Bagian 5 dari 5

Bolehkah Kyoko menjerit?

Kenapa dengan begitu bodohnya dia melupakannya?

"Sayonara, Kyocchan."

Kyoko menghapus air mataku dengan kasar. Ucapan itu, kalimat yang Yuki ucapkan, terus terngiang-ngiang di kepalanya. Membuat air matanya terus dan terus keluar.

ingin rasanya Kyoko mengutuk dirinya sendiri. Kenapa ... kejadian itu terjadi?

Kenapa ... dia kehilangan sebagian ingatannya?

Bukankah dia sangat kejam? Membuat orang yang mencintainya membantunya untuk menyatakan cinta kepada seseorang?

Berkali-kali, Kyoko menggumamkan nama Yuki. Bunyi kembang api mengiringi larinya Kyoko.

Sesekali Kyoko menatap langit malam, bertabur Milky Way, semakin membuatnya bersalah terhadap Yuki.

'Tolong, tunggu sebentar saja....' Kyoko membatin, mempercepat larinya.

Jarak taman bermain dan rumahnya bukanlah jarak yang dekat. Seragam sekolahnya telah banjir keringat, rambutnya berantakan.

Brak!

Kyoko membuka pintu rumahnya dengan kencang, segera menutupnya kembali dan berlari ke kamarnya.

"Hah ... hah ... hah...." Napas Kyoko tersenggal, keheningan di kamarnya menyambutnya. Tidak ada tanda-tanda Yuki.

Ah, bagaimana dia bisa lupa?

Walau pun Yuki tidak ada di sini, Kyoko tetap akan memanggil Yuki, dengan melantunkan nada itu. Ya, nada itu!

Anggap saja Kyoko egois atau apa pun, tetapi ... dia ingin memperbaikinya.

Tolong, datang kepadaku, Yuki!

Kyoko mengatur napasnya, perlahan memejamkan kedua matanya. "Na ... na ... na na ... na...."

Ruangan berbintang itu lenggang sejenak. Kyoko membuka matanya, sekali lagi, "Na ... na ... na na ... na...." kali ini berintonasi lebih keras.

Tidak keluar. Yuki ... tidak ada.

Kyoko kembali meneteskan air matanya, matanya tidak sengaja melihat sepucuk surat yang terletak di meja belajarnya.

Dengan lemas, ia mengambil surat itu. Membacanya.

Hei, Kyocchan?

Mungkin saat kau membaca surat ini, aku sudah tidak bisa menemanimu lagi, ne.

Kau sudah menyatakan perasaanmu, bukan? Yokatta ... kalau begitu aku bisa pergi.

Ne, Kyocchan, tidak ingat denganku, 'kan?

Sayang sekali, ya. Padahal aku ingin cerita banyak denganmu. Tetapi ... aku tetap bahagia, karena Tuhan masih mengizinkanku untuk bertemu denganmu, meski pun tidak lama.

Maaf ya, kau tidak bisa bercerita kepadaku perihal kau ditolak atau tidaknya. Maaf juga tidak pernah memberitahumu, bahwa Yuuto adalah kakakku sendiri. Aku benar-benar minta maaf!

Aku sebenarnya ingin bersamamu lebih lama lagi, tetapi aku akan segera menghilang. Aku menyempatkan diri untuk menulis ini, untukmu.

Ne, kau ingat tidak? Saat kita melihat Milky Way bersama-sama di biang lala itu? Itu benar-benar menakjubkan, bintang itu berkumpul membentuk pemandangan yang indah.

Ah, kau tidak mengingatnya ya?

Kyoko, ingat hari itu. Hari di mana ... semuanya berakhir.

Tidak apa-apa, jika kau tidak mengingatnya. Aku akan selalu dan selalu mengenangnya, untukmu.

Maafkan aku karena tidak pernah membantumu untuk mengingat masa lalumu, Kyocchan.

Ne, kau selalu bertanya-tanya kenapa kamarmu dipenuhi dekorasi bintang, 'kan? Itu ulahku, hehe.

Bukan ulahku sepenuhnya juga, sih. Aku beberapa kali tidak sengaja melihatmu diam-diam memasang beberapa dekorasi bintang di kamarmu~

Oh iya, jangan bercerita pada siapa pun soal arwahku yang mendatangimu, ya?

Nanti kau dikira orang gila, bagaimana?

Aku bercanda~

Aku meninggalkan syal bintangku di lemarimu, anggap saja sebagai rasa terima kasihku karena kau telah menjadi sahabatku, ya.

Kita akan bertemu lagi. Suatu hari nanti, aku percaya akan hal itu, aku harap kau juga akan percaya.

Jangan lupakan aku lagi, ne?

Nanti aku marah jika kau melupakan aku lagi.

Matta ne, Kyocchan.

Salam hangat, Yuki.

Kyoko menutup mulutnya, menjerit tanpa suara. Ia merangkak, membuka pelan lemari bajunya, menarik syal yang tergantung dengan rapi.

Kyoko memeluk syal bermotif bintang itu, air matanya masih terus mengalir, membuat kedua matanya sembap.

Beginikah, akhirnya?

"YUKI!!!"

~✳~

Tokyo, 05 Desember 2025. Musim dingin.

Kyoko membenarkan letak syalnya, matanya bergerak menatap deretan-deretan kata yang terpampang di papan pengumuman.

Bandara Tokyo ramai seperti biasanya, banyak orang berlalu-lalang, entah untuk menaiki pesawat, turun dari pesawat, atau hanya untuk menjemput sanak saudara.

Kyoko sendiri, baru saja kembali ke Tokyo setelah berlibur ke Indonesia.

"Mungkin aku akan memesan minuman hangat dulu," gumam Kyoko, ia menarik kopernya, mencari-cari di mana toko yang menjual minuman hangat.

Bruk!

"Ah, maafkan aku!" Kyoko berjongkok, membantu mengambil barang pemuda utu yang terjatuh karena ulahnya.

"Tidak apa-apa, terima kasih sudah membantuku." Pemuda itu berdiri, tidak beranjak ke mana pun, bermaksud menunggu Kyoko untuk ikut berdiri.

Sementara Kyoko tertegun, 'Suara ini?'

Kyoko berdiri merapikan Roknya yang berantakan. Dengan setengah ragu, ia mengangkat pandangannya perlahan, bermaksud menatap muka pemuda yang baru saja ditabraknya.

Dan apa yang dilihatnya sukses membuat Kyoko membulatkan matanya.

Pemuda itu mengulurkan tangannya, mengajak Kyoko bersalaman, "Namaku, Yuki."

"Yu ... ki?"

~~Tamat~~

HAAA, SELESE UGHAA.
Kurang njleb, ya?
Maklumkan, aku gak bisa bikin genre angst :'v
Perjelas dikit, cerita ini (dari bagian satu sampe 5) latarnya pada tahun 2018.
Lalu, (yang cerita dikit paling akhir) aku skip tahun ke tahun 2025, wkwk.

Matta ne : sampai bertemu lagi

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top