24. Terciduk
Donna menarik-narik celana jogger-nya.
Pakaian macam apa ini?
Dia tidak suka celana itu. Ukurannya terlalu panjang dan bahannya bikin gatal. Belum lagi kaos ini... Aku kelihatan lemah!
Tapi Donna tahu dia tidak punya pilihan. Itu adalah pakaian yang diberikan oleh si dokter. Donna tak punya waktu untuk repot-repot memikirkan pakaian. Tujuan utamanya datang kemari belum tercapai.
M1LK.
Sebagai seorang pejuang, Donna selalu mempercayai instingnya. Tak hanya di Bumi saja, rupanya di planet lainpun naluri wanita selalu terbukti benar. Suara di dalam diri Donna-lah yang telah membawa dia sampai ke titik ini. Jika dia tidak mendengarkan kata hatinya dan hanya memakai otaknya (yang sangat cerdas), mungkin dia tidak akan selamat.
Satu-satunya kesempatan ketika Donna mengacuhkan nalurinya adalah ketika M1LK dibekukan. Dia tidak yakin dengan pilihan itu, Donna lebih memilih semuanya dituntaskan secepatnya, sesegera mungkin. Dia bahkan bersedia melakukannya saat itu juga, tapi... dia melawan suara hatinya dan memutuskan menunda. Nasihat itu benar. Aku terlalu terburu-buru... Lagipula, jika M1LK terbukti tidak memilki kekuatan yang selama ini ditakuti itu, bukankah itu berarti kesia-siaan yang tak perlu?
Namun sekarang insting Donna memberitahunya bahwa waktu semakin menipis. Semuanya sudah menjadi jelas sekarang. M1LK harus cepat-cepat ditemukan!
Donna sudah menunggu. Menunggu terlalu lama. Meskipun sembilan belas tahun tergolong tidak begitu lama bagi penduduk K3NT4LM4N13S, tetap saja yang namanya menunggu itu membosankan. Apalagi Donna telah mengalami banyak hal selama rentang waktu itu. Usaha yang luar biasa. Penantian tak berujung. Pencarian yang tak putus.
Dan meskipun tubuhnya sangat kuat, Donna mulai merasakan efek negatif tinggal di planet bernama Bumi ini. Dari luarnya saja planet ini bagus, tapi di dalamnya... Sampai sekarang dia masih kesulitan bernapas. Apa para penduduk Bumi sadar kalau mereka sedang menghancurkan tempat tinggal mereka sendiri dengan tingkah laku mereka yang tidak menghargai lingkungan?
Donna mengamati sekelilingnya.
Ada banyak manusia di sini.
Dia sedang berada di sebuah food court di sebuah tempat perbelanjaan. Sebetulnya Donna mampir kemari bukan karena dia lapar, tapi demi berlindung dari sengatan Matahari, bintang utama di tata surya ini. Gara-gara lapisan ozon atmosfer planet ini yang sudah berlubang, pikir Donna kesal. Semua orang bisa terpanggang jika terlalu lama berada di luar ruangan.
Donna memejamkan mata dan berkonsentrasi. Komputer, lacak Daya Jigu M1LK.
'Daya Jigu tidak ditemukan.'
Coba lagi!
'Daya Jigu tidak ditemukan.'
Donna menarik napas dalam-dalam dan mematikan komputer. Dia menyerah. Dia sudah mencoba berkali-kali. Daya Jigu milik M1lK sudah tak terdeteksi lagi, kecuali sekali saat Donna mendarat di Bumi. Pasti M1LK mematikan T2 miliknya! Apa dia tahu kalau aku sedang mencarinya?
Tanpa ada petunjuk dari T2 milik M1LK, Donna kesulitan menemukan cowok itu. Di planet ini ada sekitar tujuh milyar manusia! Dia hanya tahu satu hal, M1LK berada di kota ini. Ditambah lagi, tampaknya M1LK sudah bersekongkol dengan para manusia. Ini jadi lebih sulit. Kemungkinan besar M1LK minta bantuan dari para teman-teman barunya itu untuk melindunginya.
Donna menghentakan kaki dengan gemas.
Bagaimana caraku menemukan M1LK?
"Wah, hebat banget ya!"
Seorang gadis berseragam sekolah berseru dari belakang punggung Donna. Diliriknya gadis itu. Ada empat orang anak sekolah yang sedang bergerombol di suatu meja, di hadapan mereka ada empat porsi es krim yang sudah separo meleleh karena tidak dimakan. Keempat gadis itu sedang menonton sesuatu di ponsel gadis yang pertama.
"Ih, ini mah kayak superhero, sumpah!" kata gadis kedua yang berkacamata. "Tapi ini bukan editan, kan? Ini asli, kan?"
"Kayaknya sih asli, orang ini video dari live kok," kata gadis lain yang berambut pendek.
"Tapi so sweet banget kan ditolongin cowok keren gitu," kata gadis keempat yang agak gemuk. "Apalagi cowoknya unyu gitu. Rambutnya juga oke, di-bleaching sampai jadi putih susu begitu. Agak mirip sama si Chanyeol EXO..."
Donna langsung duduk tegak. Rambut putih susu?
"Truknya sampai kebalik gitu," sambung si gadis pertama yang memegang ponsel. "Gila. Pasti kuat banget tuh cowok."
Perhatian Donna sudah sepenuhnya teralihkan. Dia tidak percaya apa yang sedang didengarnya. Apa mereka sedang membicarakan M1LK?
"Terus liat dooong, ceweknya dipeluk gitu," timpal si kacamata. "Ya ampun, gue pasti klepek-klepek kalo ada cowok cakep yang nolongin gue."
"Makanya, mulai sekarang lo jangan nyeberang di zebra cross," kata si gemuk. "Nyebrang di tol gitu. Supaya kalo mau ketabrak, ada yang nolongin."
Keempat anak sekolah itu terkikik-kikik.
Donna bangkit dari kursinya dan menghampiri mereka. "Maaf, permisi sebentar..."
"Iya, tante..." sahut si rambut pendek. "Kenapa?"
"Kalian sedang menonton apa?"
"Oh, ini..." Si gadis yang memegang ponsel menunjukan layar ponselnya. "Video yang barusan viral di Instagram, tante. Ada cowok yang ninju truk sampai kebalik demi nolongin seorang cewek."
Donna mengambil ponsel itu. Sebuah video sedang diputar disana, sepertinya direkam oleh seorang amatiran. Tapi gambarnya cukup jelas. Diantara orang-orang yang sibuk menjerit dan berteriak, Donna dapat melihat sesosok berambut putih yang menghadang sebuah truk besar yang sedang melaju...
M1LK.
"Di mana kejadian ini?"
"Umm, kalo nggak salah..." Si gadis pemilik ponsel melongok ke arah ponsel yang sedang dipegangi Donna. "Tadi yang ngerekam video bilang kejadiannya di Indomaret Pasar Selasa..."
"Lah, emang ada Pasar Selasa?" tuntut temannya si rambut pendek. "Gue baru dengar..."
"Kalo Pasar Senen, Pasar Rebo, sama Pasar Kemis sih ada." Si gemuk ikut-ikutan. "Kalo Pasar Selasa setau gue nggak ada deh."
"Pasar Jumat juga ada," kata si kacamata. "Pasar Sabtu sama Pasar Selasa yang nggak ada."
Donna tidak mengindahkan keributan kecil soal pasar ini. Dia yakin sekali cowok yang ada di video itu adalah M1LK. Mana ada manusia yang sanggup meninju truk sampai terbang seperti itu? "Di mana daerah Pasar Selasa ini?"
"Ya di daerah Pasar Selasa, tante..." jawab si gemuk.
Teman-temannya terkikik lagi.
Donna menarik kerah kemeja gadis gemuk itu sampai tubuhnya terangkat. Meski gadis itu berbobot sekitar tujuh puluh lima kilogram, Donna sama sekali tak kesulitan mengangkatnya. Teman-temannya menjerit ketakutan.
"Di mana..." Donna mengguncangkan gadis itu yang pucat pasi. "Indomaret Pasar Selasa?"
"Ampun, tante! Aku nggak tahu! Aku nggak tahu!"
Teman-temannya berteriak semakin heboh, mereka mulai melolong minta tolong. Donna tidak peduli. "Jawab! Cepat!"
"Aku benar-benar nggak tahu, tante! Ampuuun!"
"Bu!" Tiba-tiba seorang laki-laki menghampiri mereka. Dia memakai seragam, di saku kanan kemeja putihnya tertulis 'Security'. "Bu, ada apa ini?"
"Itu Pak Srikiti! Eh, maksudnya sekuriti!" Si kacamata mengadu. "Tantenya galaaaaak!"
Yang benar saja!
Donna menghembuskan napas panjang dan menenangkan diri. Dia menurunkan si gadis gemuk yang sudah terisak-isak ketakutan. "Ada laba-laba di kemejanya," kata Donna sambil memasang senyum. Aku lupa kalau ini adalah tempat umum. "Saya hanya membantu mengusirnya."
"Bohong!" tuduh si rambut pendek keras. "Tadi tantenya nanya di mana Pasar Selasa, kita semua pada nggak tahu, tapi... tapi..."
"Mereka hanya mengada-ada," potong Donna tajam. Dia menatap keempat gadis itu. Mau apa lagi kalau sudah begini. Donna berkedip. Keempat gadis itu terbelalak, lalu mendadak pandangan mereka kosong. "Saya tidak menyakiti mereka."
"Tante tidak menyakiti kami," ulang keempat gadis itu berbarengan dengan nada datar. "Tante orang baik."
Petugas keamanan itu menatap Donna dan keempat gadis itu bergantian dengan curiga. "Kalian nggak apa-apa kan, dek? Tadi bapak liat kok kalau adek yang ini diangkat sama ibu ini. Adek yakin nggak diancam atau diapa-apain?"
"Tante tidak menyakiti kami," jawab keempat gadis itu lagi, masih serempak. Pandangan mereka masih kosong, seperti orang terhipnotis. "Tante orang baik."
Si sekuriti memicing tak percaya. "Baiklah kalau begitu. Bapak pergi, ya."
"Sebentar Pak Sekuriti," Donna memberhentikan pria itu. Dia menunjukan video yang sedang diputar di ponsel itu. "Apa bapak tahu di mana lokasi Indomaret Pasar Selasa?"
"Indomaret Pasar Selasa?" Si sekuriti mengintip video itu sebentar. "Kalau nggak salah Pasar Selasa namanya sekarang udah berubah jadi Pasar Koja, bu. Di daerah Jakarta Utara."
"Baiklah. Terima kasih."
Donna berlalu pergi sambil membawa ponsel si gadis pertama. Namun keempat gadis itu tidak ada lagi yang berteriak atau memprotes, mereka hanya memandang kosong ke depan, seperti orang-orang yang tersihir.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top