Bab 2

Menjadi gemuk itu tidak enak. Apa saja yang kita lakukan akan selalu dikomentari oleh orang lain. Itulah yang Abi rasakan saat ini.

"Kamu mau diet?" Mona menatap Abi bingung. Tumben sekali anak semata wayangnya ini bertingkah laku aneh.

Abi mengangguk kuat, "Abi mau kurus Ma biar Abi cantik kayak artis-artis yang ada di Tv" Ujar Abi menyembunyikan alasan sebenarnya mengapa ia ingin diet.

Mana mau Abi jujur tentang dia yang dibully teman-teman dan dijauhi oleh Ojan. Bisa-bisa Mama-nya langsung mengamuk seperti singa mendengar anaknya diperlakukan tidak adil.

Mona tersenyum melihat Abi, wanita itu kemudian mendatangi Abi yang saat ini duduk di kursi meja makan dengan gaya berpangku tangan.

"Abi... Abi masih dalam pertumbuhan, jadi Abi gak perlu diet segala" tangannya menangkup wajah Abi yang dihiasi pipi tembam layaknya bakpao kemudian lanjut berkata, "Anak Mama cantik apa adanya kok."

Memang benar, Mona tidak akan mungkin mendukung niatan anaknya tersebut, saat ini Abi masih berusia sepuluh tahun dan terlalu kecil baginya untuk diet.

"Tapi Abi pengen cantik mama..." Lirih Abi sedih. "Nanti kalau Abi tetap gendut, Ojan gak akan mau bermain dengan Abi lagi..." Lanjutnya dalam hati.

Mona menggeleng pelan dan berkata, "Nanti kalau Abi udah cukup besar Abi boleh diet deh! Sekarang makan aja sepuas hati Abi biar Abi tinggi dan sehat, ya?"

Mengapa harus nanti? Mengapa tidak sekarang? Abi bertanya-tanya dalam hati, tetapi tidak mampu mengutarakannya. Sehingga yang ia lakukan hanya mengangguk dalam diam.

Karena Mona tidak tahan dengan ekspresi anaknya yang terlihat begitu stress Mona pun memilih menyiapkan makan siang untuk sang buah hati.

"Nih, mama masak ayam goreng kesukaan Abii! Makan yang banyak ya nak? Biar Abi cepat besar dan bisa diet" serunya dan menyajikan sepiring ayam goreng kesukaan Abi.

Mata Abi berbinar senang, senyumnya merekah diikuti teriakan gembira. Ah... Setelah dipikir-pikir ngapain juga Abi diet? Dietnya nanti aja deh pas Abi udah besar, sekarang Abi mau makan ayam goreng dulu! Abi kan suka ayam goreng!

****

"Abi! Cepetan nak! Nanti kamu terlambat!" Teriakan indah Mona hampir saja merusak telinga Abi. Gadis berusia enam belas tahun itu memutar bola matanya jengah sebelum berteriak mengatakan dirinya sedang bersiap-siap.

Dasi berwarna abu-abu tersimpul rapi, sekarang Abi sudah kelas satu SMA. Abi telah banyak berubah kecuali berat badannya yang bertambah wow saja. Lagian Abi telah menerima berat badannya dan mencintai bentuk tubuhnya. Abi merasa tidak ada yang perlu diubah dari dirinya.

Selama ini, karena malu tidak bisa menepati janjinya pada Ojan akhirnya Abi pun memilih menghindar dari Ojan. Dan selama itu pulalah Abi tidak pernah punya teman dekat selain Ojan. Abi lebih memilih dikatai terus oleh teman-teman perempuannya asal tidak bersama Ojan. Nanti kalau Abi bermain sama Ojan, Ojan jadi dibenci banyak orang dan ikut dibully seperti Abi.

Buktinya setelah tidak bersama Abi lagi, Ojan jadi banyak memiliki teman! Ojan jadi terkenal dan banyak yang ingin bermain dengan dia. Itu membuktikan bahwa Abi lah yang membuat Ojan dijauhi dan Abi tidak ingin itu terjadi. Abi tersenyum mengingat bagaimana bahagianya wajah Ojan bermain bersama dengan yang lain. Senyum Ojan tanpa beban, tidak seperti sebelumnya saat bersama dengannya.

Ah sudahlah, toh sekarang mereka sudah beda sekolah juga. Jadi tidak ada lagi yang perlu Abi pusingkan. Ia bisa menjadi dirinya sekarang, Abi yang tetap ceria walau dihina dan tidak takut dibully karena Ojan tidak ada disisinya, sehingga tak ada lagi yang tersakiti saat bersama dirinya.

"Anak papa lagi ngelamunin apa sih? Kok senyum-senyum saja dari tadi?" Ardi menatap Abi sekilas sebelum fokus pada pemandangan didepan.

"Ngelamunin orang yang disuka ya?" Pertanyaan tambahan itu membuat Abi menatap papanya kesal.

"Papa sok tau! Kepo deh!" Jawab Abi manyun. Tidak mau berbagi kenangan dengan Ardi.

Ardi tertawa melihat ekspresi wajah Abi yang menggemaskan. Tak tahan akhirnya pria berusia menuju kepala empat itu mengacak rambut anaknya, tentu saja kegiatan itu dihadiahi rengekan marah dari Abi.

"Papa nyebelin! Rambut Abi kan udah rapi kok dirusak sih?!" Raung gadis itu semakin marah. Dengan ganas dia mendelik menatap Ardi.

Ardi begini-begini juga tipe ayah yang takut pada putrinya. Abi bahkan pernah tidak mau berbicara dengan Ardi karena Ardi tak sengaja bercanda dan menyinggung berat badan Abi. Bahkan menanggapi serius perkataan papanya, Abi benar-benar hanya memakan sayur mayur sampai sekarang! Kejadian itu terjadi tiga bulan yang lalu dan Ardi selalu meringis mengingatnya. Bahkan Mona sampai tega menyuruhnya untuk tidur diluar selama seminggu.

"Iya iya papa minta maaf, bagaimana kalau pulang Abi nanti papa belikan donat buat Abi? Lima varian rasa! Bagaimana?" Ardi menaik turunkan alisnya berulangkali untuk menarik perhatian Abi.

Abi menelan ludah membayangkan makanan yang begitu ia sukai. Sebenarnya Abi menyukai banyak makanan, namun untuk donat Abi menamakannya sebagai makanan spesial!

"Tapi beneran kan ya mau beliin Abi donat?"

Ardi mengangguk serius.

Pura-pura menghela napas agar tidak terlihat begitu menginginkan donat, Abi pun mengiyakan permintaan maaf dari Ardi. Beberapa menit kemudian akhirnya Abi sampai di sekolah barunya. SMA Tunas Jaya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top