7. Made in K3NT4LM4N13S


SROOOT.

"Bo... Tolong, ya..."

SROOOOOOT.

"Bobo..."

"Oke, oke, say."

SROOOOOOOOOOT.

"BOBO!" Teana menggebrak meja dengan kesal. "Bisa diam nggak?"

"Say, gue nggak ngapa-ngapain kok!" Bobo membela diri. "Adinda hanya duduk syanthieek di sindang, menikmati jus kedondong yang menyejukan jiwa ini. Dese kenapa demo? Kayak buruh aja!"

"Iya, lo memang nggak ngapa-ngapain," tegur Teana. "Tapi cara lo menyedot jus itu! Annoying, tahu nggak? Berisik banget, kayak mesin fogging!"

"Dese mawar, say? Gue pesankan juga, ya? Jus jeruk? Pas sama tampang asem lo."

"Sialan, lo! Bantuin gue berpikir!"

"Memikirkan apa, Tea? Masa depan? Masa depan mah bukan dipikirkan, tapi direncanakan."

"Bukan! Makanya lo fokus dong, dari tadi malah makan terus! Lama-lama nggak ada baju yang muat lagi, lo pakai tenda buat ke kampus!"

Bobo mencabut sedotan dari gelas dengan kelewat macho dan meneguk jusnya banyak-banyak. "Udah. Tuh, udah nggak ada yang bisa gue sedot." Dia lalu melirik Milk yang duduk di sebelahnya dan berkedip nakal. "Halileo, Milk."

"Halileo? Apa artinya, Bobo?"

"Artinya 'hai', sayang."

"JANGAN MENGGODA MILK!" hardik Teana. Bobo langsung diam dan menunduk menatap jari-jarinya yang gemuk seperti dodol. "Gue benar-benar nggak tahu harus ngapain nih sekarang!"

"Teana harus memperbaiki T2," kata Milk polos. "Karena Teana merusak T2."

Teana mengangkat telapak tangannya di depan wajah cowok berambut putih itu. "Aku nggak merusak T2 milik kamu, oke? Benda itu rusak sendiri!"

"Kalau Teana memang tidak merusak T2, kenapa kamu mau memperbaikinya?" kata Milk. "Komputer memberitahuku kalau salah satu ciri psikologis Homo sapiens yang merasa bersalah adalah bersedia melakukan apa saja untuk memperbaiki kesalahannya."

Ciri psikologis orang yang bersalah? Teana cemberut. Dasar cowok sialan! Padahal aku kan nggak ngapa-ngapain!

"Tea bebih... Dese jangan cemberut gitu dong, say. Harusnya lo hepi, karena semua kelas kita hari ini dibatalkan. Mantul kan, say? Kita nggak jadi pulang malam."

Teana menarik napas dalam-dalam dan mencoba mengalihkan perhatiannya dengan mengamati kantin kampus yang ramai. Teman-teman sekelasnya tertawa-tawa riang sambil menikmati makan siang. Tentu saja mereka senang, karena percayalah, tak ada mahasiswa normal manapun di dunia ini yang sedih kalau disuruh pulang cepat. Di sudut kantin, Kai yang bening itu menjulang di antara kerumunan penggemar wanitanya.

"Kenapa si orang BIN itu mencari Pak Piktor, ya?" tanya Bobo tiba-tiba.

"Mungkin karena Pak Piktor itu satu dari sedikit ahli astrofisika yang ada di negara kita," sahut Teana. Yang tadi itu bukan pertama kalinya kelas mereka diinterupsi oleh orang penting yang ingin bertemu Pak Piktor.

"Tapi untuk urusan apa, say?" Bobo mengernyit. "Apa ada hubungannya dengan kemunculan Koda? Pasti begindang. Jangan-jangan Koda itu alien."

Penyebutan kata 'alien' itu membuka sumbat ingatan Teana seperti obat pencahar membantu orang yang lagi sembelit. Dia menunjuk Milk. "Milk! Kemarin kamu bilang kamu bukan berasal dari sini, kan?"

"Iya," jawab Milk. "Aku berasal dari Planet K3NT4LMAN13S."

"Dan kamu juga cerita kalau kapsul luar angkasa kamu jatuh dekat Koda?"

"Benar."

"Kamu kan yang melawan Koda?" tuntut Teana tajam. "Tapi pagi aku nonton di televisi. Rekaman kamu lagi menghajar Koda itu sedang viral!"

"Televisi?" Milk berkedip-kedip. "Viral? Apa itu?"

Bobo mengeluarkan ponselnya dan membuka channel berita HoHo News di YouTube. Di deretan paling atas ada video peristiwa penyerangan Koda kemarin. Dalam waktu kurang dari dua puluh empat jam, video itu sudah ditonton lebih dari dua ratus juta kali.

"Itu memang aku," kata Milk di akhir video. "Komputer memberitahuku soal ancaman. Aku harus melawan monster itu untuk menyelamatkan diri. Lagipula, petugas keamanan kalian tak akan sanggup melawan monster itu."

"Tunggu, wait, selow!" Bobo mengibaskan tangan cepat-cepat. Dia menatap Milk, matanya yang bulat membesar. "Jadi lo beneran alien?"

"Iya," jawab Milk tenang. "Aku sudah memberitahu kalian."

Seperti momen-momen pencerahan pada umumnya, ketika orang yang dicerahkan mendapat ilham, ide besar, atau sekedar pikiran jorok, Bobo dan Teana saling pandang. Mereka melakukan ini bukan karena baru memikirkan sesuatu yang jorok tentang Milk, tapi karena pemahaman yang benar dan mencerahkan tentang asal muasal cowok aneh itu.

"Jadi..." Teana berkata lambat-lambat. Dia sulit mempercayai ini, rasanya seperti mendengar kalau Mamanya sebetulnya Papanya dan Papanya adalah Mamanya, semacam orangtua yang tertukar. "Kamu betul-betul berasal dari luar angkasa?"

Milk mengangguk. "Iya."

"Dan kapsul kamu mendarat di Mall Pondok Cabe-cabean?"

Milk mengangguk lagi. Dia mengeluarkan sebuah disk kecil, seperti sepotong kaca. "Aku bisa menunjukkannya pada Teana, kalau kamu mau."

Teana menatap benda itu. Milk menyentuhnya dan benda itu berubah menjadi pelindung wajah transparan yang dipakai Milk. Tanpa ragu-ragu, Teana memakainya.

'Planet K3NT4LM4N13S terletak di Galaksi Nomnom yang berjarak dua ratus lima puluh juta tahun cahaya dari Bumi...'

Di depan mata Teana muncul tampilan sebuah planet berwarna hijau zamrud dengan cincin warna biru terang berlapis-lapis. Pemandangan itu sangat nyata, seperti film tiga dimensi. 

'Sebagai salah satu planet dengan teknologi tercanggih di alam semesta, K3NT4LM4N13S memiliki sistem pertahanan sempurna yang tak terkalahkan. Dengan memanfaatkan daya Jigu yang diekstrak dari Nyamnyam, bintang terbesar di galaksi Nomnom, penduduk planet ini telah membangun peradaban yang menakjubkan...' 

Tampilan layar berganti, sekarang memperlihatkan permukaan planet mirip Bumi yang tanahnya ditumbuhi pohon-pohon warna-warni. Ada berbagai struktur bangunan aneh yang besar-besar dan tinggi. Orang-orang yang berambut warna-warni seperti balon ulang tahun berkeliaran di sekitar gedung-gedung itu. 'Daya Jigu juga dimanfaatkan untuk memasok tenaga bagi para prajurit pelindung planet K3NT4LM4N13S. Melalui alat T2...' Tampilan itu kini menunjukkan sekumpulan pria dan wanita yang berseragam seperti busana luar angkasa milik Milk, semuanya sedang menghisap dot. 'Para prajurit ini mendapatkan daya luar biasa untuk bekerja melindungi sekaligus membangun planet K3NT4LM4N13S...'

Tayangan itu berakhir. Teana mengoper alat itu pada Bobo. Cowok tambun itu memakainya dan dia mulai ber-oooh panjang ketika tampilan itu diputar.

Milk tersenyum kecil. "Apa sekarang Teana percaya?"

"Ini artinya..." Otak biasa-biasa saja milik Teana mulai bekerja, merangkaikan potongan-potongan informasi tidak biasa ini menjadi sesuatu yang lebih bisa dipahami. "Kamu seorang alien prajurit?"

"Benar," kata Milk.

"Terus kenapa kamu datang ke sini? Ke Bumi?"

"Aku juga tidak tahu," Milk tertunduk sedih. "Sepertinya kapsulku tanpa sengaja terlepas ke luar angkasa. Tapi karena aku seorang prajurit, aku harus segera kembali ke planetku. Kalau tidak, pemimpin pasukanku pasti akan mencari-cariku."

Pantas saja Milk sanggup menghajar Koda dalam tiga menit! "Dan kalau T2 milik kamu rusak, itu artinya kamu nggak bisa mendapatkan daya... daya..."

"Daya Jigu," sambung Milk lancar. "Yang berasal dari Nyamnyam, bintang kami."

"Tanpa daya Jigu kamu nggak bisa pulang?"

"Benar. Kapsulku rusak hebat saat mendarat, tapi masih bisa dibetulkan jika aku punya Jigu yang cukup."

"Apa nggak bisa diisi ulang pakai cahaya Matahari kita?"

"Lo pikir panel surya, say!" potong Bobo. Dia sudah selesai menonton dan mengembalikan pelindung wajah itu pada Milk. "Tiap bintang memancarkan energi yang berbeda, tergantung komposisi intinya."

Milk tersenyum pada Bobo. "Kamu benar."

"Lo tahu dari mana, Bo?"tanya Teana.

"Fisika dasar semester satu, hellaaaw, Teana, darling! Gini-gini IPK gue tiga koma delapan!" Bobo melakukan gerakan kibas rambut yang luwes ala model majalah hewan peliharaan. "Tebakan gue, BIN mencari Pak Piktor karena mereka ingin tahu lebih banyak soal sosok yang melibas Koda." Dia menunjuk Milk. "Itu artinya mereka mencari kamu, Milk sayang."

"Aku tak mau berurusan dengan mereka," kata Milk terus terang. "Aku hanya ingin memperbaiki T2 dan pulang. Bobo dan Teana tolong bantu aku."

Mendadak Teana dan Bobo menyadari betapa seriusnya masalah ini.

"Heh, bencong!"

Seorang laki-laki bertubuh tinggi besar tiba-tiba muncul di belakang Bobo. Dadanya bidang, lengannya panjang dan berbulu. Dia kelihatan seperti gorila yang memakai jaket hoodie. Di belakangnya ada empat orang laki-laki lain yang juga tak kalah besar.

Si gorila menunjuk Bobo. "Minggir, lo!"

"Kita cuma mau makan di sini, Jojon," kata Teana hati-hati. Jojon dan gengnya memang terkenal sebagai preman kampus yang suka bikin gara-gara. "Di sana masih banyak kursi kosong."

"Gue nggak ngomong sama lo, es teh manis!" balas Jojon kasar. Dengan kasar, dia mendorong pundak Bobo dari belakang. "Tapi sama teman lo ini! Lihat deh, dia pakai kuteks!"

Teman-teman Jojon tertawa meledek Bobo.

"Nggak pakai rok sekalian, Bo? Lo kalo pipis di toilet jongkok apa berdiri?"

Ledekan Jojon bertambah kejam dan menjadi-jadi. Wajah Bobo berubah merah padam karena malu. Jojon melempar sebuah gelas plastik bekas ke belakang kepala Bobo.

"Geser lo, banci!"

"Jojon!" pekik Teana marah. "Lo kelewatan ya!"

Jojon tak menggubris gadis itu. Sekarang dua temannya bahkan ikut melempar bola-bola tisu pada Bobo. "Bodo! Si bencong berbodi gentong, napasnya boros oksigen!"

"Pantun apaan itu?" kata Teana. "Berima juga enggak."

Bobo bangkit berdiri, bibirnya bergetar seperti ingin menangis. "Cabut yuk, say. Biarin aja mereka."

Tawa Jojon dan gengnya pecah. Mereka terbahak-bahak sampai terbungkuk-bungkuk. "Nah, begitu dong! Pergi lo, banci! Yang jauh, ke akhirat sekalian! Bikin najis kantin aja! Nggak pantas lo hidup di dunia!"

BRAAAAAAAAAK!

Seolah dihantam bola boling raksasa yang kasat mata, Jojon dan keempat anggota gengnya terpental ke belakang, menabrak meja-meja kantin sampai terbalik lalu jatuh menerjang lantai. Mereka berteriak nyaring karena kesakitan dan menyumpah-nyumpah.

Teana melongo menatap Milk. Dia baru saja melihat cowok itu menyentil jaket Jojon. "Milk..."

"Demi bulu mata Dorce Gamalama!" pekik Bobo terkejut. "Milk, mereka lo apain, say?"

"Kita harus pergi," kata cowok itu sambil lalu. Dia menarik menggendong Bobo dan Teana sekaligus di punggungnya. "Mereka ancaman. Ayo!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top