Bab Tigapuluh Dua
Senin kembali datang. Upacara pun telah selesai dilaksanakan. Kini mereka berlima kembali merajai kelas. Jumlah murid yang tidak begitu banyak--hanya dua puluh murid-- membuat kelas mereka mendadak sepi ditinggal ke kantin.
Sebenarnya mereka juga ingin ke kantin. Namun Abu melarang. Ia memanfaatkan sepi kelas mereka saat ini. Setelah semalaman berpikir, Abu memutuskan untuk memberitahu mereka apa yang ia dapat waktu malam Minggu itu.
"Lo mau ngomong apaan dah? Gue haus ini, cepetan." Dan Andre kini menjadi pribadi yang lebih banyak mengomel. Tentu karena kejadian malam Minggu kemarin. Ia bahkan hampir tidak percaya lagi dengan semua kejadian ini.
"Jadi, pas malem Minggu kemaren, gue enggak kebelet--" Ucapan Abu terpotong oleh Red.
"Maksud lo?"
Abu berdecak sebal. "Tunggu dulu. Gue belum selesai ngomong." Red menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal sembari tersenyum merasa bersalah.
"Pas kalian pergi, gue masih di sana. Soalnya gue denger ada suara. Awalnya gue enggak yakin kalau itu suara manusia. Beberapa saat, ternyata bener. Itu suara manusia. Akhirnya gue memilih untuk nguping. Dan kalian tau apa yang gue dapet?" Semuanya menggeleng.
"Ini...." Abu mengeluarkan ponselnya. Menyentuh beberapa opsi hingga sebuah rekaman mulai terdengar.
Iya, saya mohon kerja samanya. Tolong bantu saya. Saya tidak mengharapkan apa-apa selain ini. Dan tolong, sembunyikan ini semua dari banyak pihak. Apalagi murid-murid. Saya tidak ingin mereka tahu tentang hal ini.
Abu mematikan ponselnya begitu rekaman telah selesai. Kemudian menatap temannya yang masih terpaku. Ia juga sebenarnya belum yakin, apakah yang ia dengar semalam berkaitan dengan ini semua atau tidak. Tapi yang jelas, ia berharap kalau mereka akan menemukan jawaban atas semua yang telah terjadi, segera.
"Gimana?" tanya Abu.
"Gue bingung. Ini masih abu-abu. Belum jelas kebenarannya," ujar Tito.
Red mengangguk. "Kita perlu banyak bukti yang kuat. Setidaknya yang mengarah kepada pelaku."
"Kalau bisa secepatnya," sambung Lutfi.
"Gue setuju. Kita harus cepat-cepat cari tau. Jujur aja, gue capek sama semua ini. Gue mau ini semua cepat selesai." Andre kembali mengeluarkan keluhannya.
"Harus--" Ucapan Abu terpotong kala mendengar suara jeritan dari arah luar.
Mereka berlima melangkah tergesa keluar kelas. Dan yang mereka lihat adalah teman perempuan mereka tengah panik dan ketakutan. Mereka belum tahu apa yang tengah terjadi. Oleh karena itu mereka berlima mendekati kumpulan perempuan yang tengah ketakutan tadi.
"Ada apa?" tanya Abu.
"Ma-mayat."
Mendengar jawaban itu, sontak membuat Abu terkejut. Begitu pula keempat temannya. Bola mata mereka melebar karena terkejut. Tak ingin mengulur waktu, Abu segera masuk ke dalam kelas itu. Diikuti yang lain.
Yang ia lihat hanya kumpulan para cowok yang tengah terdiam. Abu yang masih belum paham dengan apa yang tengah terjadi mendekati mereka.
"Di mana mayatnya?" Abu bertanya dengan suara lirih. Sungguh, yang ia takutkan adalah mayat yang mereka maksud merupakan mayat manusia.
Untuk kali ini, Abu berusaha mengesampingkan rasa takutnya. Ia melangkah perlahan mendekati pojokan. Dan helaan napas lega dilakukan oleh Abu begitu ia melihat mayat seekor kelinci. Lebih tepatnya bangkai kelinci.
Amis darah menguar begitu Abu mendekat. Yang lain hanya jadi penonton. Bukannya apa, mereka ngeri melihat pose bangkai kelinci itu. Sungguh seperti pose manusia sedang melakukan bunuh diri dengan tali tambang.
Abu meneguk lidahnya kelu. Ia langsung teringat akan box berisi bangkai kelinci yang ia dan teman-temannya dapatkan beberapa waktu lalu. Walaupun begitu, Abu tetap mendekat. Setelah lebih dekat, ia melihat dengan jelas sebuah box yang menjadi tempat bangkai itu.
Box yang sama dengan box yang menerornya waktu itu. Abu lantas meraih box itu. Kemudian mengambil sebuah amplop bersimbah darah di dekat bangkai.
Yang lain mendekat begitu Abu hendak membuka amplop itu. Abu membukanya perlahan. Di sampingnya, terdapat Tito yang sedari tadi menonton. Tak lupa ketiga temannya yang lain.
Kalian akan bernasib sama dengan kelinci ini.
Begitu tulisan yang terdapat di dalamnya. Mereka semua menghembuskan napasnya kasar. Dalam hati, mereka sungguh tidak mempercayai hal itu.
Fokus mereka terbagi begitu teriakan lain menyusul.
Bersambung...
A/N
Berdoa, semoga besok bisa boom up. Minimal 4 part lah. Wkwkwk.
260119
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top