Bab Sepuluh

Semuanya menghela napas begitu melihat secara langsung, siapa dalang di balik suara gebrakan tadi. Entah apa yang dialami kakak Abu hingga memvuatnya tak sadarkan diri tepat beberapa meter di belakang pintu. Untung saja Abu menyalakan lampunya, hingga mereka bisa melihat dengan jelas Andrian terkapar di sana.

Mereka berlima kemudian bergotong-royong membantu memindahkan Andrian ke sofa. Sejauh ini, mereka hanya bisa menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi pada Andrian hingga membuatnya tak sadarkan diri seperti ini.

Dan satu-satunya kesimpulan yang masih mereka simpulkan sendiri adalah Andrian tengah mabuk. Karakter Andrian yang sedikit mirip dengan Abu, sama-sama misterius membuat mereka enggan lebih jauh ikut campur.

Setelah menidurkan Andrian di sofa, Abu berusaha melepaskan jaket yang melekat di tubuh kakaknya. Sontak bau alkohol tercium hingga ke indera penciuman empat temannya. Sebenarnya Abu tak heran. Sikap abangnya yang kadang berubah-ubah membuatnya terlihat seperti monster. Bisa kapan saja mengamuk.

Namun Abu pastikan, kakaknya bukanlah pecandu narkoba. Seburuk-buruknya Andrian, Abu tahu abangnya tak akan pernah mau menyentuh barang haram itu.

"Abang lo mabuk?" Tito bertanya untuk yang pertama kali. Lalu dibalas anggukan oleh Abu.

Ia tak keberatan teman-temannya akhirnya tahu tabiat kakaknya yang satu ini. Terhitung dari tahun 2012 sampai saat ini, Andrian sering kali menghabiskan maksimal satu botol atau bahkan lebih ketika sedang stress.

Abu berjalan menjauhi ruang tamu. Bukannya tidak peduli pada abangnya, ia hanya ingin menenangkan diri. Abangnya pasti akan sadar dengan sendirinya beberapa menit lagi. Ya meski sebelum itu terjadi ia harus mendengar abangnya meracau tak jelas.

Melihat Abu yang melangkah meninggalkan mereka, mau tak mau membuat yang lainnya mengikuti.

.

Pagi berganti begitu cepat. Malam tadi, berlalu begitu saja. Setelah mereka berusaha untuk tidak mendengarkan semua racauan Andrian, mereka memilih untuk tidur. Namun tidak untuk Abu. Ia masih terjaga sampai pukul dua pagi. Setelah itu, ia ikut larut dalam tidurnya.

Abu pun berangkat sekolah dengan raut tak biasa. Biasanya ia akan selalu tenang meski wajahnya cenderung datar. Meski pendiam, Abu bukan tipe cowok cool atau seperti cowok di kebanyakan novel yang biasa para pengagum cowok khayalan menyebutnya, ice boy. Abu masih bisa tersenyum juga tertawa sesekali.

Sebenarnya perubahan Abu tak begitu besar. Ia hanya masih kepikiran masalah pesan misterius itu. Masih penasaran sebenernya.

Di tengah ramainya suasana kelas karena sedang mengalami jamkos, Abu tetap diam di tempatnya dengan pikiran yang telah liar. Ia masih memikirkan kemungkinan-kemungkinan mana yang benar. Hingga pertanyaan dari Red, membuat Abu menghentikan aksi berpikir kerasnya.

"Gimana? Hari ini ortu lo balik. Kita mau nginep lagi atau nggak?" Abu terdiam.

"Sebenarnya gue masih penasaran sama pesan sms itu," tambah Red.

Keempat teman Red menoleh ke arahnya. Seperti setuju namun tidak untuk Tito. Si keras kepala itu nampaknya masih belum bisa percaya atas apa pun tentang pesan misterius itu. Ya, meski sebenarnya jauh dari hati yang paling dalam, ia juga penasaran.

"Kalian nginep lagi di rumah gue." Abu berkata dengan pandangan lurus ke depan.

"Oke," ucap keempatnya serempak.

Sebenarnya hal yang sampai saat ini mereka pertanyakan adalah, siapa dalang semua ini? Apa motifnya dan mengapa mereka?

Baik Red maupun Abu masih belum bisa menjawab itu semuam mereka masih mengira-ngira. Masih menggunakan instingnya. Dan mereka masih belum menemukan titik terang atas masalah ini. Semuanya seolah abu-abu. Misterius. Dan entah kapan akan terbongkar.

Bersambung...

060119

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top