01 - "Banyak bacot kalian berdua!"
Dear diary ...,
"HAAH? WANITAMU? SEJAK KAPAN NEE-SAN JADI WANITAMU, SISCON!?"
"SEJAK DULU, BODOH. DAN KAU SEBUT APA AKU TADI, BROCON!?"
Tunggu, sebenarnya aku tidak punya diary tapi biarlah.
"SISCON. APA PERLU AKU EJA SATU-SATU JUGA, SISCON!?"
"HAAAH!?"
Pertama, perkenalkan namaku (Name), perempuan paruh baya yang bekerja di perusahaan Eastaugffe, bekerja sebagai asisten CEO.
"S-I-S-C-O-N!"
"NGACA , GOBLOK! KAU SENDIRI PROTEKTIF PADA (NAME), ARTINYA KAU SAMA SAJA, APA JADI BROCON TIDAK CUKUP BAGIMU!?"
Aku tidak punya kehidupan yang menarik, tapi kehidupanku yang sekarang sudah cukup.
"MAAF SAJA, ADIK MANAPUN TIDAK SUDI KAKAKNYA JADI WANITAMU!"
"HAAH!?"
Pekerjaan tetap dengan bos yang baik, keseharianku juga sudah berkecukupan.
"KAU TULI YA!?"
"SIALAN—AYO SELESAIKAN LEWAT BATTLE RAP!"
Aku tidak meminta lebih, ini semua sudah lebih dari cukup. Aku bersyukur atas semuanya ....
"MAU DISELESAIKAN LEWAT BATTLE RAP? AYO!
"KELUARKAN HYPNOSIS MIC MILIKMU, BOCAH TENGIK!"
Ah, aku memang 'agak' takut dengan laki-laki, anggap saja aku tidak mudah akrab dengan mereka, tapi aku bisa berkomunikasi dengan mereka kok. Terlebih lagi sekarang aku adalah kakak dari tiga adik laki-laki, walaupun hanya sebagai kakak angkat.
"Hm, apa ini jadi perebutan wilayah lagi?"
"Lelucon yang bagus, Riou."
Jadi, kenapa?
"Jika Ichi-nii mengeluarkan hypnosis mic miliknya ...."
"... maka kita juga akan mengeluarkan hypnosis mic."
Kenapa ...?
"Samatoki, Ichiro, bisakah kalian berdua tenang dulu?"
"(NAME)/NEE-SAN, DIAM SAJA!"
Tuhan, sejak kapan dan kenapa aku berada di situasi seperti ini!?
.
.
.
Rain Victoria Eastaugffe present:
"Mine"
Sequel from "Big Sister"
(Sebaiknya membaca "Big Sister" sebelum membaca fanfic ini.)
Samatoki x Yamada!Reader x Ichiro
.
.
.
Warning:
Pernah membaca "Big Sister" versi sebelum dirombak ulang? Ya, plotnya kurang lebih sama.
.
.
.
Happy Reading!
.
.
.
(Name) langsung mengerutkan alisnya saat mendengar respons kedua laki-laki itu, lalu menoleh ke arah Jyuto.
"Iruma-san, lakukan sesuatu," pinta (Name).
"Hm, aku tidak bisa melakukan apa pun mengenai situasi ini, (Surname)-san—tunggu, sudah bukan (Surname), ya?"
Jyuto tampak berpikir sejenak, kemudian tersenyum.
"Bagaimana kalau mulai sekarang izinkan aku memanggilmu (Name)? Ah, kau juga boleh memanggilku Jyuto."
"TIDAK KUIZINKAN!" jawab Samatoki dan Ichiro menoleh ke Jyuto.
Menyadari mereka menyebutkannya dengan serempak, Samatoki dan Ichiro kembali berdebat.
"KAU JUGA TIDAK KUIZINKAN MEMANGGIL NEE-SAN DENGAN NAMANYA!"
"TERSERAH PADAKU MAU MEMANGGILNYA SIAPA! DAN MANA SUDI AKU MEMANGGILNYA DENGAN MARGAMU, BOCAH SIALAN!"
'Padahal yang dipanggil namanya itu aku, tapi kenapa malah kalian yang protes?' pikir (Name) menggelengkan kepalanya.
"Lagi pula kita semua tahu siapa sumber pertengkaran ini, bukan begitu?" tanya Jyuto.
Sebelah mata (Name) berkedut, namun perempuan itu hanya tersenyum.
"Apa kau tidak lihat tanganku sedang sibuk, Iruma-san?"
Seperti yang (Name) katakan, masing-masing kedua tangannya sedang dipegang oleh Samatoki dan Ichiro. Kedua laki-laki yang menyadari itu justru makin berdebat.
"LEPASKAN TANGANMU DARI (NAME), KUSO GAKI!"
"HAAH, HARUSNYA KAU YANG MELEPASKAN TANGANMU DARI NEE-SAN!"
"Bagaimana kalau kalian melepaskan pegangan kalian dariku? Dan tenangkan diri kalian dulu."
"TIDAK!"
(Name) menghela napas panjang, kemudian memutar kedua tangannya, sehingga kini (Name) yang memegang tangan kedua laki-laki itu. Tidak sampai di sana, (Name) kemudian mendorong mereka hingga terjatuh ke air laut.
"Apa sekarang kalian sudah tenang?" tanya (Name) meletakkan kedua tangannya di pinggang, melihat kedua laki-laki itu basah karena air laut.
"Hei apa-apaan, onna!" pekik Samatoki menunjuk (Name).
"Berani-beraninya kau menunjuk Nee-san seperti itu!" sahut Ichiro langsung menampar tangan Samatoki.
"Bocah sialan, apa maumu hah!?"
Perempatan memenuhi kepala (Name), sebelum akhirnya dia memukul kepala Samatoki dan Ichiro—mengundang rintihan sakit dari mereka berdua.
"Banyak bacot kalian berdua!"
Sementara Samatoki dan Ichiro yang berencana protes langsung menutup mulut saat melihat ekspresi kesal (Name).
"Duduk dengan benar!"
"Baik!" ucap Ichiro langsung berlutut.
"Heh, aku tidak mau—aduh!" ucapan Samatoki langsung terpotong oleh pukulan (Name) yang mendarat di kepalanya, untuk kedua kalinya.
"Kubilang: duduk dengan benar!"
"Tch," Samatoki membuang pandangan dengan kesal, tapi melakukan apa yang disuruh.
Jyuto dan Riou melihat kejadian di depan mereka dengan kaget, sebelum akhirnya mereka perlahan bertepuk tangan.
"Dia berhasil menjinakkan mereka," komentar Riou, disusul anggukan kepala Jyuto.
"Pertama, sejak kapan aku jadi wanitamu, Samatoki?" tanya (Name) menyilangkan tangannya.
"Sejak dulu," jawab Samatoki.
"Aku tidak pernah setuju menjadi wanitamu, Bakatoki."
"Bakatoki—pfft, nama yang bagus," ejek Ichiro menoleh ke arah Samatoki.
"Bocah sialan, diam saja kau!" sahut Samatoki lalu menoleh ke arah (Name), "dan aku tidak perlu izin untuk mengklaim dirimu menjadi wanitaku."
"Aku bukan barang!"
"Aduh!"
Satu pukulan di kepala kembali mendarat di kepala Samatoki. Sang laki-laki hanya bisa mendecih tak suka, sementara Ichiro tersenyum puas.
"Cie ditolak."
"Diam kau, sialan."
(Name) kembali menghela napas, kemudian menoleh ke arah Ichiro.
"Lalu, Ichiro—aku tahu kau adalah adikku, mengenai siapa pasanganku, kau boleh menilai sepuasmu tapi kau tidak boleh menentukannya siapa pasanganku, benar?"
"Tapi dia bukan laki-laki yang baik, Nee-san!" sahut Ichiro menunjuk Samatoki.
"Hei!"
"Lalu, laki-laki seperti apa yang menurutmu itu baik?" tanya (Name).
Ichiro terdiam cukup lama, sebelum akhirnya menunjuk dirinya dengan bangga.
"Sepertiku—"
"Masih sempat-sempatnya ngalus ini bocah!"
"Aduh!"
Satu pukulan menyusul, kali ini mendarat di kepala Ichiro. (Name) hanya bisa menarik napas panjang sebelum akhirnya memutar tubuhnya, berjalan menjauhi mereka.
"Padahal aku kemari untuk bersenang-senang," gumam (Name), "aku akan mengabaikan kalian berdua hari ini."
Samatoki dan Ichiro mengangkat kepala mereka, menatap punggung (Name) yang menjauh.
"Jiro, Saburo, ayo berenang ke sana," ajak (Name) pada kedua adiknya yang lain.
Sementara yang dipanggil hanya bisa mengangguk, tampak bingung.
"Nee-san, kau tidak serius, kan?" tanya Ichiro berdiri lalu mendekati (Name)—yang seolah menganggap Ichiro itu sebagai angin.
"Oh ayo lomba berenang juga, Busujima-san, Iruma-san," sahut (Name) menoleh ke kedua rekan Samatoki, "begini-begini aku cukup percaya diri dengan kemampuan renangku."
"Hm, boleh," balas Riou mengangguk mantap, sudah siap melepaskan jaket yang dia pakai.
"Ayo buat hukuman bagi yang kalah," sahut Jyuto.
"Oi onna, kau serius melakukannya?" tanya Samatoki mendekati (Name)—tapi sama seperti Ichiro, (Name) menganggapnya seperti angin.
Seharian itu, (Name) benar-benar menganggap kedua laki-laki itu seperti angin.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top