37. Misi Sang Prajurit Wanita


"Milk! MILK!"

Di antara kerumunan orang-orang itu, Milk melihat wajah Teana. Gadis itu kelihatan khawatir sekaligus lega. Di belakangnya, Bobo mengikuti sambil berlari-lari kecil.

Begitu pintu mobil Humvee dibuka, Teana langsung menghambur ke arah Milk dan memeluknya. Bobo juga ikut memeluknya.

"Syukurlah kamu selamat, Milk!" Teana mulai sesengukan. "Aku cemas sekali!"

"Terima kasih, Teana."

Teana melepaskan pelukannya dan gantian memeluk Bastian. Si wakil kepala BIN itu gelagapan karena mendadak dipeluk, tapi dia tersenyum senang dan balas merangkul dengan kikuk.

"Terima kasih, Pak Bastian!" Mata Teana sembab, pipinya memerah. "Bapak dan tim sudah berhasil menyelamatkan Milk. Aduh, tangan Pak Bastian kenapa?"

Bastian merona sedikit. "Saya terkena sambaran api Koda."

"Harus segera dirawat, pak!"

Teana minta izin pada Milk dan mengantar Bastian menuju ruangan perawatan. Anak buah Bastian juga menyusul turun dari mobil. Mereka kelelahan dan berantakkan tapi senang karena Koda berhasil dikalahkan.

"Boni di mana?" Milk tidak melihat si bungsu Antahberantah. "Boni selamat, kan?"

"Boni ada di dalam menjaga Oma, Milk," jawab Bobo. "Yuk ke dalam, Milk. Di sini kita aman."

Milk ragu-ragu. Dia teringat kata-kata Donna tentang Teana.

"Kamu kenapa, Milk?" Bobo menatap Milk. "Ini tempat pengungsian sementara. Tenang aja."

Milk memutuskan untuk ikut. Dia masih lemah,  proses pemulihannya sedang berlangsung. Teana sibuk mengurus Bastian yang terluka di sebuah ruangan dibantu beberapa orang perawat. Orang yang datang berduyun-duyun ke tempat pengungsian itu, sebagian besar terluka, banyak pula yang harus ditandu karena tak sadarkan diri.

Milk mengikuti Bobo menuju sebuah ruangan lain, tempat para lansia berkumpul. Di suatu sudut dekat papan tulis besar, ada Boni yang sedang menunggui Oma Phi Khun. Sang nenek sedang tertidur pulas di atas selembar kasur tipis.

"Kak Milk!" Gadis gemuk itu bersorak ketika melihat Milk. "Wah, Kak Milk selamat! Asyik, aku jadi ke prom!"

Bobo geleng-geleng melihat kelakuan adiknya. Dia keluar sebentar, mengambil air minum.

Milk mengeluarkan T2-nya dan menunjukkannya pada Boni. "Dayanya hampir habis."

Boni menghembuskan napas putus asa. Milk tahu kalau Boni sudah mencoba berbagai macam cara untuk memperbaikki T2 tapi memang sepertinya alat itu nyaris mustahil untuk dibetulkan. Setidaknya oleh teknologi Bumi. Satu-satunya cara yang mungkin adalah membawanya kembali ke K3NT4LM4N13S untuk menyerap radiasi dari bintang Nyamnyam.

Dot itu sudah berubah, kini tak lagi transparan. Dasarnya berwarna abu-abu kusam dan terasa ringkih, seperti terbuat dari kaca tipis. "Kalau Daya Jigu Kak Milk habis..." Boni memungut T2 itu dan mengamatinya. "Apa yang akan terjadi?"

"Aku tidak tahu pasti," jawab Milk jujur. "Selama ini Daya Jiguku selalu terisi, bahkan ketika aku dibekukan."

"Apa kekuatan super Kak Milk akan hilang?"

"Mungkin..." Sekarang saja aku sudah merasa sangat lemah...

Bobo kembali sambil membawa dua botol air mineral, sebungkus roti, dan sebuah jaket parka. Dia menyodorkan semuanya pada Milk. "Ini. Kamu perlu makan. Dan ganti baju kamu, Milk. Udah robek-robek begitu."

Milk melapis pakaiannya yang sudah tak keruan dengan jaket itu lalu mulai menyantap makanan. Lidahnya agak pahit, rasanya sudah lama sekali sejak Milk makan sesuatu.

"Terus Kodanya bagaimana?" tanya Boni. Dia memang tak tahu menahu keadaan di luar karena sibuk mengurusi neneknya. "Kata para tentara itu, Koda sudah mati."

"Donna yang membunuh Koda," jawab Bobo.

"Donna?" Boni terperangah. "Kok bisa? Bukannya Donna itu jahat?"

"Aku tidak tahu..." Milk menggeleng. Dia juga menyaksikan akhir pertempuran epik itu. Donna ternyata jauh lebih kuat dari perkiraan Milk. "Tapi ya, memang dia yang melakukannya."

Teana masuk ke ruangan itu. Rambut panjangnya sudah diikat karet. "Pak Bastian sedang dirawat. Luka bakar di lengannya parah tapi Pak Bastian kuat sekali bisa bertahan."

"Kak Tea..." panggil Boni. "Daya Jigu Kak Milk hampir habis."

Teana duduk di samping Milk. Gadis itu berkaca-kaca lagi. "Aku minta maaf, Milk. Aku tahu sejak kita bertemu aku berjanji bakal memperbaikki T2 kamu. Tapi kita sudah mencoba dan... dan..."

Kata-kata Teana hilang. Gadis itu hanya tertunduk lesu.

Milk ragu-ragu. Peringatan Donna kini menghantuinya. Jika Donna betul, itu artinya Teana adalah anak dari S0D4 dan C0L4, dua orang yang diduga membunuh orangtua Milk. Tapi bagaimana bisa? Lagipula, apa sebenarnya maksud D0NN4 datang ke Bumi? Apa dia memburu S0D4 dan C0L4?

Tiba-tiba terdengar ribut-ribut dari luar. Beberapa tentara berlari melintasi koridor. Suara sirene pertanda bahaya dinyalakan dengan keras.

Bobo, Teana, Boni, dan Milk saling bertatapan.

Bastian muncul di ambang pintu, pucat pasi seperti baru bertemu hantu. "Donna datang!"


...


Donna mempelajari tempat itu. Dia yakin Bastian membawa Milk ke sini.

Ini tempat pengungsian.

Suara sirene yang keras terdengar begitu Donna menginjakkan kaki di daerah itu. Tank-tank militer belum kembali, semuanya sudah dialihkan untuk menjaga kawah kemunculan Koda. Namun para tentara yang ada di situ sudah bersiaga, mereka membentuk barisan berlapis di halaman. Senjata-senjata mereka terarah pada Donna, siap memberinya sambutan hangat.

Rupanya para anak buah Bastian sudah memberitahu atasan mereka tentang kedatanganku sebelum berhasil kulumpuhkan! Donna meninju alat komunikasi yang terpasang di dasbor mobil dengan marah. Saat menguntit tadi, Donna mempelajari cara mengemudikan mobil itu dan menggunakan senjatanya dengan cepat. Dan dia terpaksa harus menghabisi para penumpang mobil itu juga.

Donna menginjak pedal gas, memacu mobil Humvee itu lebih cepat.

BRAAAAAK!

Donna menghantam pagar pembatas halaman hingga terlepas. Para tentara itu langsung menghujaninya dengan tembakan peluru. Donna menertawai mereka. Untung saja mobil ini tahan peluru. Donna menyalakan meriam di atap mobil dan meluncurkannya ke arah para penyerangnya.

DHUAAAAAAAAAAAAR!

Para pasukan itu terpental-pental seperti tentara mainan. Api besar menyala di halaman akibat terjangan meriam. Donna turun dari mobil dan memakai pelindung wajahnya. Dia tertawa puas.

Ini terlalu mudah.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top