🐝 1🐝
Gadis pranandini sulung dari tiga bersaudara. Gadis tomboy yang sering diajak menemani sang Papi nonton pertandingan sepak bola dari kecil, membuat Gadis mempunyai hobi yang sama dengan Papinya nonton bola. Selain hobi nonton bola, Gadis juga punya mimpi menjadi seorang perancang busana terkenal, kecintaannya pada dunia fashion sudah dimulai sejak kecil. Dia begitu mengidolakan sang Oma, yang seorang penjahit kebaya pengantin. Gadis kecil memanggil sang Oma, dengan sebutan Oma peri, karena dia melihat betapa ajaibnya tangan sang Oma. Yang bisa merubah selembar kain menjadi kebaya ataupun gaun yang sangat indah.
Gadis pun mengatakan keinginannya kepada kedua orang tuanya, bahwa dia akan melanjutkan studynya di negara Itali. Lebih tepatnya di sebuah sekolah fashion yang bernama Istituto Marangoni, yang terletak di kota Milan. Kenapa Gadis, memilih Milan, bukan Paris, London, ataupun Amerika. Itu semua karena Gadis mempunyai dua alasan, alasan yang pertama adalah karena dia mengagumi bagaimana orang Italia mempunyai rasa hormat yang tinggi pada estetika, juga cara pandang mereka pada keindahan yang sangat spesifik, dalam hal penampilan diri yang selalu menyesuaikan dengan lingkungannya, sehingga meninggalkan kesan yang baik. Dan dalam dunia fashion mereka terbisa mengamati, menilai dan menghormati keanggunan dalam berbusana, dari cara dan teknik potong Kain. Dari pengamatan mereka yang detail terhadap suatu keindahan, sehingga terciptalah karya-karya fashion yang berkarakter kuat. alasan kedua Gadis memilih kota Milan, tentu saja ada hubunganya dengan hobinya nonton bola. Milan kota tempat klub sepak bola favoritnya AC Milan, bermarkas. Yaitu di stadion san siro, Gadis pun berharap bisa melihat dan merasakan langsung atmosfer pertandingan sepak bolanya, berharap bisa bertemu dengan pemain favoritnya sang legeda AC Milan, yang juga pernah menjadi kapten timnas Italia, Paolo Maldini. Ya Gadis adalah seorang milanisti, yang Begitu mengidolakan seorang Paolo Maldini. Itu karena keloyalitasan dan dedikasi Paolo Maldini pada klub nya AC Milan. Memulai debut hingga pensiun nya di AC Milan.
Namun mimpi Gadis, harus pupus sebelum terwujud. Dan dunia Gadis seakan runtuh, karena sebuah musibah menimpa sang Papi, Evan wibisono. Dia dituduh telah menggelapkan dana perusahaan, hanya karena terlalu percaya pada orang yang telah dianggap saudara sendiri, sehingga dengan mudahnya membubuhkan tanda tangannya. Tanpa membaca berkas lebih teliti, hal itu membuatnya syok, hingga mengalami serangan jantung, dan beliau pun menghembuskan nafas terakhirnya, saat perjalanan menuju rumah sakit. Mami Gadis, Larasati dewi, percaya bahwa suaminya tidak bersalah, dan ditengah kesedihan kehilangan suami tercinta, mau tidak mau, Laras harus mengambil keputusan dan bertanggung jawab, pada nasib puluhan karyawa, agar perusahaan tidak mengalami kebangkrutan. Dengan menjual semua aset-aset berharga yang mereka miliki, untuk menggati kerugian perusahaan. Dan juga merelakan saham kepemilikan di perusahaan untuk dibeli orang lain. Agar perusahaan tetap berjalan sebagaimana mestinya. Dia juga mengajak ketiga anak-anaknya untuk tinggal di kampung halamanya dulu. Walaupun dia sadar itu keputusan yang sangat berat, tapi itu yang terbaik untuk perkembangan mental anak-anaknya saat ini.
🍂🍂🍂🍂🍂
Tampak sebuah mobil berhenti di depan rumah, dengan bentuk bangunan sederhana dan berhalaman luas ciri khas rumah di perkampungan. Pintu mobil terbuka dan keluar lah seorang wanita paruh baya, dua orang gadis, dan seorang anak laki-laki. "Kalian tidak apa-apakan kalau mulai sekarang kita tinggal di sini?" tanya wanita tersebut pada ketiga anaknya.
"Iya, Mi," jawab ketiganya bersamaan sambil tersenyum. "Seperti kata Mami, di manapun kita akan tinggal asal tetap bersama, saling menyayangi, dan saling menguatkan kita pasti bahagia Mi." Lanjut si sulung lalu memeluk sang Mami diikuti kedua adiknya.
"Ehm ... Maaf, Bu, Mbak, bukannya mau menyela, tapi Saya cuma mau memberi tahu Kalau barang-barangnya sudah saya turunkan semua. Jadi tolong diperiksa lagi kalau-kalau ada yang ketinggalan."
"Eh ... iya nggak apa-apa, Pak, kami yang seharusnya minta maaf. Sebentar saya periksa dulu, sudah Pak sudah semua tidak ada yang tertinggal kok."
"Baiklah kalau Begitu saya permisi, Bu, Mbak, dan terimakasih sudah menyewa trevel kami. Oh ya maaf ini ada kartu nama, siapa tau Ibu atau Mbak, butuh trevel lagi itu milik saudara saya," kata Pak Mardi sang supir trevel sambil menyerahkan selembar kartu nama.
"Iya, sama-sama dan sekali lagi terimakasih banyak, Pak, sudah diantar sampai tujuan dengan selamat." Dan ahkirnya mobil trevel yang dikendarai Pak Mardi pun berlalu.
"Ayok kita masuk sekarang, pasti di dalam Pakde sama Bude sudah menunggu. Ingat kopernya dibawa sendiri-sendiri ya."
"Siap, Mami!" jawab kompak ketiganya sambil mengambil koper masing-masing.
🦋🦋🦋🦋🦋
03-02-2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top