#9

Kendala pertama Zee selama di Lourmarin adalah bahasa jadi sebelum mengikuti kelas mode di tempat tante Berta, ia secara khusus belajar bahasa Perancis pada tante Cecillia, Zee memilih tante Cecillia karena ia bisa berbahasa Indonesia, jadi jika bingung ia enak nanya-nanya pake bahasa Indonesia, dan saat ini tante Cecil sedang tidak mempunyai pekerjaan apapun, selain itu tante Cecillia benar-benar menganggapnya anak, Zee kadang merasa tidak enak hati selalu dibelikan baju, pernak pernik cewek dan makanan. Ah mungkin karena mereka tidak punya anak, pikir Zee.Tidak sampai 6 bulan Zee sudah mulai mahir berbahasa Perancis.

Jika mengingat perlakuan tante Cecillia, ia jadi ingat mamanya, manusia memang aneh, yang dikaruniai anak malah disia-sia, mereka yang tidak punya anak, meski berusaha mati-matian tetap tidak berhasil. Zee jadi ingat ka Refan dan bi Munah ada rasa kangen pada mereka. Zee berjanji, suatu saat setelah ia sukses, ia akan berkunjung pada orang-orang yang ia cintai.

Yang membuat Zee agak terusik selama di Lourmarin hanya satu, siapa lagi kalau bukan Andre, cowok iseng itu sering  menunggunya di depan rumahnya hanya untuk melihat Zee melangkah ke rumah tante Cecillia, setelah itu ia akan masuk ke rumahnya, setelah Zee masuk ke rumah tante Cecillia. Manusia aneh pikir Zee, suatu saat mengerikan, suatu saat sok manis. Untunglah hanya dua bulan karena setelah itu Andre kembali ke Paris untuk melanjutkan kuliahnya, ia akan berada di Lourmarin selama liburan saja.

***

Zee sangat bersemangat mengikuti kelas mode milik tante Berta, yang hanya berjarak satu blok dari rumahnya. Ia tidak kesulitan belajar mendesain baju, mempertegas garis-garis gambar pada desainnya. Tante Berta melihat bakat besar pada diri Zee. Bahkan saat memadu padankan kain ia sangat berbakat. Zee sangat cermat dalam memilih bahan pada baju yang dirancangnya. Sebuah pekerjaan yang tidak mudah untuk anak berusia hampir 18 tahun. Sampai suatu saat Zee dipanggil oleh papanya.

"Bagaimana kelas modemu sayang?" tanya papa sambil mendekati Zee di kamarnya yang masih asyik mencoret-coret sketsa baju.

"Ah sangat menyenangkan papa,tidak ada hari yang membosankan di kelas mode tante Berta," ujar Zee tanpa melihat papanya.

"Zee bisakah kita berbicara sayang?" tanya papanya lagi. Zee mendongakkan kepalanya. Ah tumben papanya sampai meminta, berarti ada hal yang serius.

"Ada apa papa, apa ada hal penting?" tanya Zee.

"Tadi papa bertemu tante Berta secara tidak sengaja, sempat berbicara panjang lebar tentang progres kamu selama ikut kelas mode Tante Berta, tante Berta melihat bakat besar pada dirimu Zee, rasanya sayang jika kamu hanya belajar di Lourmarin, tante Berta dan papa sempat berdiskusi lama, bagaimana jika kamu melanjutkan ke sekolah mode ESMOD di Paris sayang?" ujar papa pelan sambil memegang tangan Zee. Zee terbelalak dan mulut yang terbuka lebar.

"Apa? ESMOD? emmmm....aduh gimana ya pa, papa tahu ngga, sekolah di sana berapa biayanya? mahal paaa mahaaal, trus Zee sama siapa di Paris? haduuu Zee kan di Lourmarin baru satu tahun bahkan ngga nyampe paaa, dan hanya sekali ke Paris karena ingin tahu museum The Louvre, ingin melihat lukisan original Monalisa yang terkenal itu dan piramida kacanya," ujar Zee bingung. Papa tertawa sambil memegang dada, ia merasa diremehkan oleh anaknya.

"Sayang, jadi kau tidak percaya jika papamu ini sanggup menyekolahkanmu ke mana saja kau mau dan biaya berapa saja kau butuh? jangan melihat papa yang hanya mengelola beberapa cafe dan restoran, papa punya perusahaan lain yang papa kendalikan dari sini, itulah mengapa kadang papa meninggalkanmu dua, tiga hari bahkan seminggu dan menitipkanmu pada tante Cecillia karena papa mengurus perusahaan papa yang ada di Paris dan Milan," papa tersenyum lucu sambil mengelus rambut anaknya.

" Dan mengenai bagaimana kamu di Paris, itu hal gampang, papa punya rumah di sana, jika kau takut karena terlalu besar, papa juga ada apartemen di sana, jika kamu merasa terlalu jauh jarak apartemen papa dengan ESMOD, papa akan membeli lagi apartemen yang tidak jauh dari ESMOD agar kau merasa nyaman," papa masih menatapnya, Zee masih bingung.

"Jangan kawatir selama di Paris juga ada Andre yang akan menjagamu," ujar papa pelan. Seketika tatapan Zee menjadi lain.

"Tidaaak, aku tidak mau dia yang menemani aku, akan jadi bencana jika aku dekat dengan orang itu, aku tetap takut pada matanya papa," Zee memberengut tanda tak suka. Dan terdengar tawa papa yang menggelegar.

***

Akhirnya setelah tante Berta memberi semangat pada Zee, agar Zee menjadi lebih percaya diri untuk melanjutkan pendidikannya di ESMOD, Perancis. akhirnya Zee bersedia dengan catatan selama seminggu papa harus menemani Zee di apartemennya, ia belum pernah benar-benar sendiri jauh dari keluarga. Sedikit banyak Zee bangga, akhirya ia akan merasakan mengenyam pendidikan di sekolah fashion design tertua di Perancis, Thierry Mugler adalah alumnus sekolah itu. Akhirnya Zee memilih program Fashion Design and Creation selama tiga tahun dan jika memungkinkan ia akan mengambil program International Fashion Business tiga tahun lagi.

Tante Berta juga sudah menghubungi Andre agar menemani Zee jika Zee butuh apa-apa selama di Paris. Zee  sebenarnya tidak suka saat tante Berta menelpon Andre dan memberi tahu bahwa seminggu lagi Zee akan berada di Paris dengan papanya. Tapi kebaikan hati tante Berta memaksakan Zee menyunggingkan senyum pada tante berta saat menelpon Andre.

***

Saat pertama sampai dia apartemennya, Zee merasakan kenyamanan seperti di rumah papanya, ternyata papanya sudah menyiapkan segalanya. ruang tamu mungil yang terhubung dengan kamar makan untuk dua orang, dapur bersih, dua buah kamar, dan balkon yang menghadap ke langit. Zee memeluk papanya.

"Terima kasih papa," Zee menenggelamkan kepalanya pada dada bidang papanya. Papa membalas pelukan Zee dan menciumi kepalanya.

"Papa akan selalu memberikan yang terbaik untukmu, papa akan menebus hampir enam belas tahun kehilanganmu," ujar papa dengan suara serak.

***

Mungkin karena memang passsion Zee di dunia mode maka ia menjalani semuanya dengan senang, semangat dan ceria. Tidak ada lagi wajah Zee yang selalu sedih dan dingin apalagi di ESMOD ia bertemu dengan Sonia yang juga dari Indonesia, keduanya jadi cepat akrab. Namun ada juga teman Zee yang berasal dari Amerika, yang bernama Emanuella Thomson, dan selalu saja bertanya tentang batik dan tenun Indonesia, kadang sampai mengejar Zee meski perkuliahan telah usai, sehingga mau tidak mau ia akhirnya dekat juga dengan Emma, begitu nama gadis itu biasa dipanggil. Kadang ketiganya terlihat pulang bersama, namun Zee lebih sering bersama Sonia.

Seminggu kemudian papa pamit. Zee harus bisa mengurus semuanya sendiri. Zee tersenyum saat papanya terlihat kawatir saat akan meninggalkan Zee sendiri.

"Jangan kawatir papa, Zee akan baik-baik saja, apartemen ini aman, Sonia juga ada di apartemen ini, Zee tinggal menelponnnya jika kesepian," ujar Zee meyakinkan papa.

"Jika Andre ke sini jangan kau usir ya, tadi papa menitipkanmu pada Andre, agar sekali-sekali mengunjungimu," ujar papa dengan tatapan sedih. Zee membelalakkan matanya.

"Papaaa...ah iya deh pa," ujar Zee mengangguk pasrah.

***
Sore ini Zee terlihat lelah,  ia melangkah pelan memasuki apartemennya, Sonia sampai tertawa melihat wajah Zee yang kuyu, Sonia sebenarnya merasakan hal yang sama namun wajahnya tidak separah Zee, perkuliahan hari ini menguras tenaga dan pikiran,  sebagai mahasiswa baru banyak hal yang harus mereka pelajari,  sesampainya di depan apartemen Sonia mereka berpisah, Zee melangkah menuju apartemennya dengan mata setengah tertutup.

Namun langkahnya menjadi terhenti saat di depan apartemennya ia melihat sosok Andre berdiri menyandarkan kepalanya ke tembok dengan mama tertutup.

"Siapa yang menyuruhmu ke sini,  aku tidak mengundangmu," ujar Zee pelan namun memberi tekanan pada suaranya. Andre bangun dan menyerahkan bungkusan, matanya menatap Zee tajam, Zee memilih pura-pura melihat bungkusan yang ia ambil dari Andre.

"Belajarlah berbicara dengan sopan,  aku tidak akan kesini,  menunggumu sejam lebih, seandainya bukan papamu yang memintanya,  aku tidak akan ke sini,  makanlah,  agar maag mu tidak kumat,  itu pesan papamu, aku baru datang dari Lourmarin,  mama sakit,  dan sejam lebih menunggumu hanya untuk mendengar suara ketusmu," Andre melangkahkan kakinya dengan wajah mengantuk berlalu dari hadapan Zee.

Sebelum Andre menjauh, Zee mengejar dan menarik tas ranselnya dari belakang, Andre berbalik dengan wajah kesal.

"Apalagi,  mau memarahi aku?" tanya Andre memandang Zee tanpa senyum.
"Maafkan aku, terima kasih,  jika kamu mau istirahat,  masuklah,  tidurlah di kamar papa," ujar Zee tetap menunduk. Andre tak menyahut namun ia terus berjalan menuju apartemen Zee dan menunggu Zee membuka apartemen dengan kode rahasia.

Setelah di buka,  tanpa disilakan masuk,  Andre sudah mendahului Zee dan merebahkan badannya di sofa, dan segera memejamkan matanya. Lalu terdengar dengkuran halus.

Zee geleng-geleng kepala,  segera ia masuk ke kamarnya, ganti baju dan ikut merebahkan badannya di sofa yang tak jauh dari Andre tidur, lalu Zee pun terbang ke alam mimpi.

Zee terbangun saat ada ketukan di pintu apatemennya,  segera ia bangun dan berdiri dengan segan,  dilihatnya jam,  ah Zee kaget ternyata sudah malam,  cepat ia buka pintu ternyata Sonia berdiri dengan wajah memelas.

"Aku lapar Zee,  punya makanan, aku belum sempat ke supermarket beli bahan makanan," ujar Sonia dan masuk tanpa dipersilakan. Ia terpekik pelan saat masuk dan melihat Andre yang terkapar tak berdaya di sofa.

"Waaaaw Zeeeee kapan kamu punya kenalan bule ganteng, belum satu bulan di Paris sudah punya gebetan wokey," kata Sonia dengan suara pelan dan jalan berjinjit menuju kamar makan dekat sofa.

"Gebetan?...nggak banget deh kamu,  itu si Andre anaknya tante Berta,  tetangga waktu di Lourmarin, pikiran kamu cowok aja, aku ogah pacaran sama Andre," ujar Zee sambil bersungut-sungut. Sonia tertawa tertahan sambil mulutnya mengunyah roti kiriman papa Zee.

"Zee..Zee...cowok cakep kamu anggurin, lihat tuh,  tidur aja gantengnga kaya gitu,  apalagi bangun ntar," Sonia menggoda Zee sambil cekikikan tertahan,  bersamaan dengan itu,  Andre mulai terbangun karena merasa mendengar suara-suara berisik.

Andre agak kaget,  kemudian duduk di sofa dan mengusap wajahnya. Andre berdiri dan melangkah ke kamar papa Zee.

"Aku mandi dulu ya babe, baru balik ke apartemenku," ujar Andre santai. Zee terbelalak dan memasang wajah kesal melihat Andre. Sonia tertawa dengan membekap mulutnya sendiri. Zee memukul lengan Sonia.

"Yaawooh katanya cuman tetangga,  tapi panggilnya beibeeeh deh," Sonia tertawa lagi. Zee semakin cemberut.

"Kamu tuh ya,  dia cuman tetangga,  bener deh,  bukan pacar aku, dengerin Sonia,  aku nggak mau pacaran titik," Zee semakin merah wajahnya.

"Iyaaa iyaaa Zee cayang,  percaya deh akkyuuh padamyuuuh," Sonia semakin menjadi menggoda Zee.

Pintu kamar terbuka dan tampak badan Andre yang menjulang, berjalan ke arah Zee dan Sonia, dan mengulurkan tangan pada Sonia tanpa di suruh.

"Andre," ujarnya sambil tersenyum samar. Sonia memandang wajah Andre tanpa berkedip.

"Son..Sonia," suara Sonia terdengar tergagap.

"Ok,  aku pulang dulu ya cute rabbit, kapan-kapan aku akan ke sini lagi," Andre pamit pada Zee sambil mengacak rambut Zee dengan pelan. Zee hanya melihat Andre sambil mengangguk. Terdengar pintu tertutup dan pecahlah tawa Sonia memenuhi apartemen Zee.

"Waaaaww panggilan manjah nan sayang cute rabbit muach muach deh hahahhahaha....," tawa Sonia semakin menjadi. Zee semakin marah.

"Soniaaa kamu temenku apa nggak sih,  anak itu gila tau,  dia nggak waras aku bukan kelincinya," suara Zee terdengar serak.

"Iyaaa iya ampun ampun,  eh Zee tapi tu orang kaya suka deh sama kamu pandangannya sama kamu tuh coba aja lihat,  bohong deh kamu ngga ngerti, lagian cowo ganteng gitu loh Zee kamu cuekin,  tinggi meski gak gagah amat, hidung bisa dibikin cantelan gantungan kunci,  rahang kokoh bisa dielus-elus sambil bermanja-manja," Sonia berkata sambil memejamkan mata,  setelah kepalanya dijitak oleh Zee baru Sonia buka mata.

Zee menggeleng dengan pelan ia berkata dengan wajah sedih.
"Nggak Sonia,  aku ngga mau pacaran, aku ngga mau, nanti ada saatnya akan aku ceritakan,  kenapa aku ngga mau pacaran," ujar Zee pelan. Dan Sonia menghentikan kekonyolannya saat melihat mata Zee berkaca-kaca.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top