12. Di Bojong Kenyot
Jari Bastian merasakan garis itu.
Garis itu tipis dan halus, tapi tetap terasa jika disentuh baik-baik. Bastian melepas cincinnya dan mengamatinya dengan teliti. Permukaan cincinnya tergurat-gurat.
Pasti ayah dan ibu akan kecewa, pikirnya sedih. Untunglah cincin ini terbuat dari material yang kuat...
"Pak Bastian?"
Bastian tersentak. "Ada apa?"
"Laporan pemeriksaan dari LAPAN sudah masuk." Satya menyerahkan sebundel berkas padanya. "Menurut mereka, kapsul yang kedua itu identik dengan kapsul pertama yang jatuh dekat Mall Pondok Cabe-cabean."
Aku sudah tahu. Bastian menimbang-nimbang untuk mempelajari laporan tebal itu. Kedua kapsul itu berasal dari tempat yang sama.
"Setidaknya kita tahu kalau kedua kapsul itu tak mungkin dipakai lagi," kata Satya. "Salah satunya sudah hancur. Yang kedua, meski masih utuh, tetapi tak bisa beroperasi..."
Bastian membuka laporan dan membaca halaman pertamanya.
'Kami menduga kedua kapsul mampu mencapai kecepatan lima ratus ribu meter per detik.'
Lima ratus ribu meter per detik! Bastian semakin tidak bisa tenang. Itu lebih cepat dari cahaya, benda paling cepat di alam semesta ini. Dengan kecepatan jelajah tiga ratus ribu meter per detik, cahaya Matahari hanya butuh waktu delapan menit dua puluh detik untuk mencapai Bumi yang terpisah seratus lima puluh juta kilometer jauhnya. Dan kapsul-kapsul itu sanggup bergerak lebih cepat cahaya!
Stephen Hawking pasti rela bangkit dari kuburnya hanya untuk meneliti kedua kapsul itu!
Satya masih berdiri di dekat Bastian, mengamatinya membaca laporan itu dengan tertarik. "Kamu istirahat saja," kata Bastian. "Untuk saat ini kita hanya bisa menunggu."
"Baik, pak."
Bastian kembali menekuni laporannya.
Semua karena energi itu...
Para ahli LAPAN menyebutnya sebagai Energi X karena mereka tidak tahu asal muasalnya. Saat ini manusia tak punya akses untuk energi sebesar itu. Sumber energi terbesar yang saat ini sanggup dimanfaatkan manusia adalah nuklir. Sayangnya meski punya kekuatan yang besar, nuklir bisa tidak stabil tanpa penanganan yang hati-hati.
Bastian memejamkan mata. Tangannya refleks memutar lagi cincin itu.
Tak bisa dibiarkan.
Bastian bahkan belum bisa menemukan alien pertama yang jatuh di dekat Mall Pondok Cabe-cabean. Dan sekarang satu lagi alien berkeliaran lepas di negara ini! Apa kata ayah dan ibu jika melihatku sedang duduk di kantorku yang berpendingin ini sementara ada dua alien dengan kekuatan setingkat dewa yang sedang jalan-jalan di Jakarta?
Mendadak Bastian kehilangan minat untuk membaca lebih jauh.
Dia menoleh dan melihat Satya dan rekan-rekannya sedang menonton siaran YouTube. Bastian tergelitik untuk ikut bersantai sejenak, tapi cepat-cepat ditumpasnya ide itu. Aku harus menemukan kedua alien ini dan memastikan mereka tidak akan berulah. Kalau alien-alien ini cukup cerdas untuk membuat sebuah pesawat luar angkasa yang lebih cepat dari cahaya, pastilah mereka sudah berbaur dengan sekelilingnya. Itu yang membuat pencarian ini semakin sulit, nyaris mustahil.
Jadi, bagaimana cara menemukan kedua alien ini?
"Oooh!"
Satya dan rekan-rekannya bergumam-gumam seru sambil menonton YouTube. Mereka sedang menonton siaran berita.
'Sebuah ledakan menghebohkan warga Kelurahan Bucan, Kecamatan Bojong Kenyot siang tadi...' kata si reporter. Bastian mengenalinya sebagai Ashanti, wartawati yang meliput peristiwa penyerangan Koda beberapa hari lalu. 'Ledakan yang sumbernya masih tak diketahui ini merusak rumah seorang warga. Meski berkekuatan besar, secara mengejutkan ledakan itu tidak melukai para penghuni rumah...'
Kekuatan besar? Jangan-jangan...
"Pak," Satya memanggil. "Apa ini ulah teroris?"
"Bukan teroris," kata salah satu rekan Satya yang bernama Farhan. "Ngapain teroris menyerang rumah warga? Di Bojong Kenyot pula... Nggak ada apa-apa di sana."
Bastian mempelajari liputan itu dengan cepat.
Farhan benar.
Si wakil kepala BIN langsung menyambar gagang telepon di mejanya. Mungkin Tuhan baru saja menjawab doanya. Mungkin.
...
Teana dan Keluarga Antahberantah terbengong-bengong menonton kejadian di depan mereka.
"Kak Milk hebat, ya," kata Boni kagum.
"Setelah dihancurkan, dibetulkan lagi," kata Bobo. "Calon suami idaman banget, nih. Bisa bertanggung jawab berbenah rumah."
Milk sedang berkonsentrasi menggerak-gerakkan tangannya seperti dirigen orkestra. Dinding yang jebol membangun dirinya sendiri.
Teana tidak seterkesan itu. Dia tahu Milk menggunakan Daya Jigu miliknya untuk acara renovasi dadakan ini. "Kalau Daya Jigunya habis, apa yang bakal terjadi sama Milk ya, Bo?"
"Kak Milk kemungkinan nggak jadi super lagi," kata Boni. Kulkas yang hancur sedang merakit diri sendiri. "Kekuatan super Kak Milk kan berasal dari Daya Jigu itu."
Dan Milk nggak bisa pulang... Rasa kasihan Teana pada cowok itu bertambah. Disusul rasa bersalah yang hebat. "T2-nya masih belum bisa diperbaiki, nih!"
"Tapi tadi sempat menyala, kan?" hibur Bobo. "Biar cuma sebentar?"
"Terus rusak lagi pas dipegang Kak Tea," timpal Boni lancar.
Cara Boni mengucapkan kalimat itu membuat Teana tidak merasa lebih baik. Kalau dipikir-pikir, T2 memang rusak ketika aku pertama kali menyentuhnya. Sebelumnya dot itu bersinar.
"Tapi masa iya sih gara-gara gue? T2 itu kan teknologi alien. Selain itu Milk juga bilang daya dari T2 berasal dari Nyamnyam. Masa cuma gue pegang bisa rusak?"
"Mungkin karena lo belum cuci tangan, say," kata Bobo ngawur. "Lo kan tadi di rumah abis ngupas jengkol. Makanya tangan lo asem."
"Nggak gitu juga kali," hardik Teana. "Boni, kamu tadi bilang kalau T2 bisa diisi ulang, kan? Kayak power bank?"
Boni mengangguk. "Cuma colokannya nggak ada kak."
"Coba usahain aja dulu. Mungkin colokannya tersembunyi."
"Kalau aku gagal, Kak Milk tetap jadi ke prom bareng aku kan, kak?"
"Orang lagi pusing begini lo malah mikirin prom!" Bobo berseru sebal. "Fokus, Bon! Fokus!"
"Eh, mentang-mentang nggak ada yang ngajak kamu ke prom bukan berarti aku harus berakhir tragis kayak kamu ya, kak!" tantang Boni keras. "Lagian Kak Milk udah janji!"
"Iya, iya," kata Teana menenangkan. "Kalau bisa secepatnya, Boni! Aku khawatir kalau wanita bernama Donna itu balik lagi."
"Donna!" Boni tiba-tiba berseru. "Dia juga kan berasal dari-"
"Sudah selesai."
Milk menepuk-nepuk tangannya dan tersenyum bangga. Dia memperlihatkan hasil karyanya: rumah keluarga Antahberantah yang sudah kembali seperti semula.
"Waaah, Kak Milk hebaaat!"
Boni dan Ci Cincay berlari ke arah Milk dan memeluk cowok itu sambil berterima kasih. Bobo memanfaatkan kesempatan ini untuk ikut-ikutan (kalian yang baca dari awal pasti tahu kalau Bobo suka modus menjadi orang yang tahu berterima kasih). Milk kelihatan kaget dipeluk beramai-ramai seperti itu tapi dia tertawa.
Teana tersenyum pada cowok itu. "Kerja bagus, Milk!"
"Aku merasa..." Milk menggooyang-goyangkan tangannya, seperti membelai kucing yang tak terlihat. "Merasa... manis."
"Maksud kamu senang?"
"Senang. Maaf, kosakataku belum begitu lengkap."
Teana menepuk bahu tegap cowok itu. "Kamu lihat, Bobo sama keluarganya senang banget. Apalagi kamu berhasil mengusir Donna."
"Aku tidak kenal Donna," kata cowok itu. Dia melirik plafon, di titik di mana Donna terlempar ke langit. "Tapi Donna bilang dia juga berasal dari K3NT4LM4N13S. Aku tak pernah melihatnya. Donna bilang dia mau balas dendam. Aku tidak mengerti."
"Apa dia seorang prajurit juga, sama kayak kamu, Milk?"
"Tidak. Aku tidak pernah bertemu dengannya. Tapi Donna juga punya Daya Jigu, makanya dia sangat kuat seperti itu."
Apa ini artinya Milk bukanlah satu-satunya yang punya kekuatan super? "Kalau kamu memang tidak tahu siapa Donna, kenapa dia menyerang kamu? Dia tadi menyebut-nyebut soal balas dendam. Apa dia salah orang? Jangan-jangan dia mantan kamu yang belum move-on."
"Move-on?" Milk termangu. "Aku tidak tahu alasan Donna ada di Bumi. Mungkin dia terdampar di sini sebelum aku."
"Tapi bagaimana caranya dia menemukan kamu?"
Milk merogoh saku celana jogger-nya dan mengeluarkan dotnya. "Karena T2," katanya. "Pasti Donna menangkap radiasi Jigu yang dipancarkan T2. Meski tidak aktif, T2 tetap memancarkan daya yang sangat lemah."
"Omong-omong, tadi T2-nya nyala. Pas kamu di kamar mandi."
"Aku merasakannya," kata Milk. "Lalu mati lagi, kan?"
Teana mengangguk. Dia memilih tidak memberitahu Milk bahwa T2 mati lagi karena disentuhnya. "Apa mungkin T2 menyala sekilas karena tadi ada Donna? Apa dia mengincar T2 milik kamu, Milk?"
Milk menatap dot aneh miliknya itu, keningnya mengernyit. "Tidak mungkin. Donna punya sumber Daya Jigunya sendiri. T2 yang menyala tadi mengonfirmasi kehadiranku di rumah ini. Makanya Donna memaksa untuk bertemu denganku meski kalian mencoba menghalang-halanginya..."
Teana menaruh harapan besar pada Boni untuk bisa memperbaiki T2. Sekarang bukan hanya T2 yang masih rusak, tapi juga ada wanita sinting yang mau melukai Milk.
"Daya Jigu kamu gimana, Milk?"
"Berkurang sedikit tadi. Cukup untuk bertahan tapi tidak bisa dipakai untuk pulang ke rumah."
"Milk, hello!" Ci Cincay tergopoh-gopoh mendatangi Milk. "Hello? Makasih ya. Thank you. Trim's. Xiexie! The home... umm... Home Alone, you know? Home Alone is good. Is good..."
"Udah, Ma... Udah," Bobo mendorong Ci Cincay untuk bergeser. Teana setengah mati menahan tawa. "Milk ngerti Bahasa Indonesia kok. Home Alone apaan, itu mah judul film. Milk, terima kasih ya udah membetulkan rumahnya."
"Sama-sama."
"Bo," kata Teana. "Pinjemin Milk baju yang lain, gih! Kasian compang-camping gitu."
Sesaat Bobo kelihatan enggan – sepertinya dia lebih memilih Milk bertelanjang dada, apalagi perutnya six pack (Teana juga sih sebenarnya, cuma cewek itu nggak mau mengaku) – tapi akhirnya dia mengangguk setuju. "Ya udah. Mudah-mudahan si Beo ikhlas sama celana jogger ini..."
Tepat setelah Milk berbalik untuk menuju kamar Beo, bel di pintu depan berbunyi.
TING TONG!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top