16. Bantuan Dokter Ira


Bisik-bisik itu terus mengikutinya.

Brengsek! Para manusia ini...

Seorang wanita berbusana gelap memberanikan diri untuk mendekat. Dengan hati-hati, dia memberikan sehelai tisu. "Mbak kenapa?"

Bukan urusanmu. "Saya tidak apa-apa."

"Nama saya Ira. Saya dokter magang di Klinik Jos Gandos yang berada di dekat sini." Wanita bernama Ira mengulurkan tangannya. "Kalau mbak mau, saya bisa antar ke klinik. Pemeriksaannya gratis tanpa dipungut biaya."

Dokter?

'Penyembuh. Manusia dengan pengetahuan dan keahlian spesifik yang berguna untuk membantu manusia lain yang sedang sakit,' kata komputer. 'Dapat dipercaya.'

"Nama mbak siapa?"

"Donna."

"Mungkin sebaiknya mbak diperiksa dulu," kata Dokter Ira, dahinya berkerut cemas. "Bukannya saya mau ikut campur, tapi sepertinya mbak mengalami... pendarahan parah."

"Ini bukan darah," kata Donna, mengelap cucuran darah berwarna kuning dari dahinya. "Hanya luka kecil. Terima kasih atas penawarannya. Saya baik-baik saja."

Dokter Ira tidak puas mendengar jawaban itu. Dia berjongkok di samping Donna dan berbisik. "Ini di halte bus, mbak. Pakaian Mbak Donna robek-robek seperti ini. Saya tidak tahu apa yang terjadi sama Mbak Donna, tapi khawatir ada orang jahat yang akan menyakiti Anda. Setidaknya di klinik, Mbak Donna bisa berganti pakaian yang lebih rapi." Wanita itu tersenyum. "Sesama wanita kita harus saling bantu."

Donna mempelajari Dokter Ira itu. Tidak tanduknya penuh kasih, kata-katanya lembut dan menenangkan.

Donna menimbang-nimbang. Ledakan itu betul-betul tak diduganya. Padahal Donna sudah memindai isi rumah tempat M1LK berada sebelum memasukinya. Rumah itu dan para penghuninya seharusnya tidak berbahaya. Hanya para manusia biasa. Donna tidak menyangka kalau ada bom di rumah itu, tersimpan dalam tabung besi kecil berwarna hijau. Dia tidak mau mengambil resiko kembali ke rumah itu. Siapa tahu ada senjata berbahaya lainnya... Sekarang satu-satunya caraku untuk menangkap M1LK adalah ketika dia berada di luar ruangan.

"Ayo, Mbak Donna..." kata Dokter Ira lagi. "Ikut saya, ya. Nggak apa-apa..."

Donna membiarkan Dokter Ira membantunya untuk berdiri. Daya Jigu miliknya terkuras banyak akibat pertempuran dengan M1LK kemarin. Dan aku tak bisa mengisi ulang T2 milikku! Bintang di tata surya ini memancarkan energi yang berbeda dengan Daya Jigu!

Dia harus menghemat daya. M1LK masih harus ditemukan sebelum semuanya terlambat.

"Saya akan ikut dengan Anda." Aku perlu istirahat.

Dokter Ira tersenyum. "Baik. Mari ikut saya..."

Mereka berdua meninggalkan halte bus dan menuju sebuah jalan yang cukup lebar tak berapa jauh dari sana. Darah Donna yang berwarna kuning seperti rambutnya merembes keluar melalui luka-lukanya. Karena perbedaan atmosfer dan gravitasi, di planet ini tubuh Donna tidak mampu memperbaiki diri secepat di K3NT4LM4N13S. Dia bisa saja memanfaatkan semua sisa Daya Jigunya untuk menyembuhkan diri, tapi itu sama saja dengan pergi berperang tanpa membawa senjata.

"Kalau boleh tahu, Mbak Donna tinggal di mana?" tanya Dokter Ira.

"Lumayan jauh dari sini," sahut Donna. Dia sedang tak ingin berbasa-basi.

"Kalau mau, saya bisa memesankan taksi untuk mengantar Mbak Donna pulang."

"Tidak perlu repot-repot."

Mereka sampai di sebuah klinik. Halaman depannya yang luas telah diubah menjadi sebuah ruang tunggu, dengan kursi-kursi panjang berwarna putih. Beberapa manusia duduk di sana, mereka kelihatan letih dan lesu. Ada orang-orang berseragam putih yang keluar masuk dari ruangan di dalam klinik, memanggil nama-nama.

"Selamat pagi, Sus Reti," sapa Dokter Ira pada seorang wanita berseragam putih.

"Pagi, dok," jawab Sus Reti. Dia melihat Donna dan langsung terkesiap. "Wah, mbak kenapa? Kena tabrak lari? Kok sampai babak belur seperti ini?"

"Nggak apa-apa... nggak apa-apa..." kata Dokter Ira baik hati. Dia memberi isyarat pada Sus Reti dan membimbing Donna menuju sebuah ruangan kecil di samping ruang tunggu.

Di dalam ruangan itu ada sebuah tempat tidur dan meja kerja. Dokter Ira menunjuk tempat tidur dan Donna duduk di situ. Sebuah ide baru saja terlintas di kepalanya. Mungkin keputusanku untuk mengikuti dokter ini tepat...

Dokter Ira mulai memeriksa. Dia mengeluarkan sebuah benda mirip selang yang bentuknya aneh ('Stetoskop', kata komputer) dan menempelkannya di dada kiri Donna. Lalu dia mengernyit. Selanjutnya dia meneliti robekan-robekan di tubuh Donna dan bergumam-gumam sendiri.

"Luka-luka ini harus dijahit," kata dokter itu. "Kalau tidak pendarahannya tak akan berhenti."

"Silakan saja."

Dokter Ira menegakan diri dan mengambil segumpal kapas dan kain kasa. "Mbak Donna berbaring dulu di sini. Saya akan mencari pakaian yang baru. Setelah itu saya akan merawat luka-luka Mbak Donna. Tunggu sebentar ya..."

Dokter Ira menyelinap keluar. Donna mengamati wanita itu pergi. Dia mulai mengkaji lagi rencana barunya itu, harusnya kali ini tak akan salah. Dia tak mungkin tertipu untuk kedua kalinya.

Tak berapa lama, Dokter Ira kembali. Dia membawa dua potong pakaian yang masih dibungkus plastik transparan. "Ini masih ada sisa kaos dan celana training baru yang minggu lalu saya bagikan untuk kelompok senam ibu-ibu di sini. Ini ukuran M, harusnya pas untuk Mbak Donna."

Donna menerima pakaian itu. Dokter Ira menarik kain penutup di sekeliling tempat tidur dan berbalik. Donna meneliti kaos dan celana panjang itu. Hanya pakaian biasa. Bukan pakaian tempur. Dia melepas blazer, kemeja putih dan rok pensil robek-robek yang dipakainya dan memakai kaos dan celana panjang itu. Setelah selesai, dia membuka kain penutup itu dan menepuk bahu Dokter Ira.

"Wah, syukurlah semuanya pas," kata dokter wanita itu. "Sekarang Mbak Donna berbaring lagi ya. Saya akan merawat lukanya. Tapi sebelumnya..." Dia berbalik untuk mengambil kapas, alkohol dan cairan iodin dari lemari obat untuk membersihkan luka.

Donna menonton Dokter Ira mengeluarkan sebuah wadah alumunium dari lemari kaca di sudut ruangan. Dokter itu kelihatan sangat peduli dan rela membantu.

Aku seharusnya tidak membuang-buang waktu untuk hal bodoh semacam ini.

"Saya bersihkan dulu luka-luka Mbak Donna..."

Dokter Ira berbalik dan tiba-tiba seberkas cahaya kuning yang terang sekali menyinari wajahnya. Sesuatu tercerabut keluar dari diri Dokter Ira dan tiba-tiba tubuhnya melayang jatuh, wadah kapas dan botol alkohol di pegangannya terlepas. Dalam dua detik wanita itu sudah diam tak bergerak di lantai. Mati.


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top