「⚘┇𝒄𝒉𝒂𝒑𝒕𝒆𝒓 𝟒𝟏┆𝒅𝒆𝒂𝒅 𝒐𝒓 𝒍𝒊𝒗𝒆」

✩。:*•.───── ❁ ❁ ─────.•*:。✩

𝒎𝒊 𝒄𝒂𝒔𝒂

✩。:*•.───── ❁ ❁ ─────.•*:。✩

Toji sudah mengira bahwa akan ada orang yang menghalangi perjalanan pulangnya. Tetapi ia terkejut karena bukan Gojou Satoru lah yang menghalanginya, tetapi sosok jangkung dengan setelan jas yang begitu familier dimatanya. Walau begitu, Toji tetap mempertahankan wajah datarnya, ia tahu bahwa lelaki ini akan datang mencarinya, tetapi ia tak menyangka bahwa akan secepat ini.

"Kau tampak tak terkejut, apa kau sudah menduga hal ini?" Ujarnya membuka kedua tangannya dengan lebar. Tak mendapatkan jawaban dari Toji. 

"Yah, Aku sendiri juga sudah menduga sih kau tidak akan menjalankan bisnis kita sesuai rencana" Lelaki itu tersenyum miring. Perkataannya kembali mengejutkan Toji. Bagaimana manusia sampah di hadapannya bisa menyadari rencananya?

"Kau melemah Toji, sangat mengecewakan. Apa menjadi seorang 'Ayah' membuatmu melunak?" dengan nada mengejeknya, sang lelaki memulai langkah menghampiri Toji, membuat Toji mau tak mau mulai mengeluarkan senjata terkutuk dari dalam tubuh cacingnya. 

Lelaki tersebut adalah lelaki yang merekrutnya untuk pekerjaan ini. 

"Aku tak akan membuat semuanya berjalan sesuai rencanamu begitu saja, jadi kuberikan kbar untukmu" Ia berujar tepat di wajah Toji sebelum kemudian ia membawa mulutnya ke samping daun telinga sebelah kanan Toji. 

"Karena kelalaianmu, aku harus turun tangan membunuh gadis itu. Sekarang mungkin ia sudah mati haha" Mendengar hal tersebut, Toi tak bisa menahan wajah datarnya. Matanya terbuka lebar akibat terkejut dan tubuhnya seketika mematung. Emosi berhasil menguasai diri secara perlahan. Tetapi tak ada yang bisa ia lakukan. 

"Sekarang saatnya menyingkirkan penipu sepertimu, Toji. " Senyum miring kembali di tunjukan. Detik berikutnya sekumpulan manusia berjas sudah berdiri mengelilingi Toji dengan senjata yang siap melukainya kapan pun itu. 

Sial, aku kalah jumlah.

Batin Toji. Toji memanglah kuat, tetapi ia menyadari kalau ia tak akan sanggup melawan manusia pengguna kutukan lebih dari 10 orang. Bagaimana pun dia tetaplah manusia biasa. Apalagi musuh yang ia hadapi adalah manusia dengan energi kutukan.

Sebuah pertandingan kembali berlangsung tanpa bisa ter idahkan. Baru beberapa menit saja Toji sudah kehabisan Nafas. Membuat beberapa serangan secara beruntun berhasil mengenai tubuhnya. Luka terbuka mengucurkan darah segar berwarna merah.

"Hah... Hah..." Suara nafas Toji yang terengah - engah. Sembari memegangi luka di tubuhnya ia mundur untuk mengambil nafas. Tetapi seolah tak memberinya jeda untuk istirahat barang sedetik pun, kini para musuh dengan berbarengan maju menuju arah Toji.

Toji menyerit dan tersenyum renyah. 'Sial, apakah akhirku harus menyedihkan lagi kali ini?' Batinnya. Kini Tubuhnya terlalu lelah untuk bergerak, jadi yang ia lakukan hanya mengambil ancang - ancang dengan pedang di tangannya.

Tanpa di sangkanya, sebuah serangan muncul melewati dirinya. Serangan itu berasal dari belakang tubuhnya. Serangan mendadak tersebut berhasil menghentikan aksi sang musuh dan sekarang arah mata mereka tertuju ke belakang tubuh Toji. 

Dapat terlihat oleh mata telanjang, sesosok lelaki jangkung berdiri tegap dengan tubuh yang berlumur darah. Ia sendiri tampak kebingungan ketika mendapati ternyata banyak manusia yang mengincar Toji. "Hah? apa ini?!" ujarnya berteriak lantang.

'sial'

Seolah harinya kurang sial, kini musuh sesungguhnya malah hadir di hadapan Toji. Gojou Satoru berdiri dengan seragam berdarah - darah. Walau Toji sudah mengetahui hal seperti ini akan terjadi, tetapi kali ini entah mengapa waktunya sangat tidak tepat. Meleset jauh dari perkiraannya.

"Siapa kamu?!" Teriak lelaki berjas yang menjadi klien Toji sebelumnya. 

"Hah?! Harusnya aku yang tanya siapa kalian? Apa kalian orang - orangan paman tua ini?" Satoru menunjuk Toji.

"Bukan, kami musuhnya" 

"Hah, kalau begitu kalian cocok menjadi pemanasanku sebelum aku menyerang paman tua sialan ini!" Detik berikutnya Gojou Satoru maju dengan serangan yang membabi buta sekelompok manusia berjas di hadapannya tersebut. Mengambil kesempatan dalam kesempitan, Toji memilih mundur beberapa langkah dan duduk di tepian guna mengistirahatkan tubuhnya yang terasa nyeri sekali terutama bagian luka luka.

Setelah 10 menit berlalu, Gojou Satoru berhasil mengatasi sekelompok manusia berjas itu. Kemudian ia berjalan menuju tubuh Toji terduduk. "Apa kau akan membunuhku sekarang?" tanya Toji. Tanpa ia lirik sekalipun, ia bisa merasakan tatapan mengintimidasi dari bola mata Satoru.

"Sebelum kau membunuhku, aku ada satu permintaan. Entah kau mau mendengarnya atau tidak. Tapi, aku berharap banyak padamu" ujar Toji. 

"Kenapa? kenapa aku harus mendengar permintaanmu?" Tanya Satoru setelah keheningan melanda keduanya.

Toji mendengus mendengar pertanyaan Satoru. "Entahlah, aku juga tak mengerti" .

Toji melanjutkan perkataannya setelah tak mendapat jawaban dari Satoru. "Aku memiliki seorang anak lelaki dengan darah Zen'in. Dia akan dijual ke keluarga itu, aku harap kau bisa membimbingnya".

"Oji-san!" Suara Getou Suguru tiba - tiba terdengar. Ia menghampiri Toji dan terkejut melihat kehadiran Gojou. Ia berlari dengan menggendong mayat Riko di atas bahunya. 

"Ah? kenapa kau terluka parah seperti ini? siapa orang - orang itu?" Tanya Suguru mencurahkan segala rasa penasarannya. 

"Apa gadis itu mati?" Tanya Toji Lirih. Tanpa perlu mendengar jawaban dari mulut Suguru, Toji sudah mengetahui jawabannya dari air muka yang Suguru tampilkan. Ia kemudian mendengus sekali lagi. Apa artinya ia melindungi gadis itu kalau ujung - ujungnya tetap mati juga?

"Ah, menyesakkan sekali hidup ini. Padahal sebentar lagi aku akan memiliki bayi mungil lagi bersama dengan [Name]" Toji mendongakkan kepalanya. ketika memejamkan matanya, sebulir air turun dari matanya. Ya, Toji menangis di depan dua anak siswa. Sangat memalukan.

"[Name], apa kau akan baik - baik saja?"

Selain Toji yang tengah mempertaruhkan hidup dan mati, Di sisi lain juga [Name] tengah berteriak kesakitan. Ia terbaring di atas ranjang dan di dorong oleh beberapa perawat di lorong rumah sakit. Sekujur tubuhnya terasa sangat sakit sehingga bulir bulir air keringat membasahi tubuh [Name].

Memasuki ruang persalinan, kini [Name] di tangani oleh seorang dokter kandungan. "Ayo bu, dorong lagi" Teriak sang dokter. Detik berikutnya erangan menyahut dari mulut [Name]. Tangannya menggenggam erat besi samping ranjang persalinannya hingga jari - jarinya terlihat pucat.

Persalinan [Name] tampaknya meleset seminggu lebih cepat dari HPL (hari perkiraan lahiran) -Nya. Siang ini [Name] di temukan tengah berlutut menahan sakit dengan tangannya memegang perut bagian bawah dan rak tempat menyimpan roti di tokonya oleh Tsumiki.

Melihat tersebut, dengan segera Tsumiki berlari dan dengan panik meminta bantuan tetangga sebelah rumahnya. Dan Akhirnya, tetangga mereka membantu [Name] dan memanggil ambulans.

Setelah menjalani perjalanan panjang dan sakitnya melahirkan seorang buah hati, kini bayi [Name] dan Toji berhasil keluar dengan selamat. Bayi berjenis kelamin laki - laki itu tampak sangat sehat. Sang Dokter membawa bayi tersebut ke samping [Name] sehingga [Name] bisa melihat buah hatinya.

"Bayi laki - laki yang sehat bu, selamat" Ujar sang dokter. Mata [Name] yang menangkap tubuh mungil bayinya tersenyum bahagia. Hatinya merasa tenang sekali.

"Kamu mirip sekali dengan ayahmu, nak" ujar [Name] dengan suara lirih. Ia kehabisan tenaga setelah melewati waktu panjang melahirkan seorang bayi. [Name] sedikit tidak menyangka bahwa bayi mungil di hadapannya adalah bayi yang keluar dari rahimnya sendiri.

"Semoga hidupmu bahagia selalu, nak. Kau memiliki dua orang kakak yang baik hati dan ayah yang sangat hebat" 

"Bu?!" Suara dokter tampak terdengar panik. Perlahan tubuh [Name] melemas, genggaman tangannya yang semula menggenggam tangan mungil sang bayi terlepas dan manik milik [Name] mulai tertutup.


✩。:*•.───── ❁ ❁ ─────.•*:。✩

𝒕𝒉𝒆 𝒆𝒏𝒅

✩。:*•.───── ❁ ❁ ─────.•*:。✩

【 27 Agustus 2022】

Akhirnya selesai haha.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top