Bonus 2
Yuhuuu update❤
#Playlist: Stephen Bishop - It Might Be You
✨
✨
✨
Setelah berhari-hari membahas masalah, tiba saatnya Mint mendengar jawaban. Saat ini Mint duduk di ruang tamu penthouse, tidak pergi ke agensi karena wartawan sudah menunggu di sana. Bahkan beberapa wartawan sampai bolak-balik ke rumahnya.
"Mint..." Angan berdeham pelan, menggantung kalimat yang hendak diucapkan.
"Saya siap dengarnya, Pak."
Mint belum siap sama sekali kalau dia harus keluar dari grup. Hanya saja firasatnya mengatakan bahwa dia akan dikeluarkan secara sepihak. Orang yang mengeluarkan video sudah diundang ke acara-acara televisi, menceritakan kisah di masa lalu, seolah-olah benar.
Mint hanya membenarkan soal dia membully beberapa orang--yang mana disebutkan insialnya dan Mint tahu betul--termasuk Sisil dan Lita. Orang-orang itu bukan Mint bully tanpa sebab. Kebanyakan dari mereka mengatainya atau keluarganya dan lain-lain. Mint tahu tindakannya salah dan tidak ada alasan apa pun yang membenarkannya. Mint akan melupakan bagian minta maafnya kepada korban-korban yang terlalu parah seperti Sisil dan Lita. Anggap saja dia tidak pernah minta maaf karena orang-orang tidak mau mengetahui hal itu.
"Mint, sebelumnya saya mau minta maaf. Saya udah berusaha, tapi rata-rata pemilik saham yang lain ingin kamu keluar dari grup. Mereka bilang nggak mau kamu mencoreng nama baik grup dengan masa lalu buruk seperti itu," ucap Angan akhirnya.
Inilah akhirnya. Semua kerja keras dan mimpinya hancur dalam sekejap. Berubah menjadi lebih baik pun tidak membantunya dalam masalah ini.
"Masalah Sugar punya anak di luar nikah, mereka masih bisa menerima karena itu masalah percintaannya. Tapi soal bullying, mereka nggak mau terima. Mereka bilang bullying itu sesuatu yang nggak boleh dinormalisasi apa pun alasannya. Maaf saya harus bicara ini. Mulai hari ini kamu udah resmi keluar dari Starlight. Saya benar-benar minta maaf. Saya udah berusaha membela kamu, tapi mayoritas tetap menolak. Maaf, Mint."
"Nggak apa-apa, Pak. Saya bisa memahami hal itu." Mint tersenyum kecut.
"Hari ini agensi akan mengeluarkan berita tentang keluarnya kamu. Tolong jangan ke mana-mana dulu dalam seminggu ini. Diam dulu sebentar sampai masalah ini surut," ucap Angan.
"Baik, Pak. Makasih."
"Biarpun kamu keluar dari grup, saya ingin kamu tetap berada di agensi. Bagaimana pun saya ingin kamu tetap menunjukkan potensi kamu di masa mendatang. Kalo grup nggak menjadi kesempatan kamu lagi, kamu bisa menyanyi solo."
"Baik, Pak. Makasih banyak." Hanya makasih yang bisa Mint ucapkan dan rasanya takkan cukup karena Angan sudah berbaik hati padanya.
"Kalo gitu saya pamit. Sani titip salam. Dia bilang jaga kesehatan. Besok dia mau mampir ke sini."
"Salam balik buat Kak Sani, Pak. Bilang juga makasih. Saya tunggu besok."
Angan tersenyum sebelum akhirnya pergi meninggalkan Mint. Tak lama setelah kepergian dan menyisakan sunyi, Mint menyandarkan tubuh pada punggung sofa. Mint menatap langit-langit.
"Sayang?"
Mint mengalihkan pandangannya dengan melihat Gempar. Kedua sudut bibirnya tertarik sempurna. Di kala dia baru mendapat kabar tidak enak, Gempar muncul. Tidak dulu, tidak sekarang, Gempar selalu ada untuknya.
"Kok udah pulang?"
"Iya, kangen."
"Ih... seriusan. Kamu nggak ada jadwal ke rumah sakit? Bukannya pergi pagi-pagi buat ke rumah sakit?"
"Hari ini nggak ada apa-apa. Kamu lupa, ya? Aku keluar mau beliin kamu makanan, camilan, dan segala macam." Gempar meletakkan beberapa totebag belanjaan yang berisikan camilan dan beberapa makanan berat untuk istrinya.
"Ini hari apa, sih? Aku nggak inget kamu nggak ada apa-apa. Free time, dong, ya?"
"Iya, Sayang." Gempar mengusap kepala Mint dengan lembut. "Kamu pasti pusing mikirin masalah makanya lupa. Sekarang hari Jumat."
"Oh, iya." Mint nyengir.
"Tadi aku papasan sama Kak Angan. Gimana katanya? Apa udah ngasih jawaban?" Gempar duduk di samping Mint, merangkul pundaknya, sambil menatap ingin tahu.
"Selamat! Istrinya nganggur, nih." Mint memeluk Gempar dari samping.
"Kamu keluar grup? Dikeluarin?"
Mint mengangguk. "Aku terima konsekuensinya. Lumayan, aku bisa nganggur dan diam di rumah. Kamu nggak perlu panik mendadak kalo aku ketemu cogan-cogan di beberapa acara musik."
"Mint..." Gempar tahu Mint sedang berusaha menyembunyikan rasa sedihnya dan menghibur dirinya sendiri.
"Kenapa, Suamiku? Manggil mulu kayak bayi." Mint menarik diri sedikit, menatap Gempar diikuti senyum manisnya.
"Kamu sedih, kan? Kenapa harus pura-pura nggak sedih? Aku pernah bilang, aku selalu ada buat kamu dalam keadaan apa pun."
Mint mendapati Gempar menatapnya serius. Satu tangannya bergerak menyentuh kepala Gempar dan pelan-pelan mengusapnya lembut. Mint tahu semua kepura-puraannya dapat ditebak dengan mudah, tapi dia tidak mau bersedih. Gempar sudah melihatnya bersedih dalam banyak kesempatan.
"Sedih pun nggak bikin aku menetap di grup. Dibawa bahagia aja. Mungkin rezekiku udah bukan nyanyi bergrup. Anggap aja ini batu loncatan untuk hal yang lebih baik," jawab Mint akhirnya.
"Ini yang bikin aku selalu takjub sama kamu." Gempar mengecup kilat kening Mint. "Gimana bisa kamu sepositif itu?"
"Aku belajar dari kamu. Aku, kan, tempramen dan gampang ngamuk. Kamu ngajarin aku untuk mengontrol emosi. Aku berusaha sabar dengan mencontoh kamu. Pokoknya kamu panutanku. Sayangku, Gemparku." Mint memeluk Gempar sekali lagi.
Gempar balas memeluk, mendekap Mint di sisinya. Gempar mengusap punggung Mint berulang kali, membiarkan istrinya bersandar padanya.
"Kalo kita punya anak nanti, aku nggak mau beda-bedain mereka. Mau gendernya cewek atau cowok. Mereka akan aku perlakukan sama biar nggak ada lagi yang kayak aku. Cukup aku aja berbuat nggak sepatutnya," ucap Mint tiba-tiba.
"Selain bullying, coba kamu ingat tindakan baik kamu. Jangan bicara seolah-olah kamu cuma melakukan keburukan aja. Nggak ada satupun manusia yang cuma melakukan kebaikan."
"Ya, bahas jeleknya aja dulu."
Gempar gemas sendiri karena Mint selalu membahas yang jelek-jelek. Iya, tahu, sikap Mint tidak baik semasa SMA dulu. Namun, bukan berarti Mint tidak punya sifat baik sepenuhnya. Mint kurang kasih sayang dan semua tindakan buruknya tercipta karena hal itu. Kalau saja ayahnya Mint lebih menerima, lebih menyayangi, kemungkinan hal-hal buruk dapat dihindari.
Gempar sempat menonton seminar salah satu psikolog dan membaca beberapa artikel yang menyatakan bahwa kurangnya kasih sayang dapat menciptakan gangguan perilaku, salah satunya melakukan tindakan bullying. Hal-hal negatif muncul demi mendapat perhatian. Tak cuma itu saja, bisa juga mengalami gangguan mental, stres, gangguan kecemasan, hingga depresi.
Satu-satunya hal yang membuat Gempar takjub adalah Mint tidak pernah berkeinginan bunuh diri atau stres. Mint memasang dinding tinggi-tinggi untuk menutupi kepura-puraan rasa bahagia ketika sang ayah mengabaikan, tapi setidaknya Mint tidak pernah stres. Padahal seusia Mint bisa stres karena kurang kasih sayang.
"Kamu, nih, selalu aja bahas yang jelek mulu. Kali-kali bagusin diri sendiri. Nggak ada ruginya, Mint," ucap Gempar.
"Ngapain. Males banget," sahut Mint jutek.
Gempar menguyel pipi Mint dengan gemas. Tak sebatas itu saja, Gempar mengecup pipi Mint berulang kali sampai bunyi 'muah' tercipta jelas. Mint yang dikecup dadakan tentu senang dan menyunggingkan senyum selebar mentari pagi.
"I'm so proud of you, Mint. So, stop saying you're not good enough." Gempar menekankan kata-katanya seraya mengusap pipi Mint, menatapnya serius.
Mint mengangguk pelan. Satu-satunya orang yang selalu bangga dan yakin bahwa dia akan menjadi seseorang yang lebih baik hanyalah Gempar. Alasan Mint bertahan dengan Gempar sampai sekarang pun simple; Gempar selalu tahu
"Iya, Sayang, iya." Mint bangun dari tempat duduknya, mengulurkan tangan pada suaminya--yang mana segera disambut dengan mantap. "Ayo, kita buat makanan. Aku laper banget. Kira-kira enaknya masak apa, ya?"
"Mac and cheese?" usul Gempar.
"Bosen, dong, Gempita. Yang lain?"
"Imjasutang? Bukannya kemarin kamu bilang mau coba buat masakan Korea itu. Yang kuahnya pakai wijen."
"Oh, iya! Ayo, kita buat!" Mint berseru penuh semangat, menarik Gempar sampai dapur. Tak membutuhkan waktu lama untuk Mint memakai apron. Dia turut memakaikan suaminya apron dengan motif yang sama. "We're cute together. Right, Honey?"
"Iya, Sayang." Gempar mengangguk setuju. Setelah menikah Mint lebih energik dan ceriwis. Gempar kebagian mendengarkan cerita Mint dan memberi nasihat. Jika dibandingkan cerita Mint yang lebih menarik, cerita kesehariannya lebih membosankan.
Di saat Mint sibuk mengeluarkan bahan-bahan dari atas lemari gantung dapur, Gempar memeluk Mint dari belakang dan mendaratkan dagunya di atas pundak Mint.
"Makasih kamu nggak pernah menyerah. Aku sayang sama kamu, Mint. Semoga semua masalah bisa kita lalui bersama-sama," bisik Gempar lirih.
"And i just want you to know, aku nggak pernah capek dengerin kamu cerita. Aku selalu siap sedia jadi telinga kamu, jadi diary berjalan kamu, dan jadi apa pun yang kamu mau," lanjutnya.
Mint tidak tahu harus membalas dengan kalimat semanis apa. "Makasih, Sayang."
Dan selanjutnya mereka diam cukup lama menikmati pelukan sebelum akhirnya memasak bersama.
✨✨✨
Jangan lupa vote dan komen kalian😘😘🤗❤
Follow IG: anothermissjo
Gempar versi dewasa🤣
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top