Feral
Disclaimer: Naruto belong to Masashi Kishimoto. This fic belong to me.
[Light Novel konsep untuk pribadi]
Apa yang ada di sini adalah versi belum di edit :)
Hanya spoiler, tidak dilanjutkan di wattpad :(
Edit: saya sedang buka PO nya. Jika berminat silakan PM :D
=====
Menjadi omega adalah hal paling menyedihkan. Naruto benci status omega yang disandangnya. Ia benci heat. Ia benci ketika orang-orang mulai meremehkan karena status gender kedua miliknya adalah yang paling lemah.
Alfa yang hanya sedikit. Pemimpin kelompok sosial. Keberadaan mereka yang hanya sekian persen, jauh lebih sedikit dari omega membuat para alfa sangat disanjung.
Beta. Mayoritas yang ada. Mereka memang kuat, namun secara alami akan tunduk di bawah perintah sang alfa.
Omega. Gender yang menempati tempat kedua terbanyak setelah beta.
Akan sangat sulit menemukan alfa. Seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami. Karenanya jika satu saja alfa ditemukan, maka berbagai komentar sanjungan dan keirian akan mengiringi.
~
Naruto menunggu dengan lelah. Entah sudah berapa kali ia harus ke kamar mandi hanya untuk mengganti 'itu'. Apa antrean untuk melamar pekerjaan ini masih lama?
Ia sudah sangat lelah.
Uzumaki Naruto, seorang omega berumur dua puluh tujuh tahun. Single. Dan butuh pekerjaan setelah ia dipecat karena membolos dadakan setelah heat menyerangnya dengan parah.
Semakin dewasa seorang omega dan jika tidak segera berpasangan, maka masa heat atau tubuh panas akan menyiksa. Seperti namanya, tubuh akan seperti dibakar. Pikiran berkabut. Insting bangkit bahkan menggila.
Itulah sebabnya obat penahan heat muncul. Untuk memudahkan omega yang tidak ingin kehilangan kontrol atas tubuhnya sendiri. Sayang, obat penahan harganya melambung tinggi. Semakin besar dosis yang diperlukan, maka akan semakin mahal.
Naruto adalah omega yang mandiri. Ia tidak seperti omega lain yang memilih one night stand atau temporary partner saat heat muncul. Dengan uang hasil kerja, ia sisihkan untuk membeli obat penahan ini.
Sayangnya, tubuh sang blonde memang aneh sejak beberapa tahun silam. Heat yang dialami semakin parah. Dokter khawatir jika ini terus berlanjut, kesadaran Naruto bisa terancam. Karena itu obat penahan yang diminum semakin besar dosisnya. Demi mengurangi efek masa tubuh panas ia mengonsumsi obat ini secara teratur. Dokter khusus yang menangani Naruto pun mengatakan tak begitu yakin kenapa hal perbedaan reaksi seperti ini terjadi.
Tsunade, bahkan memberi obat terbaru dengan dosis jauh dari normal. Awalnya dokter cantik ini menolak memberikan, namun Naruto memaksa karena sudah putus asa. Heat kemarin dihabiskan dua minggu mengurung diri di rumah. Gejalanya saja seolah ingin membunuh Naruto perlahan.
Karena absen yang terlalu lama, Naruto pun kehilangan pekerjaan. Hal ini bukan sekali-dua kali, Naruto harus mengambil cuti yang lebih lama. Ia menerima surat teguran berulang kali.
"Kau akan mengalami efek samping jika meminum obat ini. Hormon di tubuhmu akan di luar kendali untuk beberapa bulan pertama."
Dokter Tsunade memperingati, namun Naruto membangkang. Ia butuh obat itu, tak peduli jika akan menguras uangnya. Lebih baik begitu, ia hanya ingin menghabiskan heat dengan alfa pilihannya sendiri.
"Nomor urut lima belas sampai dua puluh, silahkan kemari."
Naruto buru-buru bangkit. Ia mendapat nomor urut delapan belas. Ia berjalan beriringan dengan keempat omega lain. Wajah keempat omega itu memerah kecil. Tiga wanita remaja dan satu lagi lelaki. Sepertinya Naruto yang paling tua di antara para pelamar.
"Tahap pertama, kami ingin tahu apakah cairan laktasi kalian membuat alergi atau tidak. Karena itu silahkan mengisi wadah ini sebagai sampel."
Naruto memerah ketika menerima gelas kecil. Kemudian mereka digiring menuju kamar mandi.
Wajah Naruto makin merah padam.
Rumah kediaman ini begitu luas. Lima pelamar termasuk dirinya di antar ke kamar mandi yang berbeda untuk memberi privasi.
Naruto mengunci pintu kamar mandi. Menarik napas dalam. Menghitung mundur dari sepuluh untuk menenangkan diri.
Ia pasti bisa. Pekerjaan ini menghasilkan uang yang besar. Ini mudah. Ia hanya perlu --
Naruto segera membuka kancing kemeja yang dikenakan. Melepaskan pengganjal dada yang dipakai untuk menyerap air susu yang keluar dari puting kecilnya.
Ya, Naruto adalah omega berstatus sendiri yang tengah mengalami laktasi. Ia tak sedang hamil. Ini berkat obat penahan heat yang berdosis tinggi. Efek samping yang dikatakan oleh dokter Tsunade ternyata adalah berlaktasi.
Memang sekarang ini telah banyak obat yang dijual untuk membuat seorang omega berlaktasi. Air susu omega akan berbeda dari wanita beta. Karena itu harga air susu omega dibandrol sangat tinggi.
Saat ini Naruto tengah melamar menjadi wet Nurse. Jika tidak terdorong kebutuhan, ia tidak akan melakukan pekerjaan tak nyaman ini. Sayang, ia butuh uang. Lagipula, seperti ucapan Sakura; sekali dayung dua pulau terlewati. Dilema yang dirasa Naruto akan teratasi juga.
Naruto hanya perlu menyusui bayi, mudah sekali bukan. Berkat hormon yang tak seimbang di tubuhnya, ia pun berlaktasi. Ia bisa memberi kebaikan pada ibu yang tidak dapat menyusui anak mereka. Ia pun mendapat uang. Dan terpenting, rasa nyeri karena air susu yang menggumpal di dalam dadanya akan berkurang. Lihat sekarang, area pektoral miliknya sedikit membengkak semenjak ia mengonsumsi obat itu.
Perlahan Naruto mengusap dada, menangkup seluruh area pektoral dengan satu tangan. Kemudian kembali mengusap lembut. Memberi pijatan pelan untuk mengurangi rasa nyeri yang telah timbul. Perlahan dengan ibu jari dan jari telunjuk, Naruto mulai menekan kedua sisi dari putingnya. Perlahan cairan putih kental mulai keluar.
Dengan tangan kanan, Naruto menadahkan wadah yang diberi oleh orang tadi. Aroma manis khas cairan laktasi omega mulai menguar di udara. Wajah Naruto memerah.
Perlahan ia memijat dadanya sendiri. Dipilin. Diperas. Dipijat kembali, hingga cairan manis susu keluar sedikit demi sedikit.
Wadah kecil yang tersedia mulai terisi. Hati-hati Naruto menaruh wadah itu pada pinggiran wastafel. Omega pirang mulai memasang pengganjal dada yang sebelumnya, meski yang ini lebih lengket dan mungkin harus diganti lagi. Ia mulai mengancingkan kembali kemeja yang sempat dipakai.
Naruto menarik napas dalam. Malu memang, namun harus dilakukan. Memantapkan hati, ia melangkah keluar dan menuju tempat pertemuan.
Ternyata semua telah berkumpul. Seorang datang meminta sampel dari Naruto. Dengan wajah sedikit merona, ia memberi wadah berisi air susu miliknya.
"Silahkan menunggu. Kami akan memberi hasilnya nanti."
Naruto mengikuti orang yang mengiring mereka tadi.
~
Naruto duduk dengan wajah sedikit berseri. Ia ternyata masuk seleksi selanjutnya bersama dengan empat orang lain. Dua wanita dan dua pria. Keempatnya seperti terlalu senang untuk alasan tertentu. Naruto pun senang, pekerjaan ini menawarkan gaji tinggi. Belum lagi, mereka yang menjadi wet nurse akan diizinkan tinggal di kediaman Uchiha selama masa kontrak kerja berlangsung.
Naruto tak perlu khawatir menyewa apartemen karena memang rumahnya jauh dari kediaman Uchiha.
Ia merasa benar-benar tua. Kandidat lain berumur awal dua puluhan, sedangkan ia sudah dua puluh tujuh. Tidak salah memang. Syarat untuk mendaftar; usia minimal delapan belas dan maksimal tiga puluh lima. Tidak diperbolehkan lebih muda karena belum cukup dewasa dan bisa disalah artikan sebagai asusila. Lagipula umur di bawah delapan belas akan sulit berlaktasi, kecuali kalian memancing reaksi tubuh dengan obat khusus. Hal itu pun mampu menyebabkan kesehatan sang omega menurun.
Tiba-tiba seorang berpakaian rapih dan mewah hadir. Seluruh kandidat wet nurse mencoba duduk tegak, termasuk Naruto.
Ia tahu pria itu. Uchiha Itachi. Beta, pimpinan utama klan Uchiha. Semua di Konoha tahu siapa sosok mengerikan ini. Mengambil alih kursi kepemimpinan setelah konspirasi besar menghapus semua anggota keluarganya.
Bulu kuduk Naruto seolah berdiri. Aura beta dominan yang mencekik. Menurut penelitian, ada kalanya seorang beta mampu bersikap jauh melebihi alfa, ketimbang kaum alfa itu sendiri. Kini, Naruto melihat bukti nyata. Aura sang beta begitu kental dan mengerikan. Mengintimidasi tak seperti yang lain.
"Aku tidak ingin apa yang akan kusampaikan, keluar dari ruangan ini," ucap pemimpin Uchiha sembari mengamati satu per satu kandidat. Nada suara sangat serius. Tatapan mata tajam dengan postur tubuh ala bos besar.
Naruto terheran. Hanya menjadi wet nurse saja bisa sesulit ini. Ia mulai menduga mungkin ini ada hubungan dengan rumor yang mengatakan jika Uchiha Itachi memiliki anak secara diam-diam. Semua masuk akal bukan? Wet nurse dibutuhkan meski seluruh anggota Uchiha telah tewas. Tidak mungkin untuk kenalan si Uchiha, jika Itachi turun tangan sendiri.
Ancaman tadi pun sudah menunjukan keganjilan.
Perlahan setiap orang harus menandatangani surat perjanjian jika informasi yang disampaikan adalah rahasia.
Ini benar-benar serius rupanya.
Kini ada spekulasi di otak Naruto. Ia mulai menilik ekspresi teman kandidatnya, mereka memandang Itachi penuh kagum. Tak terpengaruh akan aura beta yang mencekam. Terlalu terpukau akan ketampanan pimpinan Uchiha satu ini.
Ah, rupanya mereka mendaftar untuk mendapatkan perhatian dari Uchiha Itachi. Siapa yang bisa menolak. Digaji besar. Tinggal serumah dengan Uchiha tampan seperti Itachi, merupakan pekerjaan impian.
Mereka pasti menepis kenyataan jika Uchiha Itachi memiliki anak ilegal. Naruto sendiri bergidik. Ia tidak bodoh, jika benar anak yang harus mereka susui adalah anak Itachi, lalu di mana ibu dari anak itu?
Ha. Sepertinya mati.
Naruto tak ingin menjadi mayat hanya karena tergoda akan ketampanan Itachi. Pemimpin Uchiha ini dikenal sebagai sadis. Dari cara bicara pun telah terlihat sifat angkuh dan penuh otoritas.
"Kalian terpilih karena aroma dalam sampel yang kalian berikan tidak membuat dia mual."
Naruto meringis mendengar ucapan Uchiha Itachi yang merendahkan. Mengatakan secara tak langsung jika kandidat yang gagal karena memiliki kualitas air susu yang buruk.
"Kalian akan diberikan semua fasilitas yang dibutuhkan. Katakan saja dan pelayan kami akan menyediakannya," Itachi berkata tenang. Manik hitam masih menatap tajam pada kandidat yang ada.
Naruto mengangguk kecil. Tak sadar jika yang lain justru diam tanpa reaksi.
Manik hitam Itachi menilik tajam pada Naruto. Napas omega blonde tertahan, seolah ia baru saja melakukan kesalahan.
"Sebelumnya akan aku katakan sesuatu. Jika kalian ingin mengundurkan diri, sekarang adalah waktu yang tepat."
Naruto melirik peserta lain, nada ancaman Itachi begitu kental. Aroma tubuh beta dilepaskan ke udara. Mencekik setiap omega yang duduk terpaku. Aroma yang menandakan bahaya.
Ada apa ini?
Yang lain akhirnya ikut bergidik ngeri atas tatapan intimidasi yang diberikan calon bos mereka. Juga pada kemampuan sang pimpinan Uchiha dalam mengendalikan suasana.
Seorang wanita mengangkat tangannya.
"Pergi!" ucap Itachi tegas. Wanita itu segera bangkit dan terburu keluar.
Yang lain kini saling tatap. Sepertinya rasa suka mereka pada Itachi mulai berkurang setelah berhadapan langsung dengannya. Apalagi mulai terlihat jelas jika Itachi adalah orang yang kasar dan buruk.
"Pertama, yang akan kalian urus bukan anakku," ucap Itachi dengan nada lebih tegas. Menepis rumor yang ada. Wajah para kandidat berseri. Jadi Uchiha Itachi belum memiliki anak.
"Yang kalian urus adalah anak remaja. Jika keberatan silahkan mengundurkan diri."
Naruto ikut memandang kandidat lain. Mereka sama terkejut dengan dirinya.
Itu artinya. Siapapun remaja yang dimaksud adalah orang asing. Bukan anak Itachi, juga bukan anggota keluarga Uchiha karena mereka telah meninggal sepuluh tahun silam. Mungkinkah tawanan? Rasa waspada mulai muncul di setiap kandidat, terutama Naruto yang semakin tak tenang.
Dua orang mengangkat tangan mereka. Enggan menyusui seseorang yang tak berhubungan dengan si Bos Besar.
"Pergi!" sentak Itachi.
Semua terkejut mendengar nada tegas dari pemimpin Uchiha. Seolah mereka tengah dalam program tentara.
Dua orang tersebut langsung pergi. Lari dengan ketakutan. Menabrak penjaga yang ada di pintu.
Menyisakan Naruto dan seorang pemuda lain.
Satu senyum kepuasan terlihat di bibir Itachi, menghenyakkan Naruto. Senyum yang akan mengantarkan mereka ke pintu kematian.
"Tinggal kalian berdua," ucap Itachi dengan nada senang. Sadis. Pria Uchiha ini menikmati ketakutan yang dipancarkan oleh mereka.
"Jika dia meminta sesuatu kalian jangan menolak. Jika setuju silahkan tetap duduk," tantang Itachi. Senyum di wajahnya makin lebar.
Naruto memicingkan mata. Ia memang omega, namun bukan rendahan untuk menurut begitu saja. Ia hendak bangkit. Sayang, kalah cepat dengan pemuda yang kini lari terbirit.
Naruto membuka mulut terkejut ketika tangan Itachi menahan di pundaknya. Uchiha sadis itu menatap Naruto dengan dingin. Mencegah sang omega bangkit. Seorang maju untuk membisikkan sesuatu pada Itachi. Senyum pemimpin Uchiha melebar.
"Naruto bukan?" tanya pemimpin Uchiha. Naruto mengangguk.
"Kau akan mengurus adikku, Uchiha Sasuke."
.
~
.
Naruto terdiam. Uchiha Sasuke?
Tapi tak ada keluarga Uchiha yang selamat saat pembantaian terjadi. Hanya Uchiha Itachi yang bertahan. Itu pun rumor beredar jika Itachi yang membantai keluarganya sendiri.
Melihat kebingungan Naruto, Itachi melepaskan tangannya dan berkata, "Ikut denganku."
Naruto menolak. "Aku mengundurkan diri. Pekerjaan ini tak sesuai untukku."
Itachi berdiri diam. Menatap dengan manik hitam yang menusuk. "Apa yang membuatmu mundur? Apa candaanku tadi?"
Naruto kini yang terdiam melihat senyum terpasang di wajah pemimpin Uchiha. Ancaman mengenai hak manusia adalah candaan untuk Itachi? Naruto mulai ragu apakah pemimpin Uchiha ini waras.
"Tuan!" seruan penuh nada panik terdengar. Itachi dan Naruto mendelik. Pintu besar ruangan itu terbuka dengan keras. Para penjaga beruntung bisa lolos dari benturan nista.
"Tuan Sasuke mengamuk kembali!"
Naruto terdorong begitu Itachi melewati tubuhnya begitu saja. Kekuatan sang beta dominan sungguh menakjubkan. Beberapa orang mengikuti langkah pemimpin Uchiha. Seolah tak menganggap Naruto ada.
Ini waktu yang tepat untuk kabur!
Setelah semua kosong, Naruto mengendap keluar. Bersyukur ia tak jadi kerja di tempat mengerikan ini. Ia mengambil dokumen lamaran miliknya dan langsung pergi.
~
Sayangnya, ia tak tahu seluk beluk kediaman besar Uchiha. Omega blonde mulai panik. Dadanya mulai basah karena cairan air susu yang merembes keluar. Putingnya berdenyut pelan.
Seharusnya Naruto memakai bra kecil khusus omega laki-laki yang tengah berlaktasi. Namun ia terbawa ego. Tak sudi memakai bra apapun kondisinya. Ia boleh saja omega, namun bukan berarti dirinya adalah wanita. Tidak akan.
Bunyi hantaman keras mengejutkan Naruto dari aksi kabur.
Kening berkerut, penasaran. Pelan-pelan, ia melangkah untuk mengintip sedikit. Ada jendela yang terbuka tirainya.
Naruto terkejut melihat Uchiha Itachi dengan memar di pipi. Pemimpin Uchiha yang mengerikan justru terluka, hal yang mustahil menurutnya. Ia melihat Itachi tengah berusaha menundukkan seorang pemuda berambut hitam yang meronta kuat. Pertarungan yang kasar terjadi, begitu brutal. Pemuda berambut hitam berantakan bergerak gesit. Menghantam bagian tubuh si Bos Besar yang bisa digapai. Naruto tak dapat melihat jeli dengan kecepatan mereka yang luar biasa.
Kemiripan antara Itachi dan pemuda itu cukup menjelaskan hubungan keduanya. Uchiha Sasuke. Adik dari Itachi tengah bertarung dengan sang kakak. Para penjaga mengawasi ketat. Menutup segala akses yang dapat digunakan untuk kabur.
Naruto menghiraukan bagaimana air susu semakin membuat kemeja yang dipakai terkotori. Ia terlalu fokus pada pertarung kedua Uchiha. Manik merah dipancarkan dari mata Sasuke; alfa.
Alfa melawan beta dominan. Ini adalah pertarungan yang jarang terjadi. Warna biru terang terpancar oleh Itachi. Keduanya saling menggeram. Gigi taring dipertontonkan. Memasang siaga jikalau rival mereka datang menyerang.
Bulu kuduk meremang melihat betapa pertarungan ini sangat di luar kendali. Sasuke berhasil menendang Itachi. Sang Bos Besar menyikut wajah adiknya.
Naruto membelalak ketika akhirnya Sasuke berhasil dikurung oleh Itachi. Sang kakak menahan kedua tangan Sasuke di punggung. Kepala si adik meneleng di lantai. Wajah penuh akan memar dan darah.
Sasuke kembali meronta kuat. Nyaris melontarkan Itachi dari atas tubuhnya.
Tanpa belas kasih, Itachi membenturkan kepala Sasuke. Bahkan untuk Naruto yang berada di luar ruangan pun dapat mendengar hantaman keras yang terjadi.
"Hentikan!" tanpa sadar Naruto justru berteriak. Semua mata tertuju pada sang omega. Ia tak peduli. Ia hanya merasa semua telah di luar kendali. Tak tega melihat seorang pemuda dihajar hingga seperti itu. Intuisi omega miliknya terpancing keluar.
Uchiha Sasuke masih muda. Apapun alasan pertengkaran mereka, bukan berarti si adik boleh dihajar seperti ini. Bagaimana jika sesuatu yang fatal menimpa si bungsu Uchiha? Tak dapat dibiarkan.
Dengan wajah emosi Naruto memanjat jendela yang digunakan untuk mengintip. Langkahnya panjang dan menghentak.
Ia menatap remaja yang terbaring akibat benturan dengan lantai marmer. Mata Naruto melembut melihat itu. Para penjaga bersiap lari, namun tanpa adanya intruksi dari Itachi, mereka tetap diam di tempat. Omega pirang berjongkok di depan Sasuke, menghiraukan Itachi yang menggeram marah. Wajah si beta dominan pun dihiasi memar.
"Menjauh darinya bodoh!" perintah Itachi sembari menahan tubuh Sasuke. Naruto hiraukan kembali.
"Hey," ucap Naruto lembut. Mata biru si omega pirang mengamati alfa remaja yang kini mulai menghentikan rontaannya. Naruto mengulurkan tangan hingga ujung jari berada di hadapan wajah Sasuke.
Alfa remaja mengendus udara. Manik merah bersinar terang.
"Tenang. Semua akan baik-baik saja. Aku tidak akan membiarkan siapapun melukaimu," bujuk Naruto. Perlahan jarinya mengusap rambut hitam Sasuke. Menjauhi area di mana darah mengalir.
Alfa itu mendongak. Menghentikan seluruh gerakan tubuh demi menatap omega yang tak dikenalnya. Demi keamanan diri, Naruto mengirimkan feromon ke arah Sasuke. Membujuk agar intuisi si alfa mau melembut di sekitarnya.
"Namaku Naruto. Siapa namamu?" tanya Naruto. Mulai menggunakan teknik pengalihan untuk membuat sang alfa tenang. Omega pirang terus mengabaikan Itachi yang juga terdiam menatap aksinya.
"....Sa--Sasuke," jawab sang alfa dengan suara serak. Naruto tersenyum lembut. Dadanya terasa nyeri, namun kembali Naruto acuhkan. Putingnya yang mengeluarkan cairan susu bisa menunggu. Terpenting menyelamatkan alfa muda ini dari amukan sang Bos Besar.
Pria pirang itu melirik sekitar. Melihat beberapa orang menatap terkejut ke arahnya. "Aku ingin berbicara berdua dengan Sasuke jika boleh," ucap Naruto setenang mungkin.
Itachi menggeram emosi. "Tidak."
Sasuke ikut menggeram mendengar nada perintah Itachi.
Naruto mulai bersabar. Beta dominan dan alfa akan mudah bertengkar. Insting alamiah mereka yang mencoba berebut kekuasaan. Namun ada yang aneh. Itachi seperti tak rela meninggalkan Sasuke bukan karena insting. Manik hitam kebiruan sang beta terlihat khawatir.
Akhirnya Naruto paham. Itachi begitu protektif akan Sasuke. Naruto sendiri sadar, ia hanya orang asing bagi kedua Uchiha. Wajar jika pemimpin Uchiha ini khawatir dirinya akan melukai Sasuke.
"Kalau begitu, kau bisa menemaniku berbicara dengan Sasuke. Tapi untuk yang lain lebih baik--" Naruto menggantungkan ucapannya.
Para penjaga terlihat enggan pergi, namun satu anggukan dari pemimpin Uchiha sudah cukup membuat mereka bubar.
"Bangun," perintah Naruto tak peduli jika ia tak sopan pada pemimpin Uchiha yang masih menahan tubuh Sasuke. Ia menarik lengan berjas Itachi sekuat tenaga.
"Tidak," jawab Itachi tegas. Mata hitam kebiruan memicing dan ia menepis tangan Naruto dengan cara menggerakan lengannya.
"Dia tidak akan melukaimu. Kau tidak lihat! Dia tengah feral. Matanya tidak fokus, aroma tubuhnya dipenuhi teror, lepaskan dia," tuntut Naruto sekali lagi. Menarik lengan jas Bos Besar dengan lebih persisten.
Itachi kembali makin memicing. "Jika dia melukaimu, aku tidak akan bertanggung jawab."
Naruto mengangguk. Ia tahu betul resikonya. Syukurlah, sebagai omega pengalamannya mengurus alfa jauh lebih banyak ketimbang yang lain. Ia tahu cara mengatasi hal ini.
"Sasuke," panggil Naruto pelan. Manik merah yang membesar dan tak fokus kini terarah padanya. Naruto mencoba tersenyum kecil. Hidung sang alfa mengendus udara. Bergerak semakin dekat ke arah Naruto yang berlutut di hadapannya.
Naruto menggerakan dagu untuk mengusir Itachi dari atas tubuh Sasuke. Perlahan Itachi bangkit, namun tangan sang Uchiha senior tak lepas dari adiknya.
"Sasuke. Dengarkan aku. Dia akan menjauh darimu, tapi jangan bertindak kasar. Kau cukup dengarkan suaraku," ucap Naruto dengan suara lembut. Ia memaksa kepala sang alfa untuk menghadapnya. Kedua ibu jari Naruto mengusap pada pipi Sasuke yang tidak memar.
Dalam seketika terjadi perkelahian kembali. Itachi bangkit, kemudian secara cepat Sasuke menjauh dari Naruto untuk menyerang sang kakak. Menendang lutut Itachi dengan keras. Sang pemimpin Uchiha yang akan jatuh berhasil menormalkan posisi. Kaki kanan si Bos Besar terangkat tinggi, ingin menginjak kaki Sasuke.
Sasuke berguling dan segera bangkit. Memasang siaga sebelum melempar diri ke arah Itachi dengan tangan terkepal.
"Woah!" ucap Naruto terkejut ketika sang alfa remaja akan menghantamkan kepalan tangan pada wajah tampan pemimpin Uchiha. Dengan cekatan, Naruto menarik baju yang Sasuke kenakan. Kemudian menggunakan seluruh tenaga untuk mengunci tangannya di leher Sasuke. Naruto menatap manik hitam Itachi, memohon pada Uchiha senior untuk mundur.
"Tenang. Tenang. Tenang. Sssh, aku akan memberi pelajaran pada mereka yang menyakitimu. Tarik napas Sasuke," ucap Naruto meredakan gerakan gila Sasuke.
Itachi yang siap menghajar adiknya, berhenti.
Naruto menguatkan kuncian pada leher Sasuke. Ia berjalan mundur, membawa sang alfa bersamanya.
Dada Naruto terasa nyeri akibat cairan laktasi yang menggumpal. Membuat putingnya mengeras dan bergesekan langsung dengan pengganjal dada yang dipakai. Apalagi kini punggung Sasuke justru menggesek bagian depan tubuh Naruto. Ia menahan nyeri dan mengabaikan rasa basah di dada.
Setelah jarak Sasuke jauh dari Itachi. Naruto masih membisikkan kata-kata lembut. Mencoba mengalihkan fokus.
Tangan Naruto bergerak menutup kedua mata Sasuke. "Aku di sini. Semua baik-baik saja," bisik Naruto.
"Dia terlalu barbar," ucap Itachi dingin, terlihat pemimpin Uchiha masih sangat emosi. Naruto memicingkan mata, tak senang.
"Karena kau mengintimidasi dirinya! Bisakah kau tinggalkan kami. Aku tidak akan membawa kabur Sasuke," ucap Naruto menahan marah. Itachi meneliti omega di depannya. Pemimpin Uchiha berdecih kecil sebelum mengangguk setuju.
"Dua puluh menit. Kami akan tetap berjaga di sekitar sini," jawab Itachi masih dengan nada marah.
Naruto mengangguk. Masih menutup mata Sasuke dengan kedua tangan.
Ia melihat Itachi pergi dan menutup pintu. Naruto menghela napas lega. Ia pun duduk di lantai dengan menarik Sasuke bersamanya.
Naruto memposisikan diri di hadapan alfa muda yang feral. Manik merah sang alfa membesar dan tak fokus. Rambut hitam kebiruan terlihat berdiri, acak-acakan. Wajah dipenuhi memar dan darah.
"Tidak ada siapa-siapa di sini. Bagaimana kondisimu, Sasuke?" Naruto tersenyum. Ia mencoba mengalihkan fokus pemuda di depannya.
Manik merah menatap bingung. Pemuda ini terlihat sangat muda.
"Sini kulihat apakah kepalamu terluka." Naruto menaruh dahi Sasuke di pundaknya. Kedua tangan dengan lembut menyusuri kepala sang alfa. Ia berhum pelan tatkala si alfa meringis. Naruto meminta maaf dan memeriksa lebih hati-hati.
Naruto terkejut tatkala tangan kekar sang alfa muda melingkar di tubuhnya. Tubuh sang alfa bergetar. Kedua tangan bergerak untuk mengusap punggung Sasuke.
"Semua akan baik-baik saja. Aku di sini," ucap Naruto untuk kesekian kali. Sang alfa makin memeluk kencang.
Tangan Naruto penuh kehati-hatian mengusap helaian hitam yang basah terkena keringat dan darah. Ia berhum pelan membentuk melodi yang tenang.
~
"Ap--" Naruto memekik terkejut saat wajah Sasuke turun. Berhenti tepat pada area pektoral yang tersumpal pengganjal. Manik hitam berkedip berulang kali. Hidung berkedut seolah baru mencium aroma manis yang memang sejak tadi mengisi udara. Wajah sang blonde memerah parah. Ia pun menggeser tubuh agar posisi bibir Sasuke tidak sejajar dengan putingnya.
"Hey, Sasuke." Naruto menangkup wajah tampan sang remaja. Meski ada lebam, namun ia masih terlihat maskulin.
Alfa muda mendongak. Tak mengatakan apapun dan hanya memasang ekspresi kosong. Naruto menerka apa yang telah dialami oleh Sasuke sehingga menjadi seperti ini. Mungkin ia butuh bantuan dari dokter Tsunade.
Sasuke menangkap tangan Naruto dan kembali menundukkan kepala. Hidung berkedut mencari asal aroma manis yang menggugah insting. Bibir terbuka kecil. Akhirnya ia menemukan titik basah dari kemeja yang dikenakan si blonde. Seperti ikan yang terangkat ke permukaan, mulut sang alfa membuka-menutup pada kain yang menutupi area pektoral Naruto.
'Shit!'
Naruto panik. Sebentar lagi Uchiha Itachi akan datang. Memalukan, pikir si blonde.
Sasuke menggeram pelan. Tak senang karena orang yang dipeluk terus bergerak-gerak. Ia ingin menghirup aroma manis yang membuatnya nyaman. Sesuatu yang mengingatkannya akan sesuatu yang dimiliki dulu. Keluarga. Ibu.
Melihat ekspresi di wajah Sasuke, Naruto mendesah pelan. Ia menutup mata dengan lengan kanan, lalu menarik si alfa menuju ke samping lemari. Di mana posisi mereka akan tertutup. Dengan ekspresi mengalah, si blonde menjauhkan Sasuke. Ia membuka kancing kemeja dan melepaskan pengganjal dada.
Aroma manis makin kentara saat Naruto mengekspos putingnya. Manik hitam berkilau merah. Intuisi buas seorang yang tak pernah mendapat edukasi mengenai sistem alfa-beta-omega, kini makin liar. Desahan napas terpotong-potong, bahkan wajah yang tanpa ekspresi sekarang berhias sedikit semburat merah. Tangan menjulur dengan bergetar.
Naruto menyandarkan diri. Membuka kemeja sehingga memberi akses bagi si alfa. Titik-titik basah turun ke bawah dari puting yang mengeras. Warna putih yang menggumpal dan menggoda. Sentuhan hangat pertama mengejutkan Naruto. Ia terlonjak dan berdesis, lupa mengatakan jika bagian itu memang tengah sangat sensitif.
Dadanya mulai terasa sakit akibat air susu yang tak keluar. Puting itu terasa lembut, hangat, dan bengkak. Wajah serius Sasuke begitu terfokus pada titik yang memunculkan tetesan putih. Entah apa yang dipikirkan si alfa muda saat ia menekan puting Naruto. Si pirang membuka tangannya untuk melihat. Tubuh bergetar karena reaksi tak nyaman.
Naruto sedikit kaget tatkala ia memperhatikan bagaimana keturunan Uchiha yang dianggap mati itu kini mengendus kedua jari yang terkotor cairan laktasi. Manik obsidian bercahaya kemerahan, jemari lengket dibawa menuju bibir. Ragu-ragu lidah merah muda sang alfa terjulur. Mengecap cairan yang baru saja menetes saat ia menekan bagian tubuh Naruto.
Wajah sang omega memerah kembali. Ia tahu jika seorang alfa akan memiliki indra perasa yang jauh lebih sensitif, apakah karena hal tersebut atau memang air susu yang dihasilkan Naruto cukup memuaskan. Yang jelas ekspresi di wajah Sasuke berubah. Menjadi seperti antusias.
Padahal sebelum ini Naruto pun harus memberi sampel, apa Sasuke juga merasakannya tadi?
Seperti meminta perizinan, Sasuke mengangkat kepala untuk memandang Naruto. Sang alfa remaja memajukan diri. Kedua tangan mengetat pada pundak sang blonde. Dengan setengah hati Naruto mengangguk. Ia sedikit membusungkan dada.
Senyum yang terpajang pada wajah lebam Sasuke membuatnya terlihat berbahaya. Seolah predator yang kelaparan dan melihat daging tersaji di hadapannya. Naruto meneguk ludah. Ia menaruh tangan di tengkuk anak asuhnya.
Geraman pelan lepas dari bibir sang alfa. Napas hangat menggelitik bagian tubuh sensitif. Sepasang bibir menyentuh puting kiri Naruto hati-hati. Jantung sang blonde berdetak cepat. Ini kali pertama ia menyusui seseorang. Apalagi seorang alfa. Insting omega dalam tubuh berkecamuk ingin memuaskan alfa mereka.
Awalnya, Sasuke hanya menjilati ujung puting dengan lidah. Kemudian ia menghisap hingga cairan hangat manis keluar dan menyentuh indra pengecapnya. Sang alfa remaja menutup mata dan mendengung puas. Mulut masih secara konstan mencari ensensi bak ekstasi dari tubuh Naruto.
Omega dewasa itu menggigit kepalan tangannya untuk mencegah desahan keluar. Tubuh bergetar. Rasa sakit akibat tarikan kuat dari mulut Sasuke, tertutup dengan harum aroma kepuasan seorang alfa. Si pirang mengerang. Ia menarik beberapa helaian hitam sang Uchiha remaja.
"Aw, pelan-pelan," bisik Naruto saat menunduk. Seperti tak mendengarkan Sasuke masih menghisap kuat-kuat. Pasrah dengan nasibnya, ia pun menangkup kepala Sasuke sembari mengusap kepala sang alfa.
Pekerjaan sebagai wet nurse memang membuat ia sedikit canggung, namun melihat ketenangan serta kepuasan yang terpancar dari Sasuke sudah cukup sebagai bayaran. Si pirang mendongak dan menyamankan diri. Membiarkan Sasuke menyusu hingga rasa laparnya hilang.
"Ah, kau sudah mulai bekerja rupanya."
Naruto terlonjak kaget. Ia segera menarik kemeja untuk menutupi dada dan kepala Sasuke yang masih menyusu padanya. "Uchiha Itachi! Aku--"
Wajah sang omega memerah parah. Ia ingin melepaskan diri, namun Sasuke memeluk dengan satu tangan. Sedangkan tangan lain beranjak naik untuk mengusap dan mempermainkan puting Naruto yang bebas.
"Ah!" Naruto menutup mulut. Ia membelalak. Menatap ketakutan pada Itachi yang berdiri di depan pintu dengan wajah arogan, juga pada Sasuke yang makin seenaknya.
*****
The end untuk spoiler sisanya ada di fanbook :)
Hardcover:
Softcover:
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top