38. Kejujuran


Bobo mengelap keringat yang membanjir di wajahnya. Dia kehabisan napas.

"Tea, Milk... Tunggu sebentar..."

Teana dan Milk berhenti berlari. "Ayo, Bo!" Teana merangkul sahabatnya itu. "Sedikit lagi kita sampai."

"Memangnya kita mau sembunyi di mana, sih?"

"Ada gedung lapangan futsal di bagian belakang sekolah," kata Bastian. Si wakil kepala BIN itu berada paling depan, memimpin barisan. "Ayo! Waktu kita tidak banyak!"

DHUAAAAAAAAR!

Ledakan kedua muncul dari belakang mereka. Api dan asap yang tebal membumbung ke langit.

"D0NN4..." Milk menarik Bobo untuk berlari semakin cepat. Jeritan-jeritan ketakutan di halaman depan sekolah menyiksanya. "Dia menyerang lagi!"

Keadaan jadi semakin gawat. Mereka bertiga terus berlari mengikuti Bastian, menghindari Donna yang mengamuk di tempat pengungsian. Awalnya Bastian hanya mengajak Milk untuk bersembunyi, tapi Teana tak mau berpisah dengan cowok itu. Khawatir akan sahabatnya, Bobo juga memilih untuk ikut. Boni terpaksa ditinggal karena harus menemani Oma Phi Khun. Dibantu anggota TNI dan Polri, para pengungsi sedang dipindahkan ke tempat lain.

Mereka melintasi pagar belakang sekolah yang sepi. Tak berapa jauh, tampak sebuah gedung beratap rendah yang gelap. Pastilah itu lapangan futsal yang dimaksud Bastian.

"Ayo!" Bastian menendang pintu tempat itu sampai terbuka. "Sembunyi di sini!"

Milk, Teana dan Bobo berbondong-bondong masuk ke dalam. Tapi Bastian tetap berdiri di luar.

"Ganjal pintu ini dengan barang-barang," kata si wakil kepala BIN. "Saya akan bergabung dengan para pasukan. Kami akan berusaha menghentikan Superwoman dan mengalihkan perhatiannya..."

Teana tidak mau ditinggalkan begini. Apalagi Milk sedang tak bisa bertempur! "Tapi, pak..."

"Ini..." Bastian menyerahkan sebuah walkie-talkie pada Bobo. "Kalian hubungi saya jika terjadi sesuatu. Jangan nyalakan lampunya dan tetap diam. Kalian akan baik-baik saja."

Lalu pria itu bergegas pergi.

Bobo dan Teana langsung bergerak cepat. Mereka menggeser meja, lemari, rak dan perabotan-perabotan untuk mengganjal pintu itu. Milk mau membantu tapi Teana dan Bobo menghentikannya. Mereka tahu dia sedang memulihkan diri.

Bobo menemukan sebuah senter di laci. Teana mengambil sebatang sapu untuk senjata.

Milk mengamati bagaimana para sahabatnya itu mati-matian melindunginya. Bastian juga, padahal setengah lusin anak buahnya sudah dibantai D0NN4 di mobil Humvee. Hati Milk tersentuh. Padahal aku bukan siapa-siapa mereka...

Mereka pindah ke tengah-tengah lapangan dan duduk di atas rumput.

"Milk, udah mendingan?" tanya Teana menanyainya.

Milk mengangguk. Dia tidak yakin apakah energinya bisa pulih total. Berlari singkat tadi telah menguras sisa-sisa tenaganya lagi.

Ada ledakan lagi, kali ini lebih keras dari sebelumnya. Gedung itu bergetar sedikit.

"Kira-kira Pak Bastian dan para tentara itu bisa nggak ya meringkus Donna?" Bobo meremas-remas senternya, kentara sekali ketakutan. "Aduh, gue khawatir, nih..."

Milk setuju. Bobo punya alasan kuat untuk takut. Mustahil untuk mengalahkan D0NN4. Apalagi jika pasokan Jigu-nya masih tinggi...

Teana menepuk Bobo, menguatkannya. "Kita pasti bisa mengalahkan Donna! Tenang saja!"

"Gue masih nggak ngerti!" Bobo geleng-geleng. "Kenapa sih Donna nyariin lo, Milk?"

"Aku..." Milk termenung. "Tidak tahu..."

D0NN4 bilang yang membunuh orangtuaku adalah S0D4 dan C0L4. Apa wanita itu berbohong? Milk mengingat-ingat mimpinya. Tapi dalam mimpiku... D0NN4 lah pelakunya!

"Langitnya gelap," kata Teana tiba-tiba. Gadis itu sedang berdiri di samping jendela dan mendongak ke langit. "Bintang-bintangnya tak kelihatan lagi."

Bintang-bintangnya tak kelihatan lagi...

Milk mengamati Teana.

'Setiap kali melihat langit, aku merasa rumahku di sana... Di langit...'

Milk tertegun.

'Teana adalah anak S0D4 dan C0LA...'

Ketakutan menyergap Milk. S0D4 dan C0L4 adalah... Mama dan Papa Teana? Milk teringat wajah kedua orangtua Teana itu. Mereka tampak seperti orang baik-baik. Mereka mengizinkanku tinggal di rumah tanpa banyak bertanya...

Bobo memain-mainkan senternya dengan bosan.

Ketakutan Milk menguat. Sebuah suara berbisik di kepalanya. Tentu saja Mama dan Papa Teana menerimamu. Mereka sudah tahu siapa dirimu. Mereka sudah menunggu kedatanganmu sejak lama. 

Mereka membunuh orangtuamu.

Bukan hanya orangtuanya, tapi Teana juga tidak keberatan berteman dengan Milk. Padahal aku ini alien. Gadis itu bahkan tidak takut sedikitpun. Waktu melihat T2, Teana malah memungutnya, alih-alih membiarkannya.

T2.

"Milk, kamu lapar?" Teana menyodorkan kantong plastik yang ditenteng-tentengnya. "Aku masih punya roti, nih."

T2 mati ketika Teana menyentuhnya. Dan tak bisa menyala lagi di sekitar gadis itu. Apa Teana... sengaja mematikan T2 milikku?

"Milk? Kok bengong?"

Tapi Milk tak bisa merasakan energi asing yang memancar dari Teana. Dia terlihat seperti gadis biasa-biasa saja. Apa karena Teana sudah lama tinggal di Bumi dan berhasil menyamarkan energinya dengan sempurna?

"Milk?"

Milk menatap Teana. Sejak mereka bertemu setelah Koda dikalahkan, gadis itu jadi tenang. Tentu saja dia jadi tenang, kata suara di kepala Milk itu. Dia sudah mendapatkanmu. Selanjutnya dia akan menghubungi orangtuanya, S0D4 dan C0L4, lalu membunuhmu.

"Bo, lo bawa hape? Gue pinjem, dong. Hape gue ketinggalan di mobil lo. Pengen nelpon rumah, nih. Pasti orangtua gue nyariin. Gue lupa ngabarin mereka dari tadi."

"Baterai hape gue habis, Tea."

"Yah... oke deh..."

Jadi Teana juga... jahat? Milk tak bisa mempercayai kesimpulan itu. Semua kepingan informasi itu telah menyatu dengan jelas. Tidak salah lagi. Teana akan membunuhku.

Teana menghampiri Milk. Tangannya memutar-mutar tongkat sapu. "Milk? Kamu nggak apa-apa? Kamu pucat pasi!"

Aku harus... Milk berpikir dengan cepat. Aku harus memikirkan cara untuk kabur dari sini dan menyelamatkan Bobo!

"Teana tidak jadi menelepon Mama dan Papa?"

"Hape aku ketinggalan di mobil. Hape Bobo nggak ada baterainya. Aku cuma mau ngabarin mereka kalau kita baik-baik aja."

"Teana..." Bagaimana caranya aku kabur dari sini? Dayaku lemah. Bobo juga bisa dibunuh! "Tadi bilang di langit tidak ada bintang?"

"Iya."

"Apa setiap kali melihat bintang atau planet, Teana merasa seperti... berasal dari luar angkasa?"

Bobo menoleh pada Milk dan mengernyit heran.

"Iya. Sering sih," Teana tersenyum. "Aku kan udah cerita, Milk. Aneh, ya?"

Tidak. Tidak aneh sama sekali. "Mungkin Teana... memang tidak berasal dari Bumi."

"Ya ampun, Milk!" Bobo terbahak keras. "Lo ngomong apa sih, say?"

Apa Bobo bersekongkol dengan Teana? Sekarang Milk juga curiga pada cowok tambun itu. Mereka sudah bersahabat sejak kecil. Bisa jadi Bobo juga terlibat.

Hanya ada satu cara untuk membongkar niat mereka.

Milk mengeluarkan T2 miliknya.

"Apa yang Teana rasakan sewaktu pertama kali menyentuh T2?"

Alis Teana terangkat. "Umm... nggak ngerasain apa-apa, sih. Eh, tunggu sebentar. Aku merasa seperti ditarik sama T2, seakan-akan aku mau dihisap masuk ke dalamnya. Rasanya gara-gara itu juga aku memungut T2 kamu, Milk."

Pastilah saat itu T2 mengenali Daya Jigu Teana sebelum dirusak gadis ini!

"Milk..." Teana menjulurkan tangannya. "Memangnya kenapa kamu nanya kayak gitu?"

Milk menepis tangan Teana dan melompat berdiri. "JANGAN DEKATI AKU!"

Teana melongo. Bobo tersentak kaget. "Kalem, say. Kenapa lo?"

Milk mencari-cari sesuatu di ruangan yang temaram itu untuk dijadikan senjata. Dia melihat tiang-tiang yang dipakai untuk menyangga jala net. Milk mengerahkan tenaganya dan mencabut tiang besi itu.

"Wow, wow, wow!" Bobo mengangkat kedua tangannya pada Milk, seperti pawang ular. "Kamu kenapa, Milk? Apa ada yang datang?"

"Bukan!" Semuanya sudah jelas. Tak perlu lagi berpura-pura. Milk mengayunkan tiang itu. "Mama dan Papa Teana adalah S0D4 dan C0L4!"

"S0D4 dan C0L4?" Teana menunduk menghindar. "Siapa mereka?"

"S0D4 dan C0L4 membunuh orangtuaku!"

Teana dan Bobo beradu pandang. "Membunuh orangtua kamu, Milk? Mama dan Papa aku bukan alien! Nama mereka Leo dan Ara Mensa. Mereka orang-orang biasa!"

"TEANA BOHONG!"

Bobo mengacung-acungkan senternya, sepertinya ingin melemparkannya. Milk menyodokkan tiang itu ke arah Teana tapi gadis itu berhasil menghindar dengan gesit.

"Aku nggak paham apa yang kamu omongin, Milk!" Teana berseru nyaring "Aku nggak bohong!"

"Aku mengerti sekarang! Alasan utama kenapa Teana tertarik pada langit karena Teana memang berasal dari K3NT4LM4N13S! S0D4 dan C0L4 bersekutu dengan D0NN4 untuk menyerap Daya Jigu milikku! Makanya T2 berhenti berfungsi setiap kali berada dekat Teana! D0NN4 memberitahuku. Dia..." Milk mencoba melengkapi potongan terakhir misteri ini, alasan keberadaan D0NN4 di sini. "Dia dikhianati S0D4 dan C0L4! D0NN4 menyusul kemari setelah tahu aku terdampar di Bumi. D0NN4 menyangka S0D4 dan C0L4 sudah mati, tapi ketika dia melihat Teana pastilah dia bisa merasakan energi kedua rekan pembunuhnya di tubuh Teana..."

Teana memandang Milk dengan heran. "Milk... Kamu ini ngomong apa?"

"D0NN4 memberitahuku segalanya!"

"Milk... Aku Teana! Ini Bobo. Kita teman-teman kamu. Kita sama sekali nggak punya niat untuk melukai kamu. Aku cuma mau bantu kamu pulang ke planet asal kamu..."

"Bohong!" Jeritan minta tolong orangtuaku. Ceceran darah di mana-mana. Potongan-potongan tubuh. Cahaya kuning yang membutakan. Tawa dingin yang mengerikan. Tawa S0D4, C0L4 dan D0NN4, trio pembunuh berdarah dingin... "BOHONG!"

BRAAAAAAAAAAAK!

Pintu arena futsal itu meledak terbuka. Perabotan-perabotan yang dipakai untuk mengganjalnya terlempar ke segala penjuru. Dinding di samping pintu roboh ke tanah. Bobo berteriak kencang, sementara Teana tersungkur akibat kekuatan terjangan itu. Milk mengangkat lengannya untuk melindungi diri.

Bobo mencicit ketakutan. "Pak Bastian?"

Dari balik kepulan asap, muncul seseorang.

"Terima kasih sudah menjaga Milk, Teana..." Donna masuk ke dalam area lapangan. Wajahnya tergores-gores dan pakaiannya robek sedikit. "Aku ambil alih dari sini."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top