Chapter 14: Kencan Part 2
Akhirnya update lagi😍😍😍
Yok, vote dulu baru komen yang banyak🥰🥰🥰🤗😘
#Playlist: Maudy Ayunda - Tiba-Tiba Cinta Datang
✨
✨
Mint masih berada di mal. Dia hendak pergi mencari tempat lain, tapi lupa memberikan hadiah pakaian yang dia beli untuk Ninda. Dia tidak ingin memberikan di sekolah karena tidak mau orang-orang tahu. Takutnya ada yang mengejek Ninda karena dibelikan baju olehnya.
Dari jawaban pesan WhatsApp, Ninda sedang makan bersama David. Alhasil, Mint menyusul ke restoran yang dikunjungi David--masih di mal yang sama. Namun, dia tidak mau menghampiri. Dia duduk di meja bagian pojok berdua dengan Gempar. Sambil menunggu David menghampiri, Mint memesan salad.
"Lo nggak mau pesen makan? Masa cuma gue doang yang makan?" tanya Mint pada Gempar.
"Gue pesen dessert. Belum datang," jawab Gempar.
"Lo nggak lapar? Masa cuma pesen kue cokelat?"
"Gue makan kalo lo mau makan. Gue nggak mau makan sendirian."
"Ini gue makan ya. Lo pikir gue ngapain? Lagi ngunyah tumbuhan liar?"
"Maksud gue, makan nasi juga."
Mint mendesah kasar. "Manja banget. Apa lo harus ditemenin setiap makan di rumah? Nggak, kan?"
"Ya udah, gue makan. Kalo lo kelaparan jangan protes di tengah jalan."
Mint berdecak. "Nggak akan. Makan sana yang banyak sampai lo muntah."
Gempar tidak habis pikir ada manusia seperti Mint. Sebelumnya mirip bidadari, baik dan lembut. Bahkan obrolan mereka tidak sampai menarik urat seperti biasa. Dan sekarang, Mint seperti kerasukan iblis yang telah kembali dari tidur panjangnya. Sikapnya dingin dan suaranya seketus biasanya.
"Sebenarnya lo orang yang seperti apa sih, Mint?" tanya Gempar tidak tahan hanya larut dalam tebak-tebakan sifat asli Mint yang mana.
Mint menaikkan pandangan melihat Gempar sekilas sebelum kembali menatap buku menu yang dibuka olehnya. "Maksud lo apa?"
"Sebelum ini, lo baik banget. Cerita tentang novel yang lo suka, genre bacaan kesayangan lo, dan lain-lain. Tapi sekarang sikap lo dingin lagi."
"Tergantung cara lo melihat gue."
"Itu jawaban lo?"
"Yep. Lo ingin gue seperti apa? Baik? Jahat? Gue bisa menjadi apa pun tergantung lo melihat gue. Kalo sebelumnya menurut lo baik, ya udah. Kalo sekarang nyebelin lagi, ya udah. Itu tergantung cara lo melihat gue," jawab Mint santai.
"Lo baik, tapi ada beberapa hal yang menurut gue selalu nunjukkin sikap nyebelin lo. Contohnya perundungan yang selalu lo lakukan di sekolah. Gue nggak tau mana lo yang sebenarnya."
Mint menarik senyum miring. "Lo mau pesen apa? Gue pesenin dulu."
"Chicken katsu," jawab Gempar
Mint menutup buku, memanggil pelan, dan menyebutkan pesanannya berikut pesanan Gempar. Setelah pelayan pergi, Mint mengambil hand sanitizer dan mengusap tangannya dengan cairan itu. Senyum miringnya mulai hilang seiring tatapan dinginnya pada Gempar.
"Setiap orang hanya melihat apa yang kelihatan, bukan? Gue emang jahat. Nggak ada alasan untuk gue nyembunyiin fakta itu. Seenggaknya gue menjadi diri sendiri, bukan manusia muka dua yang bersembunyi dalam kedok ibu peri yang baik hati."
Gempar diam setelah mendengar balasan Mint. Dia mengamati Mint yang tengah memainkan ponselnya. Gempar sendiri bingung dengan semua sikap Mint.
"Kenapa lo selalu jahatin orang-orang? Biar apa?" Tanpa sadar pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Gempar.
"Biar apa?" Mint tersenyum miring. "Biar hebat. Kenapa? Kalo lo nggak suka, lo harusnya jadi pahlawan dan nolong mereka."
"Lo tau nggak sih, dengan cara lo merundung mereka itu bisa bikin mereka tertekan. Mental orang beda-beda, Mint. Ada yang nggak punya mental sekuat lo."
Mint bersedekap di dada, bersandar pada kursinya sambil memandang dingin Gempar di depannya.
"Lo ceramah terus. Padahal bukan orangtua gue. Apa pun itu, gue nggak mau tau," balas Mint tidak peduli. Tatapannya beralih mengamati sekitar.
"Gue cuma mau kasih tau yang baik, Mint. Jangan sampai makin banyak orang yang benci sama lo."
Mint kembali menatap Gempar. Diam selama beberapa saat sebelum akhirnya membalas, "Gue udah biasa dibenci orang. Gue nggak peduli kalo nggak ada yang suka. Lagian hidup cuma ada dua pilihan. Dibenci dan disukai. Gue memilih dibenci. Karena buat apa disukai kalo ternyata diem-diem banyak yang benci dan ngomongin di belakang? Mending dibenci sekalian, dihujatnya secara langsung."
Gempar tidak mau mengatakan apa-apa lagi atau menceramahi. Dia takut Mint merasa dipojokkan karena kata-katanya meski sebenarnya dia bermaksud baik.
"Hidup ini kayak roller coaster. Lo nggak akan tau sensasi apa yang bakal lo dapat sepanjang menjalani perjalanan hidup. Dan hidup nggak akan pernah mudah. Berkelok-kelok, naik, turun, macam-macam kayak rel roller coaster," lanjut Mint.
"Lo bilang akan mendengarkan pacar lo seandainya dia kasih nasihat."
Mint kembali tersenyum miring. "Kenapa? Lo mau jadi pacar gue?"
"Nggak," jawab Gempar. Detik berikutnya dia menambahkan, "Maksudnya gue nggak tau. Mana ada yang bisa baca masa depan. Iya, kan?"
"Berarti ada keinginan lo jadi pacar gue, kan? Soalnya jawaban lo gitu dan nggak menyatakan nggak sama sekali," goda Mint sambil tersenyum jahil.
Gempar bingung mencari jawaban yang tepat. Dia tidak mau mengatakan 'tidak' karena takut kemakan omongan. Sialnya malah ditanya begini. Dan untung saja David muncul jadinya Gempar tidak perlu dipusingkan pertanyaan itu.
"Cie... berduaan aja. Bae-bae jodoh," goda David jahil.
"Berisik lo. Ini kasih Ninda. Awas lo nggak kasih." Mint menyodorkan paper bag berukuran besar kepada David. "Sana pergi. Gue mau makan. Lihat muka lo bikin males."
"Ya, elah... mamak lampir gitu aja." David pura-pura cemberut. "Jangan jahat-jahat, Mimin. Nanti Gempar kabur ke pelukan yang lain."
"Bodo amat," balas Mint jutek.
Gempar merasa terselamatkan. Dia bernapas lega. Thanks to David yang telah menolongnya.
✨✨✨
Hujan lebat mengguyur tanah yang kering. Mint dan Gempar terpaksa berteduh di halte bus karena mereka pulang naik motor. Gempar berniat mengantar Mint pulang, tapi langit bermusuhan dengan keinginan mulianya.
Gempar melepas jaket bombernya dan meletakkan di pundak Mint karena takut cewek itu kedinginan. Udara dingin begitu terasa di kala hujan.
"Kenapa lo kasih jaket ke gue? Emangnya nggak kedinginan?" tanya Mint.
"Nggak. Lo pakai aja," jawab Gempar.
Mint tidak bertanya lagi dan melihat lurus ke depan memandangi jalan yang basah diguyur air hujan. Suara gemuruh petir yang bersahut-sahutan sangat kencang.
"Gue benci hujan." Mint bermonolog sendiri, tidak bermaksud mengajak Gempar bicara. Namun, dia mendengar Gempar menanggapi.
"Kenapa?" tanya Gempar.
Mint tidak mungkin mengabaikan pertanyaan Gempar. Sudah kepalang tanggung. "Soalnya waktu hujan nyokap gue pergi."
"Pergi?" ulang Gempar.
"Iya, pergi untuk selamanya. Gue belum pernah lihat dia secara langsung. Gue lahir, dia meninggal." Mint menjelaskan. "Kakak gue bilang, dia meninggal tepat saat hujan lebat. Gue nggak suka hujan karena itu mengingatkan gue akan nyokap."
Gempar mulai mengetahui kehidupan Mint. Ternyata Mint punya sisi sedih yang seperti ini. Dia tahu ayahnya Mint membeda-bedakan dan sekarang tahu ibunya Mint sudah lama meninggal dunia.
"Lo nggak mampir ke makamnya?" tanya Gempar.
"Bulan ini belum. Mungkin nanti."
"Mau gue temenin?"
"Emangnya lo nggak sibuk?"
"Ya, tergantung juga. Tapi lo bilang aja kapan nanti gue temenin."
"Oke."
Kemudian tak ada lagi yang bicara. Baik Mint maupun Gempar diam cukup lama. Mereka mendengarkan suara hujan dan petir yang berdampingan. Ada pula suara ramai dari orang-orang di sekitar mereka.
"Andai gue nggak lahir, mungkin nyokap masih hidup." Mint menyesali takdir yang merengut nyawa ibunya. Baginya keberadaan ibunya lebih penting dari kehadirannya di dunia ini.
"Jangan bilang gitu. Kelahiran lo adalah anugerah. Nyokap lo pasti senang lihat di atas sana. Dia senang putrinya bisa tumbuh sehat," ucap Gempar.
Mint tak menanggapi. Matanya berkaca-kaca.
"Gue belum pernah ngerasain kehilangan sesorang yang berarti, tapi gue tau ditinggal itu nggak enak. Gue harap lo nggak menyalahkan diri lo sendiri atas kepergian nyokap. Dengan lo hidup, dia pasti senang. Seenggaknya dia bisa lihat putrinya secantik ini."
Mint melihat Gempar sambil tersenyum meledek. "Lo mengakui kalo gue cantik?"
Gempar terjebak dalam pertanyaan serba salah. Kalau dia jawab cantik, Mint akan meledeknya. Kalau dia jawab jelek, takut Mint marah. Memang serba salah.
Melihat Gempar tidak menjawab dan menunjukkan wajah bingung sekaligus ragu, Mint berkata, "Lo nggak perlu bilang pun, gue tau kalo gue ini cantik."
Gempar terselematkan oleh kepercayaan diri Mint yang luar biasa. Kalau tidak, dia bisa salah tingkah.
"Omong-omong, hujannya udah agak reda. Balik, yuk. Gue nggak mau lama-lama nunggu di sini," ajak Mint.
"Ini masih hujan biarpun udah nggak lebat lagi. Nanti baju lo basah. Gue nggak bawa jas hujan." Gempar ragu. Dia mengadahkan tangannya untuk memastikan hujan yang turun memang sudah tidak selebat sebelumnya. "Tunggu bentar lagi deh. Nanti gue izin sama orangtua lo kalo kita balik telat."
"Nggak apa-apa, kita pulang aja. Kalo gue pulang telat malah diomelin," ajak Mint kekeuh.
"Ya udah. Jangan lepas jaketnya ya. Lo pakai aja."
"Lo nggak mau pakai jaket?"
"Nggak usah. Gue udah terbiasa kena dingin. Lo pakai dulu jaketnya yang bener sebelum kita pulang."
Mint segera merapikan jaketnya dan menarik ritsletingnya sampai atas menutupi pakaiannya. Setelah itu, dia memakai helm yang diberikan Gempar. Ketika dia kesulitan mengaitkan pengaitnya, Gempar turun tangan membantunya.
"Done. Ayo, kita pulang." Kalimat itu diucapkan Gempar setelah selesai mengaitkan pengait helm Mint.
Mint menaiki motor besar Gempar dan berpegangan pada pundaknya. Mint merasa tidak enak karena Gempar hanya mengenakan kaus tipis. Entah dorongan dari mana, Mint perlahan memindahkan tangannya dari pundak menuju pinggang Gempar.
Pelan-pelan kedua tangan Mint melingkar sepenuhnya di tubuh Gempar. Dia memeluk dan menyandarkan kepalanya sampai helm mereka beradu. Perasaan Mint menjadi sedih mengingat ibunya.
Gempar menurunkan pandangan sekilas merasakan pelukan Mint. Meski tidak tahu apa maksud pelukan ini, kedua sudut bibirnya tertarik sedikit demi sedikit.
Di bawah hujan yang tak berhenti membasahi tubuh, mereka diam dalam bisu. Menikmati momen yang membingungkan ini.
✨✨✨
Jangan lupa vote dan komentar kalian😘😘😘🤗
Follow IG & Twitter: anothermissjo
Salam dari Gempar🥰🥰
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top