06 - WAR! WAR! War ...?

Dear diary ...,

"MAU PERANG?? SINI!!"

"OH, SIAPKAN MIC-MU, BOCAH!!"

Tunggu, sebenarnya aku tidak punya diary tapi biarlah.

"Ichi-nii, biarkan kami membantumu!"

"Ya, kami membawa mic kami!"

Hm, aku merasa déjà vu? Apa ini pernah terjadi sebelumnya?

"Jiro, Saburo, kalian fokus menyelamatkan (Name) saja."

"Menyelamatkan (Name)? Yang benar saja, aku melindungi dia dari adik tak becus sepertimu!"

Sepertinya ... begitu? Tapi kapan?

"Ya, aku memang adik tak becus karena aku tidak menganggap (Name) sebagai kakak melainkan sebagai perempuan!"

"Ho? Kau kini mengakuinya dengan terang-terangan?"

... lupakan, aku tidak ingat apa ini pernah terjadi atau tidak. Namun yang jelas, keadaanku sekarang benar-benar tidak bagus.

"Ya, oleh karena itu lepaskan tangan laknatmu dari (Name), Samatoki!"

"Samatoki-sama, bocah sialan!"

Posisiku sekarang sedang dipeluk laki-laki bernama Samatoki, dan di depannya ada laki-laki yang ternyata menyukaiku sebagai lawan jenis, Ichiro.

"Tch, aku tidak pernah mau memanggil seseorang yang mencium perempuan seenaknya dengan suffix apa pun!"

"Enak saja! Perempuan yang mau kucium itu hanya (Name), camkan itu baik-baik, Ichiro sialan!"

Keadaanku? ... aku ingin pingsan karena banyak hal.

"... berisik."

Mendengar bisikan pelan dari perempuan yang berada di tengah mereka membuat Ichiro dan Samatoki bungkam dan menoleh ke bawah, mendapati (Name) sedang menutup matanya dengan ekspresi tak enak, juga sebelah tangannya memijit pelipis kepalanya.

"(Name)?"

"Kalian ... berisik ...."

BRUK!

"(Name)!?"

Pingsanlah Yamada (Name) di pelukan Samatoki.

[][][]

Perlahan tapi pasti, (Name) mulai mencium bau obat-obatan. Saat itu juga (Name) membuka matanya dengan perlahan, dan hal pertama yang dia lihat adalah langit-langit yang berwarna putih.

"Uh ...," gerutu (Name) sambil menutup kembali matanya, namun kali ini mencoba untuk duduk dari posisi tidurnya.

"(Name)-san ...!"

Mendengar namanya dipanggil oleh suara yang familier, (Name) menoleh ke sumber suara, mendapati Doppo sedang menatapnya dengan ekspresi khawatir.

"Doppo-san ...?"

"Syukurlah kau sudah sadarkan diri, (Name)-san," ucap Doppo menghela napas lega, "tunggu sejenak, aku akan memanggil suster kemari untuk memeriksa keadaanmu."

"Suster ...," gumam (Name), "apa aku ada di rumah sakit?"

Doppo yang baru selesai menekan tombol panggilan yang ada di atas kasur (Name) menoleh ke arah sang perempuan, kemudian mengangguk kecil.

"Ya, kau pingsan sebelum workshop kita dimulai jadi—"

"Oh iya, workshop!" potong (Name) dengan panik, "bagaimana dengan workshop—ugh!"

(Name) tidak dapat menyelesaikan ucapannya karena rasa pusing yang menyerang kepalanya membuatnya merintih kesakitan. Doppo dengan segera memegang pundak (Name), menatap sang perempuan dengan panik.

"Kau tidak perlu mengkhawatirkan itu," ucap Doppo menepuk pundak (Name) dengan lembut, "workshop hari ini diundur jadi besok, jadi workshop besok akan full dari pagi sampai malam."

Mendengar ucapan Doppo membuat (Name) menatapnya dengan heran, hendak bertanya maksud ucapan rekan kerjanya barusan namun suara pintu yang terbuka menarik perhatian mereka—yang ternyata adalah suster yang siap untuk memeriksa keadaan (Name).

"Yamada-san, Anda pingsan karena kurang tidur dan kondisi kesehatan Anda tidak bagus secara keseluruhan. Jelas sekali Anda lembur dan tidak melihat kondisi kesehatan Anda."

(Name) hanya bisa tertawa canggung saat diceramahi oleh perawat yang selesai memeriksanya, setelah memberikan instruksi untuk beristirahat satu hari lagi dan diberikan segala macam vitamin serta obat dari resep dokter, akhirnya perawat tadi meninggalkan ruang inap (Name), menyisakan (Name) dan Doppo berdua.

"Jadi," ucap (Name) menatap Doppo yang sudah duduk di kursinya kembali, "apa yang terjadi?"

Doppo menarik napas panjang, mengingat kejadian kemarin saja sudah cukup membuat kepalanya pusing, apalagi harus menceritakan ulang kepada orang yang menjadi penyebabnya?

---

"(Name)!?"

Samatoki dan Ichiro berteriak kaget melihat tubuh (Name) yang langsung lemas seperti boneka. Samatoki dengan cekatan memosisikan tubuh (Name) agar sang perempuan berada di posisi yang nyaman. Bersamaan dengan itu, Doppo baru keluar dari hotel tempat dia menginap untuk memberitahu berita pengunduran workshop, namun dirinya justru dihadapkan oleh (Name) yang tak sadarkan diri, dikelilingi oleh laki-laki bertubuh tinggi seperti bambu.

"Nee-chan!!" Jiro dan Saburo terlihat panik, memanggil (Name) berkali-kali.

"Oi (Name)!" Samatoki sendiri mencoba membangunkan (Name) dengan menepuk pipi sang perempuan berkali-kali dengan pelan.

Ichiro tampak terlalu syok, dirinya hanya menatap (Name) yang tak sadarkan diri dalam diam.

"Apa yang terjadi?" tanya Doppo dengan cepat mendekati tempat kejadian perkara.

"Ah-uh, Nee-chan, dia tiba-tiba pingsan," jawab Jiro.

"Apa yang kalian tunggu, cepat panggil ambulans!"

---

"Jadi itu yang terjadi," gumam (Name) mengangguk paham.

"Untuk workshop besok, biarkan aku saja yang menghadirinya sendiri, (Name)-san," ucap Doppo, "tolong turuti ucapan dokter dan beristirahatlah sampai kau merasa lebih baik."

"Baiklah ...," gumam (Name).

Menyadari satu hal yang ganjil sejak dirinya sadarkan diri, (Name) melihat ke sekeliling ruangan, sebelum akhirnya kembali menatap Doppo yang sedang mengetik sesuatu di ponselnya.

"Doppo-san ...."

"Ya?"

"Di mana ... mereka?"

Doppo terdiam sejenak, bingung siapa 'mereka' yang rekan kerjanya ini maksud—sebelum akhirnya dirinya teringat; Buster Bros!! dan ketua Mad Trigger Crew.

"Oh, mereka kembali ke tempat mereka masing-masing," jawab Doppo mengangguk mantap.

(Name) berkedip beberapa kali.

"Mereka ... kembali?"

"Lebih tepatnya aku mengusir mereka karena mereka tidak pernah berhenti berdebat bahkan saat kau masuk ke ambulans, (Name)-san."

Mulut (Name) menganga, jelas syok pada Doppo yang dengan santainya mengatakan bahwa dia mengusir empat rappers perwakilan divisi seorang diri, terlebih lagi dua di antara mereka adalah mantan anggota TDD.

Ah, tapi mengingat Doppo pernah me-counter MTC di final battle rap pertama seorang diri, membuat (Name) menutup mulutnya kembali dan mengangguk paham.

"B-begitu ya?"

"Apakah kau ingin menemui mereka, (Name)-san?"

"Ah, tidak!" jawab (Name) terlalu cepat sebenarnya karena itu membuat Doppo menatapnya heran, "a-aku ingin fokus menyembuhkan diriku dulu."

'Mengingat aku bisa begini murni bukan salahku sendiri.'

Malam Ichiro menyatakan perasaannya? Detik itu (Name) tidak bisa tidur sampai sekarang, jadi dia mengalihkan fokusnya dengan menyelesaikan pekerjaannya.

Saat Ichiro dan Samatoki berteriak satu sama lain? Teriakan mereka terdengar seperti palu yang memukul kepala (Name) dari kedua sisi, yang mengakibatkan dirinya terutama tubuhnya tidak tahan lagi dan jatuh pingsan.

Singkatnya, (Name) begini karena mereka berdua!

Setelah menarik kesimpulan demikian, (Name) mendengus dengan bangga, menarik perhatian Doppo yang selesai dengan urusannya di ponsel—mengenai workshop yang akan dia hadiri besok.

"Kalau begitu aku akan pamit terlebih dahulu, (Name)-san."

"Ah iya," balas (Name) melambai singkat pada Doppo yang keluar dari ruang inapnya.

Keheningan menyapa ruang inap (Name). Dirinya menarik napas, lalu ekspresinya berubah sendu.

"Lusa ... aku harus memberikan jawaban untuk mereka berdua."

Alis (Name) berkerut, lalu perhatiannya tertuju pada jendela ruangannya—menyadari bahwa dia dirawat di lantai dasar rumah sakit Yokohama.

Apa ... dia kabur saja?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top