Bab Tujuh
Setelah berdebat mengenai masalah pesan tadi, mereka semua sepakat untuk menginap di rumah Abu. Kebetulan saat itu orang tua Abu, serta kakaknya sedang pergi ke luar kota. Katanya hendak menemui saudara yang sedang sakit.
Abu sendiri memilih untuk tetap di rumah sembari menjaganya. Oleh karena itu, tadi siang ia berusul, mengajak keempat temannya menginap di rumahnya. Sekaligus akan membuktikan jika apa yang Andre dan Lutfi katakan adalah benar.
Kini, mereka semua tengah berada di ruang keluarga rumah Abu. Mereka memutuskan untuk tidur di ruang keluarga saja. Karena takut memberantakan kamar rapi milik Abu. Untung saja Abu setuju jika mereka memilih untuk tidur bersama di ruang keluarga milik Abu yang tak begitu luas, namun cukup untuk tidur berlima.
"Jam berapa pesan itu masuk? Gue lupa." Red memecahkan keheningan yang sejak tadi hadir di antara mereka.
"11.25." Mendengar jawaban dari Lutfi membuat Red lantas menolehkan kepalanya pada jam dinding di atas TV.
Jam di sana masih tertera pukul sembilan lebih sedikit. Masih ada sekitar dua jam lebih. Dan Red sudah merasa bosan. Sebenarnya ia mengantuk. Namun mengingat bahwa mereka akan membuktikan apakah pesan itu kembali masuk pada ponsel Andre dan Lutfi atau tidak.
"Gue bosen." Tito mengeluh setelah beberapa kali menguap. Ia butuh hiburan.
Giliran Andre yang kini mengeluh. "Nonton kek."
Abu mengangguk. Ia paham dan juga ikut merasakan jenuh. Cowok dengan tinggi 179 itu beranjak dari duduknya. Melangkahkan kaki jenjangnya pelan menuju kamar. Mencari tumpukan CDnya yang entah kini berada di mana.
Setelah beberapa saat mencari, akhirnya ia menemukan satu kotak berisi puluhan CD film berbagai genre. Abu memang cowok yang lebih menyukai menonton CD daripada youtube.
"Nih," katanya sembari memberikan sekotak CD itu kepada teman-temannya.
Red menerima dengan hati. Tabiat sepupunya itu masih sama dengan yang dulu. Hobi mengoleksi CD.
"Film horor baru yang kemaren itu, belum lo beli Bu?"
Abu menggeleng. "Gue udah nonton di bioskop."
Red terkejut. "Demi apa? Lo kok nggak bilang?"
Abu mengendikkan bahunya lalu duduk di sebelah Red sembari memegang ponselnya. Menggulirnya perlahan sebelum akhirnya memutuskan untuk mematikannya.
Sedangkan Andre, Tito, Lutfi dan Red sedang memilah film apa yang akan mereka tonton. Hingga beberapa saat kemudian, mereka sepakat menonton film horor yang sempat booming di internet, Pengabdi Setan.
Tak terasa, waktu terus bergulir hingga film yang mereka tonton selesai. Tito menguap, sungguh ia mengantuk. Namun ia masih penasaran dengan pesan itu. Tito tak bisa percaya begitu saja, terutama berkaitan dengan hal misterius ini. Ia harus mengalami sendiri jika ingin mempercayainya.
Abu, Red dan Tito serempak menoleh ke jam dinding. Jam itu menunjukkan pukul 11.20 malam. Itu artinya lima menit lagi, pesan itu masuk. Iya jika pesan itu benar-benar teror. Bukan pesan iseng seperti yang Tito duga.
Andre dan Lutfi yang merasa sangat mengantuk kini telah bergelung dengan guling milik Abu. Namun tak memejamkan matanya. Ia juga penasaran, akankah pesan itu kembali masuk pada ponselnya atau tidak.
"Film tadi, nggak serem ternyata," kata Andre dengan lengan menutupi matanya.
Seolah terhipnotis, mereka semua lantas mengangguk. Padahal jelas, Andre tak membuka matanya saat itu. Entah mengapa suara yang Andre keluarkan saat itu membuat suasana sedikit tenang. Tipe suara lembut yang banyak diminati wanita, namun sampai kini Andre masih sendiri.
Hening sesaat hingga tiba-tiba ponsel Andre berbunyi tanda pesan masuk. Diikuti oleh suara dari ponsel Lutfi, Tito, Red dan Abu.
Malam ini, tepat pukul 11.25 malam, mereka mendapatkan sebuah pesan. Pesan yang sama seperti yang Andre dan Lutfi dapatkan.
Bersambung...
281218
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top