaya nggak disakitin siapapun. Apa kurang jelas Ivory genit?"

"Cukup. Jangan ganggu gue lagi. Gue... mau telepon Ivory." Silver melenggang pergi meninggalkan Mint. Sebenarnya Silver tidak ingin menghubungi Ivory karena hubungan mereka sedang tidak baik-baik saja. Namun, ini cara satu-satunya mengusir Mint dari kamarnya. Dia tahu adiknya tidak pernah suka pada Ivory.

Sepeninggal Silver, tangan Mint mengepal kuat. Lagi dan lagi kakaknya lebih memilih Ivory dari pada dirinya. Semenjak Silver masuk SMA dan akhirnya pacaran dengan Ivory, dia merasa perhatian kakaknya selalu tertuju untuk Ivory seorang. Kakaknya tak lagi memerhatikannya seperti dulu.

"Ivory sialan," umpatnya geram.

Pada saat dia hendak keluar, pandangannya tidak sengaja tertuju pada buku catatan yang ada di atas meja. Dengan cepat Mint melihat nama yang memiliki buku tersebut. Rupanya informasi Diko benar. Kakaknya menyimpan catatan Ivory.

Tanpa pikir panjang Mint mengambil buku catatan Ivory dan keluar dari sana dengan senyum miring. Lihat saja. Jika kakaknya masih memercayai Ivory, maka tidak dengannya. Mint akan membuat pembalasan.

💫💫💫

Jangan lupa vote dan komen kalian😘🤗❤️

Walau cerita Mint nggak sebagus cerita kolab high school yang lain dan Mint ini karakter yg sangat dibenci sekali, tapi aku bersyukur karena ada kalian yang setia komen, vote dan baca❤️

Dari awal aku sadar Mint bukan karakter yang likeable kayak Gempar :") jadi pastinya banyak banget yg skip soal kisahnya Mint atau males komen karena Mint jahat banget :")

Yokkk follow IG & Twitter: anothermissjo

Salam dari Abang Gempar yg gak muncul di part ini hehe😫🥰🥰❤️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top