Bab Duapuluh Tujuh
Hingga jam pulang telah tiba, Tito masih saja memikirkan siapa pelaku yang membuat tulisan di bukunya itu. Sungguh, Tito penasaran setengah mati.
"Menurut lo, siapa pelakunya, Bu?" Tito bertanya kepada Abu yang berjalan di sampingnya. Sedangkan yang lain, berjalan beberapa meter di depan mereka.
"Gue belum tahu pasti."
"Lo enggak bakal ngira kalau hantu itu pelakunya, kan?" Tito terus bertanya.
Abu diam sebentar. "Bisa jadi sih sebenernya. Inget, kemungkinan-kemungkinan kek gitu pasti ada."
"Tapi gue enggak percaya hantu bisa ngelakuin hal itu."
Abu menggeleng samar. "Percaya atau nggak, kita belum tau pasti jawabannya, To. Bisa jadi hantu, bisa jadi juga orang lain yang disuruh sama pelakunya."
Diam-diam, Tito membenarkan ucapan Abu. Ia belum tahu pasti siapa pelakunya. Bahkan siapa dalang dari semua kejadian ini, ia belum tahu. Dan Abu juga benar. Banyak kemungkinan yang bisa menjadi jawabannya. Sayangnya, Tito tak mempunyai jawaban yang memungkinkan.
Bahkan ketika kakinya sampai di parkiran, di dekat motornya, Tito masih memikirkan itu semua. Kemungkinan yang terjadi, dan apa maksud di balik kejadian ini. Sungguh demi apa pun Tito tak tahu, apa yang salah dari mereka atau apa salah mereka.
Ia menghela napas begitu melihat satu per satu temannya pergi meninggalkan parkiran. Tentunya setelah berpamitan dengannya. Dan Tito, kembali termenung. Mengingat semua kejadian aneh yang datang silih berganti. Hingga teman sekelasnya yang tiba-tiba meninggal.
Sungguh, menurut Tito, ini begitu tidak masuk akal. Ini sungguh di luar nalarnya. Bagaimana bisa seorang yang tidak tahu apa-apa, tiba-tiba mengalami kejadian ini semua. Tito sempat berpikir bahwa motif pelaku akan melibatkan banyak orang. Dan benar, tidak hanya mereka berlima yang mengalami hal ini. Orang lain pun juga. Bahkan jauh lebih parah dibanding mereka.
Lalu pertanyaannnya, mengapa Afi yang baru pertama kali melihat sosok itu, tiba-tiba meninggal secara mengejutkan?
Tito mengambil napas dalam sebelum akhirnya memilih membuka jok motor matiknya.
Dan Tito kembali terkejut ketika menemukan sebuah kertas yang tulisannya sangat mirip dengan yang tertulis di bukunya. Hanya saja, kata-katanya yang berbeda. Tito mengambil kertas dengan tulisan 'Siap-siap mulai dari sekarang' itu, kemudian meremasnya dan melemparkannya.
Sungguh demi apa pun, Tito muak dengan semua ini.
.
Semalaman penuh, Tito tidak bisa tidur. Entah mengapa matanya enggan sekali terpejam lama. Dan ternyata, hal itu juga dialami oleh Abu. Ia bercerita jika semalam, ia juga tak dapat tidur.
Firasatnya mengatakan jika akan ada sesuatu yang terjadi.
Dan benar. Setelah beberapa saat ia masuk ke dalam kelas. Yang lain tengah berkumpul. Sebagian telah sesenggukan. Tentu saja anak perempuan. Sedangkan mereka berlima terdiam di ambang pintu dengan pandangan heran. Juga dengan satu pertanyaan yang berkecamuk di dalam otak.
Siapa yang meninggal?
Mereka berlima paham, jika teman perempuan mereka tengah menangis, berarti kematianlah jawabannya. Ya, meskipun ketika kematian Afi tidak ada satu pun dari mereka yang menangis. Sebenarnya untuk apa juga menangisi seseorang yang telah meninggal? Bukannya itu justru yang membuat orang itu kesusahan di dalam kuburnya?
"Siapa?" Satu kata dengan nada tanya akhirnya keluar dari bibir Andre. Sontak membuat mereka semua mengalihkan pandangan.
"Leondra." Satu kata pula yang membuat mereka berlima tercengang.
Leondra adalah putra dari guru yang bersekolah di sini. Wajahnya yang rupawan tak ayal menjadi primadona sekolah. Walaupun kecerdasannya belum melampaui ketampanannya. Tetap saja Leondra merupakan primadona sekolah.
Pantas jika kematiannya menjadi hal yang paling mengejutkan sekaligus menyedihkan. Terutama bagi kalangan perempuan. Leondra yang malang.
Dan Satu hal yang mereka berlima pahami, teror ini akan terus berlanjut.
Bersambung...
220119
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top