💓Sakit

.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

Todoroki memegang kepalanya yang terasa berdenyut sedari tadi. Ingatannya terbesit ketika pada pagi harinya, ia mengalami sakit kepala hebat. Tubuhnya terasa memanas dan sangat tidak nyaman untuk bergerak atau melakukan apapun. Ia memutuskan untuk duduk di tempat duduknya dan melipat kedua tangannya di atas meja sejenak sebelum pelajaran hari ini akan dimulai lagi.

***

Ibu putih alias ibu Todoroki dengan cepat meletakkan tangannya diatas dahi si buah hati. Ia kaget saat merasakan panas berbeda disana. Ibunya langsung panik. Dan ayah merah alias ayah todoroki yang dengan ooc , dia langsung memeluk todoroki dengan erat. Tapi tidak seperti biasanya. Tubuhnya terasa sangat dingin dan quirk sang ayah sama sekali tidak berpengaruh pada todoroki.

"Anakku!, Anakku!" Teriak ayahnya dengan dramatis. Dan sang ibu jadi semakin panik dan menekan tombol asal yang malah memanggil police. Mereka datang dengan dramatis dan malah membawa sang ayah atas tuduhan FBI untuk dilakukan penjara sementara. Sang ibu terpaksa harus ikut sang suami agar menyelesaikan masalah yang absurd ini.

Dan todoroki, ia memutuskan untuk pergi kesekolah saja. Ia tidak bisa meninggalkan sekolah untuk penyakit aneh ini. Dan todoroki tidak pernah bolos sekolah untuk alasan apapun. Terutama sakit , sangat jarang makanya kedua orang tuanya sampai khawatir berlebihan. Yaps, dia pernah bolos sih dua kali malah waktu bakugo yang dengan seenaknya menariknya untuk melakukan hal aneh.

***

Todoroki mendengar bunyi pintu kelas yang terbuka. Dengan sedikit pucat , todoroki memaksakan diri mengangkat kepala ketika melihat pak guru aizawa dengan balutan selimut kepompong masuk ke kelas. Ia harus belajar seperti biasanya. Dengan tubuh yang sedikit aneh, todoroki berhasil agar dirinya tidak terlihat sakit untuk sejenak sebelum jam istirahat berbunyi.

.
.
.
.
.

Todoroki merasa kalau keadaan dirinya semakin memburuk. Tubuhnya terasa lebih lemah dari biasanya. Ia melihat dengan susah payah tubuhnya yang tampak kian memucat. Dan berusaha menghidupkan quirk dari kedua tangannya. Tidak bisa, seolah quirk nya lenyap begitu saja. Todoroki tidak mau ambil pusing, ia terlalu lelah untuk memikirkan hal itu.

Lida menunduk memperhatikan todoroki yang sedari tadi tampak lebih pendiam dari biasanya. Ia tentu saja harus memperhatikan teman-teman sekelasnya selaku sebagai ketua kelas yang baik. Lida menatap todoroki yang tampak kewalahan dan nafas yang tersengal-sengal. Todoroki hanya menunduk. Tidak mau terlalu banyak bergerak yang akan membuat tubuhnya terasa sangat tidak nyaman.

"Kau tidak apa apa todoroki?" Tanya Lida khawatir. Tidak biasanya pangeran sekolah yang selalu tampak sehat dan cool itu kini malah terlihat pucat.

"..ga..gak apa apa" seru todoroki mengeleng. Ia tidak mau kalau ada orang yang sampai tau dan kerepotan karena dirinya. Ia harus tenang, seperti biasanya dengan begitu tidak akan ada yang tau tentang dirinya.

Di pojok kelas tampak tiga trio perempuan Uke todoroki sedang asyik mengomentari foto mereka berdua di sana. Mereka senang sekali dan sesekali berteriak saat melihat adegan panas disana.

Todoroki semakin pusing. Ia berdiri dari tempatnya tanpa mengatakan apapun. Kedua matanya tampak beberapa kali menyipit tatkala rasa pusing yang menyerang. Todoroki berjalan keluar kelas menuju ke arah kantin. Setidaknya ia harus makan siang dahulu. Untuk bisa mengikuti pelajaran selanjutnya. Ia melihat jalanan yang terasa semakin kabur. Tapi todoroki mengabaikannya, ia tidak mau hal ini menghambatnya.

.
.
.
.
.

Rasanya tubuhnya semakin melemah. Padahal biasanya tidak seperti ini. Keringat dingin mulai mengucur secara perlahan dari kulit pucatnya. Tatapan datar todoroki tampak menyipit beberapa kali hendak menutup, tapi todoroki memaksa agar ia tetap sadar. Tinggal sedikit lagi, ia melihat kearah depan yang mulai tampak rabun. Jantungnya berdebar kian lambat tatkala kesadarannya mulai menghilang setiap melangkahkan kaki.

Sedikit lagi...

Bruk

Todoroki membuka sedikit kedua matanya yang lemah. Ia melihat sosok di depannya yang menahan tubuhnya tepat di saat ia hampir terjatuh di lantai. Ia menengadah perlahan kearah atas dengan wajah memucat. Bakugo ada tepat di depannya dengan kedua tangan besarnya memegang kedua sisi tubuh todoroki yang lemah. Ia melihat ke arah todoroki dengan wajah pemarahnya itu. Dia hanya diam melihat wajah todoroki.

"...", srek!

Hingga ia begitu saja menarik salah satu tangan todoroki tanpa berkata apapun. Todoroki merasa lelah dan beberapa kali hampir terjatuh saat bakugo menarik dirinya memaksanya untuk mengikuti dirinya. Ia melihat dengan tatapan datar yang sedikit lelah itu. Meksipun ia menariknya tiba-tiba. Bakugo tidak kasar. Ia menarik lengan todoroki dengan lembut seolah ia tidak ingin dia terluka. Dan tadi saat bakugo menolongnya. Ia seperti khawatir pada dirinya. Meskipun sama sekali tidak dia tunjukkan dari apapun.

Todoroki menunduk diam melihat tapak kaki dirinya yang dengan cepat mengikuti langkah kaki bakugo di depannya. Bakugo tidak biasanya seperti ini. Ia tidak peduli dengan siapapun dan ia suka membolos dan sangat kasar. Kata katanya yang tegas dan memerintah. Dan kadang begitu menjengkelkan saat ia memaksakan kehendak miliknya begitu saja. Namun, todoroki bisa merasakan kalau tangan bakugo memegangnya dengan erat. Menyeretnya seolah ia ... peduli padanya. Padahal bakugo tidak pernah mau ambil pusing dengan hal ini.

"...", Ini aneh. Todoroki merasa tidak nyaman dengan tingkah bakugo yang seperti ini.

.
.
.
.
.

Hingga mereka berhenti di taman belakang sekolah yang tampak sepi. Disana barulah bakugo melepaskan tangannya. Ia duduk di sebelah kanan dari pohon yang tumbuh disana. Todoroki menatap diam tidak mengerti. Bakugo menatapnya dengan tajam dan intens.

"Duduk" serunya. Todoroki diam saja. Ia juga lelah. Ia kemudian perlahan duduk di sebelah kiri bakugo dengan tenang.

"..."

Bakugo menatap sejenak. Hingga ia tiba-tiba mengulurkan tangannya memegang pundak kanan todoroki dengan kasar dan meletakkannya begitu saja di atas pahanya itu. Todoroki tertegun saat ia merasakan kalau tangan besar bakugo yang menariknya begitu saja. Dan kepalanya berganti tempat seketika. Ia melihat kearah atas. Bakugo yang hanya diam dengan kedua mata merahnya menatap ke arah todoroki langsung.

"Kau sedang sakit bukan?, Sudah tidur saja kau disini" serunya lagi dengan nada biasanya. Ia perlahan meletakan jari jemari miliknya membelai pipi halus milik todoroki. Todoroki terdiam sejenak. Rasanya nyaman.

"Pelajaran" seru todoroki. Ia berusaha untuk mengangkat kepalanya. Tapi, bakugo dengan cepat menahan lagi todoroki dan dia akhirnya kembali terbaring di rerumputan itu.

"Kau sakit!, Sudah jangan pikirkan pelajaran itu?!" Tegas bakugo lagi. Todoroki terdiam, ia melihat kearah depan dimana orang orang mulai sepi dan bel mulai berbunyi pertanda bahwa pelajaran akan dimulai. Ia bisa merasakan tangan bakugo yang tetap menahannya agar tetap berbaring disini. Kedua tangan mungil miliknya itu mulai terasa perlahan digenggam oleh tangan besar milik bakugo.

Bakugo sama sekali tidak mau melepaskannya dan tangannya mulai menggenggam tangan todoroki yang awalnya terasa begitu panas dan gemetaran. Todoroki bisa merasakan kalau tangannya perlahan berhenti gemetaran. Rasa nyaman perlahan menyelimuti dirinya. Ia melihat perlahan ke arah atas dimana bakugo hanya duduk disana dan membiarkan dirinya untuk tidur disini. Wajah bakugo yang terlihat marah dan garang. Namun, dia begitu hangat dan bahkan ia mengenggam tangan miliknya seolah sudah tau.

"Kenapa...?" Tanya todoroki. Ia merasa kalau nafasnya perlahan tersengal-sengal. Panas.

"Kau adalah milikku, aku tidak bisa membiarkan milikku harus belajar dengan kondisi bodoh seperti ini!. Dengar!, Selama aku ada disini. Kau harus bersama denganku!-" seru bakugo. Ia perlahan mengalihkan wajahnya ke arah todoroki yang berbaring di atas pahanya. Melihat kedua manik matanya yang tertegun melihat kearah dirinya. "-Dan kau adalah milikku, It's Mine" lanjutnya menekan akhir dari kalimatnya itu seraya dengan lembut menautkan jari jemari miliknya pada todoroki.

"Tapi...mereka akan melihat" seru todoroki. Ia tidak nyaman ketika harus disini.

Bakugo menutup kedua matanya itu. "Jangan lihat, sudah berbalik saja. Aku akan ada disini".

Todoroki tertegun. Ada rasa aneh yang merambat seketika. Ia melihat kearah samping dengan perlahan, ia memutar tubuhnya ke arah belakang. Bakugo diam saja, ia melihat ke arah todoroki sejenak dan kembali menatap ke arah depan seolah tidak peduli. Tapi, bakugo perlahan kembali menautkan hangat jari jemari mereka saat todoroki berbalik dan melihat pepohonan besar itu dalam jarak sangat dekat.

Perlahan todoroki merasa kalau kedua manik matanya hendak menutup. Mengerjap-ngerjap karena rasa aman dan nyaman. Tidak seperti biasanya, kedua manik mata indah itu dengan perlahan semakin menyipit bersamaan angin yang bersepoi dan hangatnya posisinya. Tanpa berkata apapun dan dengan perlahan ia mulai tertidur di atas rangkulan bakugo. Padahal ia tidak pernah seperti ini. Ia jarang merasa nyaman seperti ini kepada orang lain. Bakugo adalah satu satunya yang sadar akan keberadaan dirinya. Dan kali ini ia bisa terlelap karena adanya keberadaan dirinya.

.
.
.
.
.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top