💓Nginap
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Nah sekarang, hari yang biasa. Dimana todoroki pulang sambil melewati tempat psikologi pak guru deku yang entah kenapa di sana sudah ada kejadian aneh dengan kepala sekolah allmight yang juga ikutan ada disana entah sejak kapan. Deku kini ia sedang melihat allmight dengan wajah nafsuan ala stalker. Ya. Dia memang stalker sih. Sambil memegang gemetar poster allmight yang sudah banyak tertempel di dinding tempat psikologi itu, terutama karena disana juga gelap. Tidak ada penerangan. Sengaja, dan disana ada pak guru BK itu di depannya dengan allmight yang sudah berkeringat di depannya.
"A.. allmight" desah deku.
"A..ada apa Shounen?" Tanya allmight yang sudah berkeringat banyak melihat guru yang di rekrut nya itu kini sedang memandangnya dengan wajah ala stalker dan ia memegang sebuah poster allmight yang sedang boker disana. Sumpah, darimana ia bisa mendapatkan foto-foto seperti itu?!.
"Allmight, aku sangat-sangat mengagumi dirimu. Kau itu adalah pahlawan guru yang sangat luar biasa" seru si deku yang awalnya berwajah polos gak berdosa. Kini ia malah memasang wajah berkeringat dengan tatapan cintanya kearah allmight di depannya itu.
"Ya..ya aku tau. Tapi Shounen, kenapa kau harus memasang foto seperti itu?!" Seru allmight memandang ngeri saat melihat deku mengkoleksi fotonya.
"Allmight, aku ini ingin agar diriku di kelilingi oleh allmight. Aku ingin tau apa yang dilakukan oleh pahlawan-ku ini"
"Ya, tapi gak difoto juga!"
"Tapi.. allmight kau itu adalah idolaku. Apa salah jika aku melakukan hal yang aku sukai dari idola ku?" Tanya deku. Dengan kedua mata hijaunya menatap kearah allmight.
"Kembalilah jadi Shounen dulu!" Rintih allmight . Pertama kali ia melihat deku. Ia adalah anak polos hingga deku tau kalau ia adalah kepala sekolah di sekolah Hero ternama. Dan ia mulai bersikap aneh dan ia juga mulai membuntuti dirinya dengan wajah yang menyeramkan. Dan terlebih lagi dimana saja, dia bisa melihat kamera dimana mana terpasang melihat kearah dirinya. Seram banget!.
Tok tok!
Terselamatkan, allmight menghela nafas sebelum kesuciannya diambil oleh guru BK nya sendiri. Deku melirik ke arah lubang pintu datar. Dan ia langsung membukanya dengan wajah yang sudah berubah jadi deku yang biasanya. Ternyata, di depannya adalah uraraka. Murid cantik yang dia sukai. Dan deku tidak tau kalau orang yang dia sukai itu juga sama parahnya dengan dia. Uraraka memasang wajah normal yang biasa.
"Wah uraraka!, Ada apa kemari?" Tanya deku. Sembari memasang wajah polosnya.
"Tidak ada, aku hanya rindu pak guru deku saja. Pak guru baik baik saja kan?" Tanya uraraka dengan wajah tersenyum-nya.
"Ah tentu saja uraraka kau adalah murid yang perhatian!" Puji deku menatap teduh pada sang cintanya. 'astaga cintaku memang luar biasa cantik'. Tidak tau kalau uraraka, sedang melihat dengan penuh nafsu ke arah allmight yang ada di dalam ruangannya. Ia melihat kearah deku dengan wajah biasanya.
"Kau sedang apa pak guru?, Kenapa malah memegang foto allmight?" Tanya uraraka volos, padahal dalam hati. Jiwanya sudah traveling entah kemana.
Deku mengangkat benda itu lalu ia tersenyum canggung lagi, "Tidak ada, kau tau-lah idolaku adalah allmight" kekeh-nya.
"Oh gitu, sasuga pak guru" kekeh uraraka mengarahkan tangan kanannya memegang mulutnya dengan ala ala cantik barbie. Dan allmight yang very malang sudah mengelus dadanya disana. Dapat murid sama guru budak di sekolahnya gini amat. Ganti pekerjaan saja dah, lain kali!.
.
.
.
.
.
Todoroki berjalan seperti biasanya sepulang sekolahnya kearah rumahnya. Kedua manik matanya menatap datar kearah depan seolah tidak peduli.
"Ada apa bakugo?, Bisakah kau berhenti mengikuti ku?" Tanya todoroki datar. Sudah sedari tadi bakugo mengikutinya.
"Kenapa?!, Kau akan sudah jadi milikku!" Tegas bakugo yang sudah sedari tadi mengikuti todoroki dari belakang dengan tatapan tajamnya.
"..."
"Jawab dong sialan!"
"Aku bahkan belum menjawabnya" seru todoroki dengan ketenangan luar biasa.
"Sialan!, Kau tinggal jawab 'iya' saja!. Susah amat!" Ngegas bakugo di tengah jalanan yang sedikit ramai. Todoroki menatap datar, malas meladeni bakugo yang suka memaksa itu.
"Ayolah bilang iya!, Dan kau akan menjadi milikku!" Seru bakugo mendekati todoroki dan mengarahkannya kearahnya.
".... tidak mau" seru todoroki menepis tangan bakugo dan lanjut berjalan lagi.
"Ck!"
.
.
.
.
.
"....Sampai kapan kau disini?" Tanya todoroki saat ia sudah sampai kerumahnya. Ia melihat dengan tatapan datar ke arah sosok bakugo yang selalu marah dan kasar itu, kini bakugo juga menatapnya tajam.
"Sampai kau jadi milikku!" Tegas bakugo lagi. Todoroki menghela nafas singkat, ia memutuskan menutup pintu rumahnya dan langsung ditahan oleh bakugo yang masih bersikeras. Dan masih meneriakkan kata kata itu lagi pada todoroki dengan tegas. Ia benar benar tidak mau untuk melepaskan todoroki dan jujur ini sangat menyebalkan.
"Arara?, Todoroki?" Seru sebuah suara ibunya dari dapur.
"Ah, ibu. Ada serangga disini. Jadi aku mengusirnya" seru todoroki dengan tenang diiringi kata kata ejekan halus.
"Siapa serangga!, Aku ini adalah kekasihmu bodoh!" Seru bakugo dari balik pintu itu. Ia dengan susah payah masih menyelipkan wajahnya diantara pintu.
".... aku bukanlah mi-" belum sempat todoroki mengelak apa yang dikatakan bakugo. Ayahnya itu tiba tiba datang dan dengan santuy-nya, ia menarik todoroki menjauh dan membukakan pintu dengan lebar pada sang menantu rumah tangganya itu. Bakugo memasang senyuman penuh kemenangan pada todoroki dan todoroki menatap datar ke arah lain, malas.
"Wah bakugo!, Kau datang kemari ya!, Sini sini silahkan masuk wahai menantuku" seru sang ayah yang sudah begitu ooc itu. Todoroki menatap dengan wajah datar seperti biasanya kearah ayahnya yang seenak jidatnya mengatur dirinya itu.
"Ayah, dia bukan menantu-mu" seru todoroki datar.
"Sudah sudah, silahkan masuk bakugo. Dan menginap saja untuk malam ini bersama anak es-ku ini di kamarnya ya!" Seru sang ayah berapi itu sembari mendorong todoroki dan bakugo ke arah kamar atasnya.
"Eh???, Ayah!" Elak todoroki menatap kesal ke ayahnya, tidak terima kalau ayahnya malah memaksanya untuk sekamar bersama bakugo.
"Terimakasih ayah, saya akan mengurus anakmu ini" seru bakugo menekan kata-katanya lalu ia menyeringai tajam penuh arti ke arah todoroki.
.
.
.
.
.
Dan sekarang disinilah mereka. Todoroki memilih untuk tidur sendirian di atas kasurnya di sisi kanannya dan meninggalkan bakugo yang kini sedang mandi, ia melihat kearah langit-langit. Tentang kejadian yang agak aneh yang terjadi beberapa hari ini antara bakugo dan dirinya itu. Todoroki melihat kearah atas dengan wajah datar miliknya. Melihat dengan kedua manik mata berwarna beda yang menatap dingin keatas. Tanpa perasaan apapun sedikitpun.
"...kenapa?" Gumam todoroki pelan. Ia mengeleng berusaha menyingkirkan hal itu. Todoroki perlahan mengeser badannya kearah samping dan memilih untuk tidur saja. Lagipula, semuanya akan kembali seperti semula. Ini hanya akan terjadi sebentar saja. Dan ia tidak akan pernah mau menjadi milik bakugo yang begitu arogan itu.
Baru saja Todoroki ingin tertidur. Ia bisa merasakan kalau ada sebuah tangan lumayan besar yang kini tengah meraba raba kaos depannya itu. Sosok mungil yang sedang memeluk bantal berwarna biru itu dengan tenang perlahan membuka kedua matanya melirik ke arah si pelaku yang kini sedang ada di belakangnya. Memeluk dirinya, dengan satu tangan yang kini ada di atas kaos dan perlahan masuk ke dalamnya.
"Menyingkir dariku bakugo" seru todoroki dengan tenang. Saat dirasakan bakugo yang sangat dekat dengannya. Tangan kirinya kini menindih tubuhnya di sisi kasur di sebelah todoroki dan satunya kini sedang ingin masuk ke dalam kaos, piyama tidur orange yang dipakai oleh todoroki. Bakugo menatap tajam ke arah todoroki di sampingnya.
"Kenapa?, Apa kau tidak nyaman dengan perlakuanku?" Bisik pelan bakugo lagi tepat di samping telinga kanan todoroki di dekatnya dengan sengaja. Ia perlahan memajukan wajahnya kini berada sangat dekat dengan todoroki. Ia bisa melihat wajah todoroki yang begitu dingin. Tangannya semakin menarik pakaian yang dipakai todoroki dan mulai meraba masuk ke dalam dada todoroki disana.
"Singkirkan tanganmu" pinta todoroki lagi. Ia menatap dingin ke arah bakugo. Bakugo tidak mau mendengarkan todoroki, ia mendekati tubuh mungilnya itu. Perlahan ia mengarahkan wajahnya mengecup pipi kanan milik todoroki. Kemudian ia menarik tangan satunya lagi, menarik wajah todoroki hingga menghadap kearahnya.
"Tidak mau, kau adalah milikku" seru bakugo lagi. Kemudian ia mulai mengecup bibir manis todoroki yang berada sangat dekat dengannya seraya tangan kanannya masuk kedalam kaos dan mengoda todoroki disana.
"..." Tidak ada suara. Bakugo melepaskan tautannya melihat wajah todoroki yang datar, sama sekali tidak bergeming. Bakugo menatap tajam sosok itu, dan ia menarik tangannya keluar dari kaos dan kini memeluk todoroki dari belakang. Tangan kanannya melingkari tubuh mungilnya dan tangan kirinya dengan perlahan mengelus surai todoroki yang membelakanginya.
"Todoroki, aku ingin agar kau jadi milikku" seru bakugo lagi. Ia memeluk posesif tubuh todoroki yang sama sekali tidak dijawab olehnya. Todoroki menatap datar ke arah bawah. Melihat bagaimana tangan itu memeluk dirinya, melindunginya.
"Todoroki....akan kulakukan apapun agar kau jadi milikku, aku akan mendapatkan apa yang aku mau. Dan yang kuinginkan adalah dirimu" bisik bakugo lagi tepat di telinga todoroki. Dan ia mengecup lembut telinga itu. Perlakuan bakugo yang posesif, dan kasar dalam waktu yang bersamaan. Namun bisa begitu lembut dan membuat todoroki merasa goyah merasakannya.
Tapi.., itu saja belum cukup untuk mencapai hati todoroki yang sudah begitu dingin dan ekspresi yang begitu minim dalam dirinya. Todoroki melirik datar kearah bakugo yang sudah tertidur dibelakangnya seraya memeluk dirinya. Dengan tenang, dan tanpa perasaan. Todoroki mengarahkan kedua tangannya melepaskan pelukan bakugo itu. Sampai kapanpun, ia tidak akan pernah menyerahkan hatinya pada siapapun.
Srek!
"..." Todoroki tertegun saat ia merasakan kalau Bakugo sekali lagi memaksa memeluk dirinya, kali ini lebih erat saat ia hendak melepaskan diri. Bakugo dengan nyaman semakin mendekatkan dirinya diantara ceruk leher dari belakang milik todoroki. Ia menyesap pelan aroma todoroki dan kembali memeluknya erat dengan sangat posesif. Kedua tangan mungil todoroki perlahan memegang tangan kanan besar yang kini memeluknya, tidak ingin membiarkan dirinya pergi. Kedua manik matanya menatap datar kearahnya dan perlahan tertidur dalam dekapan bakugo yang memerangkap dirinya.
"Aku tidak akan pernah menjadi milikmu..."
.
.
.
.
.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top