「⚘┇𝒄𝒉𝒂𝒑𝒕𝒆𝒓 𝟑𝟗┆𝒃𝒂𝒕𝒕𝒍𝒆𝒇𝒊𝒆𝒍𝒅」

✩。:*•.───── ❁ ❁ ─────.•*:。✩

𝒎𝒊 𝒄𝒂𝒔𝒂

✩。:*•.───── ❁ ❁ ─────.•*:。✩

【  𝐦𝐚𝐧𝐠𝐚 𝐬𝐩𝐨𝐢𝐥𝐞𝐫 𝐚𝐥𝐞𝐫𝐭!!! 】 

Dan pada akhirnya di sinilah Toji berada. Sudah lama sekali rasanya ia tak mengunjungi tempat dimana ia biasa mempertaruhkan segala yang ia miliki dahulu kala. Duduk di bench penonton sembari terjatuh dalam lamunannya. Kali ini pertandingan pacuan kuda tak lagi mengalihkan atensinya. Yang pikirkan adalah bagaimana caranya agar a berhasil menjalankan misi tanpa membunuh dirinya sendiri.

Kini ia memiliki alasan kuat untuk tetap berpijak di dunia ini. Matanya terpejam dengan bibir yang mengembangkan sebuah senyuman, kala pikirannya kembali mengingat ada [Name] yang sedang menunggunya pulang ke rumah. Ah, baru beberapa jam berlalu rasanya diri ini sudah sangat merindukan hadir sang istri.

"Akun mencari - cari mu. Apa yang kau lakukan disini?" Seorang pria dengan setelan jas yang rapih datang menghampiri kursi Toji. Seketika senyum di wajah Toji pun menghilang. "Cari uang" jawabnya singkat dengan nada casual seperti dirinya. "Sebelumnya kau tak pernah menang" ujar lelaki itu. Mendengar itu Toji mendengus kecil. Ia bahkan sudah tidak tertarik lagi.

"Bagaimana pekerjaanmu?" Sambung sang lelaki selang beberapa detik. "Kau menyebalkan sekali, memperlakukanku seperti pengangguran. " Balas Toji dengan wajah datarnya. "Yah kau memang pengangguran. Sebagai mediator, aku harus memberi laporan kepada klien" Ujar lelaki yang menyebut dirinya sendiri sebagai mediator.

Hening seketika melanda keduanya. Toji kemabli jatuh dalam pikirannya sendiri. Kini memori lama diputar seperti film usang, Toji dapat melihatnya secara detail runtutan kejadian yang menjadi kejadian ia harus bertemu dengan ajalnya. "Aku menggunakan para idiot ini untuk melemahkannya dulu. Kita butuh rencana yang matang. Apalagi anak dari keluarga Gojou itu terlibat". Ujar Toji

"Pembunuh penyihir" Nama lama yang tak ingin lagi Toji dengar, keluar dari mulut sang mediator. Membuatnya tanpa sadar menggeram ketika mendengarnya. "Aku mengandalkanmu" ujarnya lagi selang beberapa detik selanjutnya.

"oh iya, bagaimana kabar Megumi?" Ujar sang mediator sembari membangkitkan diri dari duduknya. Dengan tatapan meremehkan yang ia lemparkan ke arah Toji, seolah - olah mengejek. Toji akui, kalimat itu berhasil memancing emosinya, tetapi ia tetap tenang. "Baik, terimakasih sudah bertanya walau itu tak penting untukmu" Ujarnya Toji kemudian menampilkan senyum liciknya. 

"Apa kau lupa? jika tak bisa menyelesaikan misi ini, kau harus mengucapkan selamat tinggal kepada keluarag kecilmu itu?" Sang mediator kembali memanci emosi Toji. Mendengar keluarga kecilnya tengah menjadi sandera membuat Toji tak bisa tinggal diam. Kali ini, ia bangkit dari duduknya dan berdiri menghadap sang mediator. Mengeluarkan aura negatif seolah menantang sang mediator.

"Jangan pernah menyentuh keluargaku, baik satu jari pun. Atau kau yang akan mengucapkan selamat tinggal pada dunia" Ancam Toji, berhasil membua sang mediator sedikit takut. "Baik - baik, maka dari itu lakukan tugas mu dengan baik." Ujar Sang mediator kemudian berbalik badan dan mulai melangkah menjauhi Toji sembari melambaikan tangannya sebagai tanda 'Sampai jumpa'. 

Kini Toji berdiri di salah satu dahan pohon, dengan matanya yang mengarah langsung kepad 4 orang manusia dengan energi kutukan, yang salah satunya adalah Gojou Satoru. 'Aku harus tetap menusuk anak itu, agar ia bisa berkembang menjadi lebih kuat seperti dahulu. Kemudian bunuh wanita itu lalu kabur' Ujar Toji bergumam dalam hatinya. Terdengar sebuah rencana yang mudah, tetapi ini adalah rencana yang bisa menghilangkan nyawanya.

Sesuai rencana, langkah pertama yang ia lakukan adalah mendekati manusia itu. Berkat tubuhnya yang tak memancarkan energi jujutsu membuatnya lebih mudah mendekat tanpa ketahuan. Ia kemudian menghunuskan pedang yang sudah dilapisi oleh kekuatan kutukan. Tepat di dadanya yang bisa berakibat fatal bagi manusia biasa.

Kehadiran Toji diantar empat orang itu tentu saja menjadi kejutan. Bagaimana bisa Toji tak terdeteksi oleh mereka? aura mencekam menyelimuti suasana ini. Toji berhasil menusuk Gojou Satoru di dalam perisai SMA Jujutsu.

"Apakah, aku mengenalmu?" Tanya Satoru dalam keadaannya yang bisa dibilang hampir sekarat itu. "Sudahlah, aku juga tak pandai mengingat nama orang".

Sementara itu, [Name] yang tengah menyiapkan beberapa roti untuk di jual di toko kecil miliknya merasakan hatinya sedikit berdenyut secara tiba tiba terpaksa harus menghentikan kegiatannya untuk sementara. Sudah hampir seminggu sejak Toji pergi meninggalkan rumah, [Name] harap suami baik - baik saja diluar sana. 

Bagi [Name], kini rumah sedikit terasa sepi tanpa kehadiran sang suami. Terlebih anak - anaknya terus menanyakan dimana ayahnya berada atau kapan ayahnya akan kembali kerumah. Walau dilanda kekhawatiran yang dahsyat, tetapi [Name] harus tetap terlihat tenang di hadapna anak - anaknya, menuntun mereka agar tetap percaya bahwa ayah mereka pasti akan kembali ke rumah bersama mereka.

"shh.." Suara ringisan keluar dari mulut [Name], tatkala dirinya merasakan nyeri menjalar di daerah perut bawahnya. Sudah dua hari [Name] terus merasakan nyeri. Ia mengira ini adalah kontraksi palsu karena ia pikir hari perkiraan lahir sang bayi masih beberapa haris lagi. Tapi kali ini ia tak merasa bahwa ini adalah kontraksi palsu. Lama kelamaan, sakitnya itu semakin menjadi membuat nafasnya mulai tersenggal - senggal. 

Ia terjatuh hingga terduduk di lantai yang dingin sembari terus meringis dengan tangan yang memegangi perutnya yang tengah hamil tua itu. 

"tadaima, Mama" Suara Pintu terbuka di sertai teriakan Tsumiki dan Megumi dari dalam rumah tak terdengar oleh [Name]. Ia masih sibuk menahan rasa sakit dalam perutnya. "Mama!" sekali lagi Tsumiki berteriak memanggil sang ibu yang tak memberikan respon. Kaki mungil Tsumiki terus berjalan menyusuri setiap ruangan di rumahnya guna mencari eksistensi sang ibu. 

"MAMA!" Tsumiki berteriak tatkala matanya menangkap ibunya sudah duduk bersimbah cairan yang [Name] yakini adalah air ketubannya. "Megumi cepat minta tolong ke Bibi, mama -Hiks" Ujar Tsumiki kepada sang adik. Megumi melihat ibunya yang sudah bersimbuh pun segera menuruti perkataan sang kakak.

Tsumiki sendiri mengahmpiri sang ibu yang sudah berkeringat dingin. Ia berusaha menenangkan sang ibu walau dirinya sendiri juga gemetar ketakukan. Tak lama, Megumi datang bersama beberapa warga yang datang untuk membantu [Name]. Akhirnya [Name] di bopong menuju ambulance yang sebelumnya sudah di panggil oleh salah seorang tetangganya.

Kini [Name] dan Toji tengah sama - sama memperjuangkan hidup mereka masing - masing. [Name] berjuang untuk melahirkan buah hati mereka tanpa dampingan Toji di sisinya. 

Sedangkan Toji...

✩。:•.───── ❁ ❁ ─────.•:。✩

𝒕𝒐 𝒃𝒆 𝒄𝒐𝒏𝒕𝒊𝒏𝒖𝒆𝒅

✩。:•.───── ❁ ❁ ─────.•:。✩

24 mei 2022

👀👀

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top