40. Sisa Daya: Nol Persen
"Kakak?"
Sentuhan tangan Donna bagaikan kunci yang membuka sumbat ingatan Milk.
Sekonyong-konyong Milk ingat semuanya. Gendongan Donna yang lembut sewaktu dia masih bayi. Jeritan-jeritan Donna sewaktu kakaknya itu memohon-mohon pada S0D4 dan C0L4 agar tidak membunuh dirinya yang masih bayi. Ternyata jeritan gadis muda yang ada dalam mimpi Milk itu adalah Donna, bukan ibunya. Pemuda itu kini bisa mengingat hal-hal lainnya. Tangan Donna yang menyentuhnya pipinya sewaktu dia dibekukan. Kecupan Donna yang hangat dan penuh rasa sayang. Janji Donna untuk membebaskannya dari sel...
Air mata Milk jatuh. Dia ingat semuanya.
"Wajahmu mirip ibu..." Donna tersenyum. "Tapi matamu... persis seperti mata ayah..."
Milk memeluk Donna. Wanita yang selama ini dikira adalah musuhnya, orang yang telah membunuh orangtuanya, ternyata adalah kakaknya, darah dagingnya, satu-satunya saudara kandungnya yang tersisa. Orang yang telah menyelamatkan hidupnya.
"Aku minta maaf..." Milk terisak-isak. "Aku tidak bisa mengingat lebih cepat..."
Donna seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi dia batuk darah lagi dengan hebat.
"Monster-monster itu..."
Milk bisa merasakan Daya Jigu kakaknya semakin melemah. "Koda? Ada apa dengan mereka?"
Mata Donna melebar, lalu tiba-tiba tubuhnya terasa lebih ringan.
"Kak? Kakak?"
Rambut panjang Donna yang berwarna kuning perlahan-lahan berubah menjadi hitam. Tatapan Donna hampa, cahaya kehidupan sudah meninggalkannya. Wanita itu memejamkan matanya. Tubuhnya berpendar seperti kunang-kunang, kemudian lebur menjadi butiran-butiran pasir keemasan.
CH4RD0NN4Y telah mati.
Milk berteriak pedih.
Teana menonton kejadian itu dan ikut terharu. Sama seperti Milk, dia juga mengira selama ini Donna bermaksud jahat. Bobo menutup wajahnya dengan tangan.
"Milk..." Teana mendekati cowok itu. "Aku minta maaf. Kita semua nggak tahu kalau ternyata Donna adalah kakakmu..."
Dua buah benda terjatuh di tempat tubuh Donna berbaring.
"Milka..." Bastian terseok-seok menghampiri Milk. "Jauhi benda itu..."
Teana melihat kedua benda itu. Yang pertama adalah sebuah dot persis seperti punya Milk. Itu adalah T2 milik Donna. Dot itu masih bersinar meski sangat redup. Benda kedua jauh lebih kecil dan berbentuk lingkaran, seperti terbuat dari logam.
Itu adalah sebuah cincin.
Bastian mengambil cincin itu. Dia juga ingin mengambil T2 milik Donna tapi Milk menepis tangannya dan menyimpan dot itu.
"Apa cincin itu..." Sambil masih tertunduk, Milk bangkit. "Milik Bastian?"
"Iya, ini cincin saya." Bastian mengenakan kembali cincin itu di jari manis tangan kirinya. "Saya tidak tahu bagaimana Superwoman mendapatkannya. Pastilah terjatuh dia menyerang Humvee kami."
"Dari mana Bastian mendapatkan cincin itu?"
"Cinicin ini adalah warisan dari orangtua saya. Hanya cincin biasa." Bastian mundur beberapa langkah dan memungut walkie-talkie. "Kita semua sudah aman sekarang. Teana, Bobo, saya akan memanggil pasukan untuk mengevakuasi kalian."
Teana dan Bobo saling pandang. Bobo menggeleng kecil. Teana merasa sesuatu sedang terjadi pada diri Milk.
"Apa orang tua Bastian..." Milk mengangkat kepalanya dan menatap Bastian lurus-lurus. "Berasal dari Bumi?"
"Apa maksud kamu, Milka?"
"Apa orangtua Bastian berasal dari Bumi?"
Bastian mundur beberapa langkah. "Saya tidak tahu apa yang kamu bicarakan."
Tiba-tiba Milk melesat ke arah Bastian dan menangkap leher Bastian. Dia mengangkat pria itu lalu membantingnya ke tanah.
"MILK!" Teana dan Bobo cepat-cepat menghambur ke arah Milk. "Apa yang kamu lakukan?"
Milk mulai memukuli Bastian dengan geram. "Para Koda..." Tinju Milk mendarat di pelipis Bastian. "Berasal dari cincin itu..." Bastian meronta-ronta ingin membebaskan diri, tapi kalah kuat. "Kakakku tahu kalau ternyata kaulah..." Satu lagi pukulan keras di dada. "Anak dari S0D4 dan C0L4!"
Teana terkesiap. Bobo memekik kaget. Bastian adalah anak S0D4 dan C0L4?
Namun mendadak pukulan-pukulan Milk melemah. Seperti kehabisan daya, gerakan pemuda itu melambat hingga akhirnya dia betul-betul berhenti. Bastian memanfaatkan kesempatan ini untuk menerjang perut Milk hingga cowok itu terlempar.
Bastian berdiri dan terbahak keras. "Akhirnya Daya Jigumu habis juga."
"Tea..." Bobo berbisik pelan. "Sebaiknya kita mundur..."
Dalam sekejap, rambut Milk yang berwarna putih susu berubah menjadi hitam. Teana tahu apa yang sedang terjadi – dia melihat rambut Donna berganti warna sebelum wanita itu meninggal. Bastian memeriksa pakaian Milk, cowok itu berkelit tapi Bastian menendangnya lagi hingga Milk tersungkur.
Bastian berhasil mengambil T2 milik Donna dan milik cowok itu.
"Pak Bastian..." Teana berdoa semoga ini hanya kesalahpahaman semata. "Kenapa bapak..."
"Teana, Bobo..." Milk berbisik, wajahnya mengernyit menahan sakit. "Lari..."
"Tidak ada gunanya melarikan diri."
Bastian memainkan kedua T2 itu lalu tersenyum puas.
"Kalian tidak seharusnya menyaksikan semua ini." Dia menunjuk Teana dan Bobo. "Awalnya aku mau menuntaskan urusan T2 ini tanpa banyak kehebohan tapi perhitunganku meleset. Seandainya para polisi dan anggota TNI tolol itu berhasil menangkapmu setelah kapsulmu tiba, Milk... kau tidak akan kabur dan bertemu dengan Teana dan banci gendut ini..."
Teana mencelos. Apakah ini artinya... Bastian sang penjahat sebenarnya?
"Lalu kakakmu datang." Bastian menendang Milk dengan marah hingga pemuda itu terlentang. Pemuda itu hanya bisa meringis kesakitan. "Wanita brengsek itu menghancurkan semuanya! Seharusnya dia juga sudah mati bertahun-tahun lalu! Ayah dan ibuku sudah memastikan tidak ada seorangpun anggota keluarga kalian yang tersisa, tapi sepertinya mereka melakukan kesalahan. Harus kuakui, CH4RD0NN4Y cukup hebat. Dia bertarung seperti prajurit sejati! Rupanya dia masuk akademi militer demi menjagamu selama kau dibekukan, Milk! Karena dialah kau selamat sampai hari ini dan orangtuaku tak bisa menemukan T2 milikmu! Kakakmu pasti menyimpannya atau menyembunyikannya di suatu tempat!"
"Kau!" Milk meringis. "Penipu busuk!"
Bastian mengangkat bahu. "Orangtuaku sampai di Bumi setelah melarikan diri dari planet asal mereka. Sayangnya mereka tidak bisa mengisi ulang T2 karena Bumi terlalu jauh dari Galaksi Nomnom. Mereka memanfaatkan sisa Jigu mereka sebaik mungkin dengan melatihku dan mengembangbiakkan V4MPH4G jenis baru alias Koda, dengan menggunakan spesies kadal Bumi..."
"Jadi monster-monster itu..." Teana sulit untuk mempercayai penjelasan ini. "Anda sengaja melepasnya untuk menyebabkan kekacauan?"
"Koda-koda itu hanya menuruti perintahku," kata Bastian. "Mereka sudah terlalu lama mendekam di dalam tanah, menunggu saat yang tepat. Akhirnya waktunya datang juga. Kapsul Milk mendarat di Jakarta!"
Bobo menarik-narik tangan Teana supaya gadis itu tidak terlalu dekat dengan Bastian. "Jadi kalau begitu Anda sudah tahu Milk akan datang ke Bumi?"
Bastian tergelak. Dia mendengus pada Bobo, meremehkannya. "Salah satu keuntungan utama bekerja di Badan Intelejen Nasional adalah kau bisa mengetahui banyak hal yang tidak diketahui orang lain. Menurutmu jabatan Wakil Kepala BIN ini jatuh dari langit di pangkuanku, bocah bodoh? Aku memang mengincarnya sejak dulu untuk menuntaskan misiku! Hingga akhirnya dua minggu lalu beberapa satelit mendeteksi kedatangan Milk saat kapsulnya berbenturan dengan atmosfer Bumi. Dari foto-foto yang diambil, aku tahu bahwa itu bukanlah pesawat luar angkasa dari badan antariksa manapun di dunia ini, tetapi sesuatu yang lain, yang berasal dari planet asalku. Begitu melihatnya, aku tahu penantianku sudah selesai. Misi harus segera diselesaikan!"
"Anda sudah merencanakan semuanya!" kata Teana. Dia ingin sekali mendekati Milk, tapi bagaimana melakukannya tanpa ketahuan Bastian? "Misi Anda adalah membunuh Milk!"
Bastian mengibaskan tangan, menyuruh Teana diam. "Kau salah. Misiku adalah menuntaskan apa yang sudah dimulai orangtuaku; menemukan daya terkuat. Kedua orangtuaku meninggal beberapa tahun setelah mereka menetap di Bumi tetapi mereka sudah memberitahuku semuanya dan menggemblengku dengan keras sejak kecil, supaya aku bisa melanjutkan misi mereka. Sebelum meninggal mereka menyatukan T2 mereka yang masih memiliki sisa daya dan mengubah bentuknya menjadi cincin ini, lalu mewarisinya padaku."
"Orangtuamu..." Milk merangkak tertatih-tatih, berusaha menarik kaki Bastian. Dia teringat akan apa yang dilihatnya dalam kilas masa lalu kehidupan Donna. "Pembunuh! Kalian membantai ratusan orang dan menghisap semua daya dari T2 mereka lalu menghancurkannya!"
Bastian menginjak dada Milk hingga pemuda itu terbatuk-batuk. Bobo meringis.
"Tapi kenapa S0D4 dan C0L4 mengincar T2 Milk?" Teana mencoba mengajak Bastian terus mengobrol. Semoga saja ada yang mendengar obrolan kami dan menyelamatkan kami! "Bukankah T2 yang lain sudah cukup?"
"Gadis dungu!" maki Bastian. "Sebagai gadis Bumi tentu kau tidak memahami definisi kekuatan! Menurut sebuah ramalan kuno di planet kami, daya terkuat hanya bisa dihasilkan oleh siapa saja yang menemukan Costola. Apa tepatnya Costola itu, tidak ada yang tahu. Legenda meyakini bahwa Costola terletak di luar galaksi kami. Bangsa kami berhasil menjadi kuat hanya dengan menghisap daya Jigu dari bintang dan menyimpannya di dalam T2. Kami bisa menjadi lebih kuat jika menemukan Costola. Orangtuaku, S0D4 dan C0L4, bukanlah orang-orang pertama yang mencari Costola. Selama berabad-abad, banyak orang yang mencari Costola, namun hanya sedikit saja yang berhasil menemukannya dan mendapat daya terkuat itu. T2 Milk menunjukkan gelagat aneh ketika dia dilahirkan. Orangtua Milk, C0FF33 dan H0N3Y percaya T2 milik putranya berhasil mendeteksi keberadaan sumber Costola. Jika hal ini terbukti benar, artinya orang yang mendapatkan Costola akan menjadi yang paling kuat..."
"S0D4 dan C0L4 tak ingin disaingi..." Teana mulai memahami motif kejahatan kedua orangtua Bastian itu. "Mereka khawatir Milk akan menjadi lebih kuat dari mereka."
"Makanya S0D4 dan C0L4 menghabisi seluruh keluarga Milk dan menghancurkan semua T2," Bobo melanjutkan, rupanya sudah sepemahaman. "Jahat sekali!"
"Sebetulnya bukan hanya keluarga Milk saja, tapi siapapun yang memiliki T2," kata Bastian. Sepertinya pria itu menganggap tindakan pemusnahan massal yang dilakukan orangtuanya sebagai sesuatu yang sudah sepantasnya dilakukan. "Namun orangtuaku gagal mendapatkan T2 milik Milk karena CH4D0NN4Y menyembunyikannya. Dan wanita itu juga berhasil menyimpan T2 miliknya sendiri. Tapi semua itu tidak jadi soal sekarang!"
Bastian melemparkan kedua T2 itu ke udara dan menangkapnya. Dia tertawa puas.
"Tapi-tapi..." Teana berusaha agar perhatian Bastian teralih dari kedua T2 itu. Mungkin aku bisa merebutnya. "T2 milik Milk mati. Alat itu sudah tidak berguna lagi sekarang."
"Aku bisa menyuntikkan sedikit Jigu dari cincinku." Bastian mengelus cincinnya dengan sayang. "Lagipula aku hanya perlu mencari koordinat Costola saja. Setelah mendapatkannya, misiku tuntas. Aku akan jadi tak terkalahkan!"
Milk menerjang Bastian. "Tidak akan kubiarkan!"
Bastian menangkap kepala Milk dan menjambaknya. "Tidak ada gunanya melawan, Milk. Kekuatanmu sudah lenyap!"
"Teana, Bobo..." Milk berseru pada kedua sahabatnya. "Kalian harus menyelamatkan diri!"
Bastian menyikut wajah Milk dengan kuat hingga Milk terhempas jatuh.
Bastian menjulurkan tangannya untuk menyambar Teana tapi gadis itu cepat-cepat menghindar. Bobo membantu sahabatnya itu berdiri. Mereka berdua mundur terhuyung-huyung ke dinding.
Bastian menarik napas lelah dan meregangkan jari-jarinya, siap mencekik. "Aku menyesal sekali harus melakukan ini tapi aku tidak punya pilihan. Kalian sudah tahu terlalu banyak..." Pria itu mengambil pistolnya dan mengisinya dengan peluru. "Orangtua kalian akan dikabari bahwa kalian berdua tewas akibat dibunuh oleh alien bernama Chardonnay. Begitu juga dengan Milk. Aku akan memberitahu semua orang bahwa aku telah berusaha menyelamatkan kalian bertiga tapi dikalahkan oleh Chardonnay. Mereka akan menganggapku sebagai pahlawan!"
Bastian menodongkan pistolnya lurus-lurus ke kening Teana.
"Selamat tinggal!"
Dia menarik pelatuknya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top