2. Tamu Tak Terduga
Pandangan matanya yang semula buram kini berangsur-angsur membaik. Yang tampak sejauh ini hanyalah kehancuran. Samar-samar dia bisa melihat api menjilat-jilat dengan ganas di sekelilingnya. Ada suara-suara dari kejauhan, tapi telinganya masih berdenging keras.
Pandangan di matanya bergemerisik sedikit, seperti siaran televisi yang rusak. Lalu muncul sebaris tulisan di situ.
'Nama penumpang: M1LK. Kondisi vital: Normal.'
Denging itu masih menganggu. M1LK mengangkat tangannya dan mengorek telinganya sedikit.
Di mana aku? Tunjukan lokasi!
'Lokasi: Jakarta, Indonesia. Planet: Bumi. Bintang terbesar: Matahari. Galaksi: Bimasakti.'
Bumi? Galaksi Bimasakti? M1LK memutar kepalanya sedikit ke kiri dan ke kanan. Lehernya kaku sekali, seolah tubuhnya habis diselimuti es. Disadarinya bahwa kapsul pelindungnya telah hancur. Oh ya, dan satu lagi. M1LK dan komputer berkomunikasi dengan bahasa mereka tapi karena kalian para pembaca yang budiman, tidak paham bahasa ini, maka aku sekali lagi berbaik hati menerjemahkan.
M1LK menatap layar. Tampilkan informasi lebih jauh!
'Planet Bumi dihuni flora, fauna, dan Homo sapiens. Komposisi atmosfer terdiri dari hidrogen, nitrogen dan oksigen. Enam puluh persen permukaan planet ditutupi H2O. Spesies terbanyak: Homo sapiens atau manusia. Status pertahanan: primitif. Kondisi atmosfer berlubang. Suhu rata-rata terus meningkat. Sangat tidak disarankan untuk ditinggali.'
M1LK tercengang. Ya ampun. Ini pasti di antah berantah... Dia berkata pelan pada komputer yang mengoperasikan pelindung yang melapisi pandangannya. Tunjukkan rumah!
'Rumah: Planet K3NT4LM4N13S. Bintang terbesar: Nyamnyam. Galaksi: Nomnom. Jarak dari Bumi: Dua ratus lima puluh juta tahun cahaya. Status pertahanan: sempurna.'
Dua ratus lima puluh tahun juta tahun cahaya?
M1LK tahu apa arti angka itu. Dia berada jauh sekali dari rumah. Kalkulasikan rute pulang!
Komputer di kepalanya berdengung sebentar, seperti menghitung. 'Rute pulang berhasil dikalkulasikan. Jigu tidak mencukupi. Sisa daya enam belas persen. T2 tidak ditemukan.'
T2 menghilang? Ini bukan kabar baik. Pasti akibat pendaratan tak mulus tadi.
Tiba-tiba tanah di sekitar M1LK berguncang hebat. Sebuah lampu merah berkedip-kedip di sudut kanan atas pelindungnya.
'Spesies tak dikenal mendekat. Ancaman!'
Pandangan M1LK seketika berubah jelas, seolah ada yang baru mengelapnya. Dia bisa melihat bayangan tinggi besar yang bergerak mendekatinya, diiringi bunyi debam yang mengerikan.
'Spesies tak dikenal mendekat. Ancaman!'
Ancaman?
M1LK tahu dia harus menemukan T2 terlebih dulu. Jika T2 berhasil ditemukan, maka aku bisa pulang! Tapi sebelumnya, aku harus menuntaskan hambatan kecil ini...
M1LK memberi perintah pada komputer. Siapkan mode bertahan!
'Mode bertahan diaktifkan. Peringatan: T2 tidak ditemukan. Daya cadangan diaktifkan. Sisa daya: lima belas persen. Segera isi ulang daya!'
Sosok itu meraung keras sampai tanah di sekitar M1LK bergetar. Lalu dia melihat sebuah tangan dengan cakar raksasa menghunus ke arahnya dan WHUUSSSHHH... mode bertahan otomatis menerbangkan tubuhnya lima belas meter dari tanah, menghindari cakar itu.
M1LK tidak tahu siapa yang menyerangnya. Tapi dia tahu apa yang harus dilakukan.
Aktifkan mode menyerang!
Dan seolah mendukungnya, komputer membalas. 'Mode menyerang diaktifkan.'
...
Napas Anang terengah-engah. Keringat membanjir di lehernya. "Sebentar lagi!"
"Sakit, mas. Ashanti udah nggak kuat lagi."
"Tahan, ya. Sebentar lagi keluar kok."
"Ashanti nggak sanggup, mas. Panjang banget."
"Nggak lama lagi kok..." Anang mengelap keringatnya. "Uh... aaah... Keluar deh!"
Cahaya matahari yang terik menyambut mereka. Kedua orang yang kelelahan dan banjir keringat itu menghembuskan napas lega. "Akhirnya kita bisa keluar juga dari terowongan MRT yang panjang dan panas ini!" kata Ashanti. Kakinya yang tak bersepatu sudah lecet-lecet karena tergores aspal yang kasar.
"Di sini lebih aman," kata Anang sambil menyalakan kameranya. "Tadi ramai banget."
Ashanti mengangguk. Bersama dua lusin orang lainnya, tadi mereka menyelinap ke dalam terowongan bawah tanah MRT untuk menyelamatkan diri dari terjangan meteor yang membuat jalanan di atas porak-poranda. Ketika melihat meteor itu jatuh dekat si monster, Ashanti sempat berpikir akan terjadi ledakan besar yang akan memusnahkan umat manusia, seperti di film-film fiksi ilmiah.
WHUSSSSSSHHHH!
Bunyi menderu yang memekakan merobek langit. Anang dan Ashanti mendongak. Mereka mengira pastilah itu salah satu jet milik Angkatan Udara. Tapi rupanya bukan. Sebuah titik kecil melayang beberapa meter di atas kepala si monster raksasa, seperti seekor nyamuk.
Ashanti menyipit, mencoba melihat lebih jelas. "Apa itu?"
Anang menekan tombol Zoom di kameranya. Lensa kamera bekerja untuk memperbesar obyek itu. "Itu... seorang manusia!"
"Manusia?"
"Ya!" Anang membalik layar kecil di atas kamera ke arah Ashanti, supaya rekannya itu juga bisa melihat apa yang sedang direkam oleh kamera. "Ayo, segera laporkan! Cepat! Ini siaran langsung!"
Ashanti melongo keheranan. Secepat kilat dia merapikan rambutnya yang berantakan akibat berlari tadi. "Pemirsa, saya Ashanti masih terus melaporkan dari lokasi kemunculnya monster raksasa. Beberapa menit setelah jatuhnya meteor, sesosok manusia muncul dan terbang di dekat si monster!"
Kamera bekerja semakin keras untuk memperjelas sosok asing itu.
"Ada seorang pemuda..." Ashanti mengamati dengan hati-hati. "Seperti yang bisa Anda saksiksan dari rekaman kamera kami, pemuda ini mengenakan pakaian ketat berwarna putih dengan aksen garis-garis biru di sampingnya. Apakah dia salah seorang anggota TNI atau petugas dari kepolisian? Dia terbang tanpa menggunakan alat bantu apapun! Kami akan mencoba memperlihatkan wajahnya kepada Anda, tapi dia memakai sejenis pelindung wajah, dan oooohhh...."
Pemuda asing itu melesat ke arah si monster yang meraung keras dan BAM, meninju bagian kiri wajahnya. Bunyi nyaring sekali, seperti gedung yang roboh.
"Pemuda itu menyerang si monster!" Mata Ashanti bergerak-gerak liar, dia sendiri tak percaya apa yang sedang disaksikannya. "Dan lagi! Pemuda itu meninju perut si monster! Awas! Dia terbang cepat ke punggung si monster. Ya ampun, dia cepat sekali! Lebih cepat dari pesawat jet! Dan... aaaahhh!"
Langit berubah menjadi jingga kemerahan. Panas yang menyengat menyembur di udara, seolah matahari terjatuh. Si monster baru saja memuntahkan lidah-lidah api raksasa ke arah si pemuda. Ashanti dan Anang refleks menjatuhkan diri ke tanah untuk berlindung.
"Pemuda itu berhasil lolos dari serangan api si monster!" Ashanti terus mengamati layar kamera sambil tiarap, kabel mikrofon yang dipegangnya kusut berantakan. "Dan dia kembali menyerang si monster! Apa yang Anda saksikan saat ini betul-betul sedang terjadi, pemirsa! Siapapun pemuda itu, kalau dia berhasil meringkus si monster, pasti dia akan dijadikan pahlawan!"
Pergerakan si monster yang lamban jelas tak dapat mengimbangi kecepatan terbang si pemuda yang luar biasa. Dia berkelit menghindar dan terus-terusan menyerang si monster, meninju kakinya, perutnya, lehernya, punggungnya, dan kepalanya. Setiap hantaman menimbulkan bunyi berdebam yang keras dan efek seperti ledakan udara. Si monster mencoba meraih pemuda asing itu dengan cakar-cakarnya yang kejam tapi tak berhasil. Semburan-semburan api membakar langit, melibas gedung-gedung dan menghanguskan jalanan.
"Pasukan dari TNI dan Polri juga ikut membantu pemuda itu," lanjut Ashanti. "Tank-tank dan jet tempur mulai menembak. Aaah! Sedikit lagi! Menghindar! Ini seru sekali, pemirsa! Sejauh ini si pemuda asing berhasil menyelamatkan diri!"
Bunyi letusan meriam, raungan si monster, debam akibat pukulan-pukulan si pemuda, dan deru terbangnya bercampur aduk sampai-sampai Ashanti tak bisa mendengar dirinya sendiri berbicara.
"Si pemuda mencoba... Sesuatu sedang terjadi di sini, pemirsa. Anda lihat, pemuda itu menjauh sedikit. Oooh... apa yang akan dia lakukan? Ada lingkaran cahaya yang muncul di sekitar tubuh si pemuda itu... Kami mencoba memberikan gambar yang terbaik bagi Anda tapi zoom kamera kami sudah maksimal. Lingkaran cahaya itu semakin terang, seperti halo, dan..."
BLAAAAAARRRRR!
Lingkaran cahaya di sekitar tubuh pemuda itu meledak dan efeknya luar biasa. Dia terlontar maju ke arah si perut monster seperti peluru dan merobeknya. Seolah ada bom atom yang baru saja diledakkan, energi mahadahsyat itu menerjang pencakar langit di sekeliling si monster dan pemuda itu hingga rontok seperti batang-batang korek api. Si monster melenguh keras dan melayang jatuh seperti boneka kain. Sebuah lubang besar menganga dari perutnya yang robek, isi perutnya yang hitam dan bergelegak membanjir tumpah seperti muntahan limbah. Lalu BUUUUM! Monster itu terjatuh. Bobotnya yang berton-ton menghantam tanah, menimbulkan gempa bumi yang tak tanggung-tanggung.
Ashanti memekik girang dan bersorak, sepenuhnya lupa kalau dia sedang siaran langsung.
"Monster itu berhasil dikalahkan pemirsa! Ini betul-betul luar biasa! Pemuda itu memberikan pukulan pamungkasnya sampai merobek perut si monster! Tapi tunggu sebentar..."
Anang menggerakkan kameranya, mencari-cari di langit.
"Di mana pemuda itu?"
Pahlawan muda itu tak tampak di mana-mana.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top