Chapter 16: Perasaan Ini...

Yuhuuu update lagi ^^

Yoook vote dulu baru komen sebanyak-banyaknya😘😘

#Playlist: Stella Jang - Will You Know?



Mint baru saja masuk ke dalam kamar setelah selesai makan malam bersama keluarganya. Seperti hari-hari sebelumnya, ayahnya mengabaikan seolah tidak ada. Hanya ibunya dan kakak-kakaknya yang mengajak bicara. Meski begitu hari ini setelah ayahnya mengomelinya, sikap ayahnya lebih dingin lagi. Kalau saja pikiran Mint sumbu pendek, dia sudah bunuh diri dan menyusul ibunya ketimbang tinggal di rumah ini.

Dia merebahkan tubuhnya dan menatap langit-langit kamar yang digambar pemandangan laut. Mint menyukai laut. Dia ingin pergi ke sana.

Di kala diamnya, Mint merasakan getaran yang berasal dari ponselnya. Ponsel tergeletak di sampingnya. Mint meraih ponselnya dan mendapati pesan masuk dari Gempar. Ada angin apa Gempar mengirimkan pesan padanya? Tanpa pikir panjang Mint membuka isi dari pesan tersebut.

Mint membalas pesan dari Gempar dan perlahan senyum muncul dengan sendirinya. "Ini anak gaya-gayaan banget," gumam Mint pelan sambil terkekeh.

Ada perasaan senang yang menyapa hatinya. Walau hanya sebatas ditanya bagaimana perasaannya, Mint merasa cukup. Dia membalas lagi pesan dari Gempar.

"Ini anak nyebelin juga. Nggak percayaan banget. Gue sebut juga nih nama David." Mint bermonolog sendiri sambil mengubah posisinya menjadi tengkurap.

Dia tertawa puas saat membaca balasan Gempar setelah dia menyebutkan nama David. Suara tawa Mint semakin kencang karena perutnya sakit membaca balasan Gempar berulang kali. Cowok itu sampai mengetik pesannya pakai capslock segala.

"Dasar cemburuan." Mint tertawa meledek, lalu dia menutup aplikasi WhatsApp dan bergerak turun dari tempat tidur.

Mint beranjak masuk ke dalam walk in closet, memilah pakaian yang tepat untuk pergi nanti. Bunga-bunga seakan turun dari langit mengisi mood yang semakin baik.

Seketika Mint lupa mengenai ayahnya.

✨✨✨

Mint sudah pamit dengan Maya kalau dia mau pergi. Dia tidak perlu izin dengan ayahnya kalau akhirnya akan diabaikan. Maya mengizinkan dan mengatakan dia harus pulang pukul sembilan malam. Di samping itu, Maya juga sudah mengingatkan Gempar untuk hati-hati dan memulangkan Mint baik-baik.

Di dalam mobil––sudah setengah jalan––Mint memandangi wajah Gempar. Bukan ada yang salah, tapi dia tidak mendengar satu katapun lolos dari mulut cowok itu setelah mereka sempat mengobrol santai sebelumnya.

"Gue sampai lupa sendiri. Thank you buat thai tea yang lo bawa" Mint menaikkan ke udara thai tea yang diberikan Gempar setelah dia duduk di jok sampingnya.

"Sama-sama. Enjoy your thai tea."

"Berasa lagi denger Mas kasirnya ngomong gitu," ledek Mint setengah tertawa.

Gempar melihat sekilas pada Mint sebelum akhirnya kembali menatap jalan lurus. "Senang bisa lihat lo ketawa begitu."

"Kenapa? Lo merasa kasihan waktu lihat gue nangis?" Suara Mint mulai sinis.

Gempar tidak menyangkal hal itu. Hanya saja dia tahu tipe cewek seperti Mint tidak ingin dikasihani oleh siapapun. Mint menyembunyikan kerapuhannya sendiri dan tidak mau ada orang yang tahu. Di samping itu, Gempar merasakan hal lain; sedih.

"Nggak. Gue justru sedih. Gue nggak mau mengomentari apa pun tentang bokap lo, tapi gue nggak habis pikir dia bisa memperlakukan anaknya seperti itu." Gempar mengubah intonasi nada bicaranya menjadi lebih santai supaya tidak terkesan terlalu menyalahkan ayahnya Mint.

Mint menarik senyum tipis. "Mungkin bagi dia, gue ini aib."

"Jangan ngomong gitu, Mint."

"Kenapa? Lo nggak tau sih rasanya jadi anak cewek di keluarga gue. Entah ya, tapi keluarga gue tuh semacam punya problem sama anak cewek. Bukan cuma keluarga gue aja, keluarga Kak Sani, dan keluarga sepupu yang lain. Keluarga gue selalu menuntut supaya kita semua sempurna dalam segi apa pun. Akademis, pintar bicara beberapa bahasa, dan lain-lain. Tapi mereka nggak pernah push anak cowok sampai sebegitunya. Apa sih masalahnya punya anak cewek?" Suara Mint bergetar. Air mata mulai berkumpul dan siap jatuh kapan saja.

"Gue benci nggak cuma sama keluarga sendiri, tapi seluruh keluarga Jayantaka. Kalau bisa memilih kehidupan, gue mau dilahirkan di keluarga yang bisa menerima anak cewek dengan bahagianya. Bukan beda-bedain. Apa mereka pikir anak cewek nggak bisa apa-apa? Apa kalo nggak pintar terus kita gagal dalam menjalani hidup? Nggak, kan?" lanjut Mint. Kali ini suaranya menggebu-gebu. Ada kekesalan yang tersirat jelas di dalamnya.

"Gue nggak pernah mengalami dan keluarga gue nggak punya masalah seperti keluarga lo. Tapi setiap keluarga pasti ada masalah, Mint. Lo hanya melihat keluarga lain baik-baik aja dari luarnya, tapi mana tau dalamnya?" 

Mint melihat Gempar cukup lama. "Apa keluarga lo punya masalah? Ya, meskipun beda. Apa punya masalah? Nggak, kan?"

"Gini sih, walau bukan orangtuanya yang bermasalah, bisa aja anaknya yang bermasalah. Atau, sebaliknya. Setiap keluarga pasti punya satu anggota keluarga yang berbeda. Entah beda karena apa pun itu. Ya, meskipun nggak semua keluarga begini. Intinya nggak ada keluarga yang sempurna. Orang hanya bisa melihat luarnya aja."

Mint mengangguk pelan lantas menyandarkan tubuhnya lebih santai. Embusan napas lolos berulang kali dari mulut Mint, membuat Gempar mengalihkan pandangan sekilas ketika lampu lalu lintas berwarna merah. 

"Setiap masalah ada jalan keluarnya. Gue harap lo bisa melalui ini semua dengan baik, Mint," ucap Gempar.

Mint menoleh pada Gempar. Dipandanginya cowok itu yang tengah menunjukkan senyum tipisnya. Satu tangan Gempar mampir di kepalanya dan berubah menjadi usapan kecil yang menenangkan. 

"Semangat, Mint."

Mint tak bisa jutek dalam keadaan seperti ini. Gempar sudah begitu baik bersedia menemani dan mengantarnya melihat laut terbentang. Sambil tersenyum tipis, dia membalas, "Makasih, Gempar." 

✨✨✨

Setelah cukup lama berada dalam perjalanan, Mint akhirnya tiba melihat laut yang terbentang luas. Walau hanya sebatas berdiri di pinggir saja, Mint sudah senang. Dia merentangkan tangannya lebar-lebar sampai mengenai tubuh Gempar dan berhasil mengusir secara halus Gempar supaya memberi jarak. Setelah kedua tangan direntangkan lebar-lebar, Mint mengembuskan napas dengan diselipi senyum senang.

Gempar memandangi wajah Mint cukup lama. Dia turut senang karena dapat menyaksikan senyum yang tercipta di wajah Mint. Tanpa sadar kedua sudut bibirnya ikut tertarik sempurna menciptakan senyum kecil.

"Waktu gue sedih kakak sepupu gue, Kak Salty, sering ngajak ke sini. Dia udah tinggal di Amsterdam jadinya nggak bisa nemenin lagi. Gue merasa laut bisa menenangkan gue lebih dari apa pun," cerita Mint mengenang masa-masa kecilnya yang indah. Dia ingin kakak sepupunya itu menetap di Jakarta, tapi sayangnya sudah memutuskan pindah ke Amsterdam sejak delapan tahun belakang. "Kak Salty pindah karena nggak mau dipusingkan sama masalah keluarga Jayantaka. Katanya dia mau hidup tenang. Karena itu pula dia jarang balik ke sini."

"Kalo lo mau pergi lihat laut, lo bisa hubungi gue. I'll take you here," sahut Gempar.

Awalnya Mint ingin bersedih ria, tapi kata-kata Gempar meluluhlantakkan seluruh kesedihannya. Senyum di wajah Mint semakin lebar. Hatinya berdesir. 

"Mint?" 

"Ya?" Mint menoleh ke samping.

"Jangan sedih sendirian. Mendam boleh, tapi lo perlu meluapkan itu. Andai lo butuh sandaran, gue bersedia jadi sandaran itu." Gempar berucap dengan nada serius. Berbeda dari biasanya yang terdengar datar dan dingin. "Gue nggak tau kenapa mau bilang ini, tapi gue senang bisa menghabiskan waktu bersama lo." 

Mint tertegun setelah mendengarnya. Iris cokelatnya beradu dengan iris hitam Gempar. Mereka saling memandang cukup lama, membiarkan angin merusak tatanan rambut. Keheningan itu berakhir setelah Gempar mengulurkan tangannya. Mint menyambutnya dengan baik. 

Detik itu pula Gempar meletakkan tangan Mint di dadanya, membiarkan cewek itu merasakan debaran tidak karuan yang muncul setiap kali bersamanya. Dengan tatapan yang masih sama, belum berpaling ke mana-mana, Gempar mengatakan penuturan lainnya.

"Seharusnya gue nggak begini. Anehnya semakin gue mengenal lo, perasaan ini semakin nggak krruan. Mungkin gue jatuh cinta sama lo, Mint."

✨✨✨

Jangan lupa vote dan komen kalian😘😘😘🤗

Follow IG & Twitter: anothermissjo

Salam sayang dari Mint~~~😘😘

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top