Bagian 2 dari 5
"Tu-tunggu, pelan-pelan...." Kyoko mengangkat kedua tangannya, membuat Yuki berhenti berbicara.
Yuki berkedip dua kali, memiringkan kepalanya bingung, "Ada apa?"
"Kau akan tinggal di mana?"
"Aku?" Yuki menunjuk dirinya sendiri, "aku tidak perlu tempat tinggal, Kyocchan. Aku bisa menghilang kapan saja, Kyocchan bisa memanggilku dengan menyanyikan nada ini."
Nyut.
Sekali lagi, dada Kyoko terasa ngilu. Entah apa sebabnya. Saat Yuki memanggilnya dengan kata 'Kyocchan', entah mengapa Kyoko begitu merindukan panggilan itu. Sebenarnya ada apa dengannya?
Mata itu, mata biru gelap yang selalu dan selalu menatap Kyoko dengan pandangan sendu, sering kali membuat dada Kyoko sesak.
Sebenarnya ... apa yang terjadi?
Apa yang terjadi di masa lalunya? Kenapa Kyoko tidak pernah sekali pun bisa mengingatnya?
"Ne, Yuki. Aku ... ingin bertanya." Kyoko menatap Yuki, sesaat kemudian kembali mengalihkan pandangannya. Kyoko ... tidak pernah tahan dengan pandangan yang dilontarkan Yuki.
"Apa itu?"
"Sejak kapan ... kau mengenalku? Kenapa ... kau bisa tahu nama panggilanku?" Kyoko meremas ujung bajunya, menunduk.
"Himitsu, yo." Yuki menaruh jari telunjuknya di bibirnya sendiri, memejamkan mata kirinya.
Rona merah menjalar di pipi Kyoko, yang dengan segera Kyoko kembali menunduk. Sikap seperti itu ...,
Entah kenapa membuat Yuki terlihat sedikit, manis.
****
'tiga hari, ya...,' batin Kyoko, mengingat sudah berapa hari dirinya dan Yuki bertemu sejak pertama kali.
Kyoko menutup matanya, membiarkan semilir angin malam menerpa wajahnya. Ia tidak tahu apa yang akan dilakukannya sekarang?
Perkataan ayahnya masih tidak bisa dilupakannya. Kyoko tahu, ayahnya hanya sedang tersulut emosi. Tetapi, tetap saja....
"Kalau begitu ikut saja dengan Ibumu itu!"
Perkataan itu terus menggema, berulang-ulang kali di pikirannya.
Dering ponsel membuat Kyoko membuka matanya. Dilihatnya layar ponsel dengan nama Nanami yang tertera.
"Ada apa, Nanami?"
"Mou, Kyocchan! Kau di mana, ne? Ayahmu meneleponku tadi, dia bilang kau belum pulang. Ada apa, ne?"
Di seberang sana, Nanami terus saja mengoceh. Membuat Kyoko terkekeh pelan, "Daijoubu yo, Nanami. Aku tidak apa-apa. Kau tidak perlu panik begitu. Aku akan pulang ke rumah, segera."
"Baiklah.... cepat pulang, ya? Ayahmu khawatir."
Tut tut tut tut.
Ponsel dimatikan sepihak oleh Nanami, yang sebenarnya tidak dipermasalahkan oleh Kyoko. Kyoko sendiri, segera memasukkan ponselnya ke kantung.
Khawatir, ya?
Kyoko duduk kembali, bersandar dan memejamkan matanya. "Na ... na ... na na ... na...."
"Huwaa!!" Hampir, hampir saja Kyoko melayangkan pukulan refleknya saat ia membuka matanya tiba-tiba Yuki berada di depannya, tepat di hadapan wajahnya.
"Nande tte, Kyocchan? Kenapa kau berada di luar? Di sini dingin, lho." Yuki melangkah, duduk di kursi samping Kyoko. "Ada masalah apa?"
"Aku ... bertengkar dengan ayahku."
"Hee? Souka? Bertengkar kenapa?"
"Aku hanya ingin keluar dengan teman sekelasku, tadi. Lalu Ayah marah, aku berkata bahwa Ibu bahkan tidak pernah melarangku, lalu ayah berkata 'Kalau begitu ikut saja dengan Ibumu itu!' begitu." Kyoko memandang ke arah jalan raya yang penuh dengan gemerlapan lampu kendaraan.
"Ne, Yuki." Kyoko kali ini menatap mata Yuki, untuk pertama kalinya.
"Hm? Ada apa?"
"Ayah membenciku ya?" Pandangan Kyoko berubah menjadi layu, matanya menggelap.
"Hee, kau ini bicara apa. Tentu saja Ojii-san tidak membencimu. Kau tahu? Dia melarangmu pergi karena khawatir padamu, apalagi mengenai jam yang beranjak malam. Juga ... kau ini 'kan, anak satu-satunya Ojii-san.
"Mungkin soal dia berkata seperti itu padamu, agar kau tidak menyangkut pautkan Baa-san dengan situasi itu. Apalagi, Baa-san sudah tidak ada, ne."
Kyoko berkedip, menatap Yuki yang habis berbicara panjang lebar. Mungkin, memang benar. Terkadang ... Kyoko bisa melupakan waktunya, mungkin ayahnya hanya khawatir padanya. Eh tapi ...
"Bagaimana kau bisa tahu aku anak satu-satunya?"
Yuki memasang senyum simpulnya, "Himitsu, yo."
"Nah, sekarang waktunya kembali ke rumah. Ayo cepat, nanti ayahmu akan semakin khawatir." Yuki menarik pergelangan tangan Kyoko, berjalan bersama menuju ke rumah Kyoko.
Sementara Kyoko menatap pergelangan tangannya yang di genggam Yuki. Rasanya ... Deja vu.
"Kyocchan, cepat masuk." Ucapan Yuki membuyarkan lamunan Kyoko.
Kyoko dengan ragu mengetuk pintu rumahnya. "A-aku pulang...."
Tidak disangka, ayah Kyoko keluar dan langsung memeluk Kyoko. Membuat Kyoko terkejut.
"Kau darimana saja Kyoko? Ayah khawatir. Jangan pergi-pergi lagi, apalagi saat malam...." pelukannya semakin erat, membuat Kyoko kesulitan untuk bernafas.
"Ma-maaf, Ayah. Aku, tidak akan melakukannya lagi." Diam-diam, Kyoko menatap ke arah Yuki. Yang ditatap balik melemparkan senyum simpulnya.
'Kau benar, Yuki. Maafkan aku, karena telah berburuk sangka....' Kyoko membatin, melemparkan senyum tipis ke arah Yuki.
Mungkin, tidak semua yang didengarnya adalah hal yang nyata, ne.
~✳~
Himitsu : Rahasia
Daijoubu : jangan khawatir, tidak apa-apa
Nande : kenapa
Souka : benarkah, benar
Ojii-san : Paman
Baa-san : bibi
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top