Bab Delapan

Mendengar suara notifikasi pesan masuk yang berbunyi bergantian membuat mereka sontak terdiam, lama. Saling pandang satu sama lain beberapa saat sebelum senyum yang entah artinya apa terbit dari bibir Andre.

"Gue bener, kan," katanya.

Melihat hal itu sontak membuat Tito menggeleng keras, tetap tak percaya. "Paling dari operator."

"Kalau dari operator, bunyinya enggak mungkin gantian, To," ujar Red membenarkan.

Mereka yang saat itu belum mengecek ponselnya masing-masing kini memilih untuk membukanya. Setelah membacanya beberapa saat, barulah mereka mengerti, kalau sms itu benar adanya. Pesan itu nyata. Dikirim kan oleh seseorang ke ponsel mereka berlima.

Tito yang sebenarnya masih belum percaya membaca pesan itu berulang-ulang.

08**********
11.25 merupakan jam kematianku. Hari ini adalah hari kematianku. Pesan ini merupakan pertanda, kamu harus bermain denganku. Lihat pojok kananmu, aku ada di sana. Mari bermain.

Dan pesan itu masihlah sama. Sama seperti yang Andre tunjukkan tadi pagi. Tito menghela napas pelan, masih berusaha untuk tidak percaya.

"Oke. Buat pesan ini, gue percaya. Tapi enggak untuk wanita yang lo bilang waktu itu. Hantu itu nggak ada, bro. Gue enggak percaya akan hal itu," kata Tito keukeuh dengan pendapatnya.

"Oke-oke. Lo boleh enggak percaya akan kehadiran mereka sekarang. Tapi gue enggak menjamin, anggapan lo itu bakalan tetap selamanya. Lo pasti tau kebenarannya suatu saat nanti." Andre menghembuskan napasnya panjang. Sebenarnya enggan meladeni Tito, namun entah mengapa, Andre merasa tidak dihargai oleh rasa tidak percaya Tito.

Sesaat kemudian, hening. Mereka semua terdiam setelah perdebatan kecil antara Tito dan Andre tadi. Dan selama keheningan itu melanda, Abu merasa ada yang tidak beres. Ia merasa ada seseorang di belakangnya, padahal jelas mereka tengah berkumpul membentuk lingkaran.

Abu mengusap tengkuknya, jujur saja bulu kuduknya seakan merinding dan perasaannya tidak enak. Ia merasa ada yang mengawasinya di belakang sana.

Tak hanya Abu yang merasakan itu. Semuanya juga merasakan hal yang sama. Namun mereka memilih bungkam. Terutama Tito.

Hingga akhirnya, Lutfi mengatakan keresahannya. "Gue merinding." Dua kata itu diangguki oleh keempat temannya.

"Kek ada yang ngintai," ujar Andre menambahkan.

Beruntung ruang keluarga mempunyai pencahayaan cukup terang hingga rasa takut mereka bisa mereka atasi dengan adanya penerangan ini. Namun di ruang tamu, ruangan yang sama sebenarnya hanya saja dibatasi oleh sekat dari bambu, mempunyai pencahayaan yang cukup redup.

Dan entah kebetulan atau bukan, mereka memilih menunduk. Enggan menatap ke arah mana pun terutama pojok kanan. Terlebih Lutfi dan Andre yang pernah mengalami hal mengerikan itu. Mereka berdua bahkan mengingat jelas bagaimana rupa sosok wanita berambut panjang itu.

Tiba-tiba terdengar bunyi benda jatuh yang sepertinya berasal dari dapur. Sontak membuat mereka terkejut lantas menolehkan pandangan ke arah dapur. Tak ada orang di sana.

Abu memberanikan diri bangkit dari duduknya. Berjalan pelan ke arah dapur, mengabaikan larangan-larangan dari teman-temannya. Beruntung Tito juga bangkit, menyusulnya.

Ia memang tak mempercayai hal mistis seperti itu. Tak ada salahnya bukan, mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi hingga menyebabkan atmosfer mendadak menjadi seolah mencekam.

Keduanya menghela napas lega begitu melihat sebuah sendok teronggok di bawah meja makan. Abu ingat betul, sendok ini letaknya memang berada di pinggir meja. Mungkin terkena senggolan tikus hingga membuatnya jatuh.

Namun tiba-tiba, sebuah benda lain ikut jatuh, di tempat yang sama. Kali ini gelas plastik lah yang jatuh. Membuat ketiga teman Abu dan Tito, menyusul. Tapi anehnya, baik Abu maupun Tito tahu, gelas tadi berada tempat yang jauh dari sisi pinggir meja.

Pertanyaannya, siapa yang menjatuhkannya sedangkan posisi Tito maupun Abu sedikit jauh dari posisi gelas tadi. Keduanya saling memandang, seolah sama-sama mempertanyakan siapa dalang di balik jatuhnya gelas tadi.

Belum selesai akan keterkejutan mereka berdua, menyusul jatuhnya benda lain. Membuat mereka sama-sama saling berpandangan. Masalahnya yang jatuh adalah pisau yang jelas-jelas tersimpan rapi di tempat pisau.

Dengan wajah bingung dan pertanyaan yang sama, mereka menunjukkan raut herannya. Dan pertanyaannya.

Siapakah orang yang menjatuhkan benda-benda tadi?

Bersambung...

291218

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top