Bab Empat Puluh

Setelah 15 menit mencari, akhirnya Abu mememukan apa yang ia cari. Koran lama yang mereka temukan tempo lalu. Yang entah apa alasannya, Tito memberikan koran itu padanya.

Abu rasa, koran yang kini tengah dipegangnya itu mempunyai sebuah petunjuk. Ya, meski sebenarnya ia belum tahu pasti apakah benar koran itu menyimpan petunjuk atau tidak.

Lama berdiam diri di gudang membuat Abu merasakan bulu kuduknya merinding. Meskipun demikian ia tidak merasa takut sama sekali. Meskipun hawa di sekitarnya sudah mulai berubah. Dari yang awalnya dingin menjadi sedikit lebih panas. Abu juga merasa ... Sesak, entah mengapa.

Hingga bunyi gebrakan yang berasal dari posisi tak jauh dari tempat Abu berada, membuatnya seketika menoleh. Rasa takut yang semula tak ada, kini perlahan mampir ke hatinya. Abu bahkan sampai takut-takut untuk melihat arah di mana suara seperti benda jatuh itu berada.

Sampai telinga Abu mendengar sesuatu. Seperti suara orang berjalan pelan. Lirih, namun semakin lama semakin terdengar.

"Tolong..." Suara lirih itu membuat Abu kaku.

Ia merasa seolah tak bisa beranjak barang sedikit pun. Tangannya yang tengah memegang koran lama itu sedikit mengencang.

"A-apa yang kamu inginkan?" Meski tak melihat siapa yang baru saja bersuara, Abu tetap menyerukan pertanyaannya.

"Bantu aku membalaskan dendamku. Dan kalian akan kubebaskan dari segala macam teror ini." Suara lirih itu kembali terdengar. Namun kini, Abu mulai mengesampingkam rasa takutnya. Ia harus mencari tahu sendiri melalui hantu wanita ini.

"Apa yang harus kulakukan?"

"Bunuh dia. Aku ingin kau bunuh dia. Hahaha."

Suara tawa yang sebenarnya mengerikan. Namun Abu memilih tetap bertahan.

"Dia? Dia siapa? Tolong katakan, aku ingin tahu sejelas-jelasnya. Juga ... Pelaku dari semua kejadian ini. Aku ingin tahu!" Abu berseru agak nyaring.

"Kau akan tahu pada saatnya."

Abu termangu. Sungguh demi apa pun, ia ingin semuanya cepat selesai. Namun suara yang Abu yakini itu suara hantu wanita yang bisa meneror mereka, membuatnya terus penasaran.

Bunuh? Siapa yang harus dia bunuh dan apa alasannya?

Abu menunggu suara itu kembali terdengar. Lima menit berlalu, suara itu tak kunjung terdengar. Hingga sebuah suara yang berasal dari pintu gudang, membuatnya tersentak. Seolah kembali tersadar dari lamunan singkat.

"Bu, dicari temen, lo."

Itu suara kakaknya. Segera Abu mendekat, meraih handle pintu sebelum membukanya. Ia mendapati sang kakak tersenyum tipis, juga menatapnya lembut. Hal yang jarang sekali Abu dapatkan. Mau tak mau hal itu membuatnya turut tersenyum.

Sang kakak berjalan mendahului. Diikuti oleh Abu. Tanpa Abu sadari, kakaknya sudah lama membuntuti apa pun yang ia lakukan juga teman-temannya. Dan juga, ikut mencari tahu apa yang mereka cari.

.

"Dari mana aja sih, lo?" semprot Red begitu Abu datang dengan senyuman. Ia masih senang dengan perlakuan sang kakak malam ini, hingga melupakan segalanya. Meski hanya sejenak.

"Gue cari ini," katanya sembari melempar koran lama itu. Dan Tito dengan sigap menangkap.

"Nah, kan. Bener. Apa yang gue bilang bener. Kertas ini merupakan foto di koran lama itu." Andre berseru. Yang lain mengangguk, membenarkan.

"Jadi, hantu wanita itu adalah siswi bunuh diri di berita ini?" Lutfi bertanya.

"Yup. Gue rasa begitu."

Mereka sibuk menyelami berbagai macam huruf di kertas itu. Membaca dengan seksama sebelum menyimpulkan apa yang ada di koran itu. Percaya tidak percaya, akhirnya, secercah harapan muncul setelah mereka membacanya.

"Hantu wanita itu siswi SMK Tanjung yang bunuh diri setelah diperkosa. Berarti pelaku bersangkutan sama hal ini, dong. Bisa jadi keluarganya ... Atau bahkan?" Mereka tahu apa kalimat selanjutnya yang akan diucapkan oleh Abu. Karena masing-masing dari mereka mempunyai pemikiran yang sama.

Lagi dan lagi. Tanpa mereka sadari, seseorang menguping di balik pintu.

Bersambung...

A/N

Haloo. Dua hari nggak up. Padahal mah sebenernya udah nulis. Cuma nggak sempet publish.

Maafkan kalau jelek. Ini pertama kalinya saya bikin cerita genre ini. Mohon maaf kalau rada nggak nyambung.

300119

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top