「⚘┇𝒄𝒉𝒂𝒑𝒕𝒆𝒓 𝟎𝟓┆ 𝑴𝒆𝒏𝒚𝒂𝒅𝒂𝒓𝒊」
✩。:•.───── ❁ ❁ ─────.•:。✩
𝒎𝒊 𝒄𝒂𝒔𝒂
✩。:•.───── ❁ ❁ ─────.•:。✩
Keluarga kecil [Name] sekarang sedang menghabiskan sarapan bersama. Sepeti biasa, [Name] sarapan sembari menyuapi Megumi yang lagi senang mengoceh. Kini [Name] terbantu karena ada Toji yang membantu mengelap Tsumiki.
Tetapi, ada yang aneh dari [Name].
Toji menyadari itu. Semenjak [Name] pulang ke rumah kemarin, [Name] sedikit lebih diam dari biasanya. Ia ingin bertanya, tetapi dia tidak mau di dengar oleh kedua anak mereka.
Hingga akhirnya, sarapan mereka berakhir.
[Name] memilih memanggang Roti untuk tokonya. Sedangkan Toji menjaga Megumi dan Tsumiki di ruang tv. Toko [Name] buka pada jam 9 pagi, dan sekarang masih jam 8.
Beberapa roti sudah siap untuk di jual di tokonya. [Name] hanya memanggang roti untuk cadangan atau camilan ketika ia minum teh bersama Toji. Toko roti milik [Name] memang tidak terlalu besar, tetapi kualitas dan harganya cukup terjangkau, juga cukup banyak pilihan menu dan tidak lupa dengan rasanya yang nomor satu.
Toko rotinya banyak di kunjungi oleh para pelajar atau beberapa ibu - ibu dan mahasiswa di sekitarnya.
[Name] adalah salah satu toko dengan pelayanan terbaik menurut pelanggan. Penghasilan yang ia dapat dari memanggang roti cukup untuk keperluan mereka sehari - hari. Terkadang [Name] juga menyisihkan uangnya untuk di tabung.
Hari ini, rotinya habis dengan cepat, alias toko rotinya ramai dikunjungi pelanggan. [Name] selalu bersyukur di setiap harinya.
Tak terasa, malam sudah menyapa. Mentari berganti dengan Bulan dan langit biru berganti dengan gelapnya malam dan taburan bintang yang indah.
[Name] telah menutup tokonya. Ia mersihkan sedikit Tokonya, kemudian lanjut memandikan Tsumiki dan megumi dan tak lupa dengan Toj- ekhm, maksudnya dirinya.
[Name] menyajikan makan malam yang sangat lezat. Bahkan Toji dan Tsumiki meminta tambah. Dan Megumi pun terlihat senang sekali memakan mpasi buatan ibunya.
Pukul 9 malam, kedua anaknya telah terlelap di kamarnya. [Name] terduduk di sofa dengan kepala yang menyender kepala sofa dan menutup matanya, merasakan kelelahan di sekujur tubuhnya.
"[Name]"
Suara Toji mengintrupsi [Name], ia segera membuka mata dan menatap Toji yang terduduk di sampingnya. "Ada apa?" tanya nya dengan raut wajah yang ia usahakan agar tak terlihat kelelahan.
"Apa yang kau sembunyikan dariku?"
Ucapan Toji membuat [Name] tertegun. Apakah ia terlihat seperti menyembunyikan sesuatu bagi Toji?
"ti- tidak ada kok. Aku baik - baik saja" Ujar [Name] masih memaksakan senyum manis di wajahnya. Sedangkan Toji menatap wajah [Name] dengan tatapan datar khas miliknya.
"Jangan berbohong."
Kini nada suara Toji berubah lebih tegas dari sebelumnya. Membuat muka [Name] tertunduk, enggan menatap bola mata Toji. "Kau kemarin habis dari mana?" tanya Toji sekali lagi, dan [Name] tidak menghiraukannya.
"Aku bertanya [Name]"
"rumah teman" Suara [Name] terdengar sangat pelan, bahkan hampir tak terdengar oleh Toji.
"Bernarkah?"
[Name] mengangguk menyetujui ucapan Toji, tetapi Toji tahu [Name] berbohong. Ada sesuatu yang aneh dengan [Name].
"hah.. tatap mataku, kau sedang berbicara denganku kan?"
Dengan tekad yang telah ia kumpulkan, [Name] mengangkat wajahnya dan menatap mata Toji. Tangan Toji terulur untuk mengusap surai hitam mengkilap milik [Name]. Sentuhan lembut Toji membuat mata [Name] berair. Sudah lama tidak ada yang memperhatikannya.
"Ceritalah, itu akan sedikit meringankan mu"
"Kemarin aku datang ke makan orang tua ku"
[Name] memulai ceritanya tentang hari buruk yang ia lalui. [Name] adalah satu - satunya penerus dari keluarga Fushiguro. Orang tuanya telah tiada di kecelakaan mobil.
Sejak kecil ia di urus oleh keluarga bibi dari ayahnya. Awalnya bibi [Name] memperlakukan [Name] dengan baik. Ia di beri kasih sayang selayaknya anak kandung.
Sampai umur [Name] menginjak 20 Tahun, bibinya menjodohkannya dengan seorang lelaki kayak yang tak lain adalah ayah Tsumiki. Suami terdahulunya pun menyayangi [Name] selayaknya seorang suami menyayangi istrinya.
[Name] pikir hidupnya sudah bahagia, nyatanya tidak. Setelah melahirkan Tsumiki, Suaminya meninggalkan [Name] dan memilih pergi dengan wanita lain.
Ia juga menemukan fakta bahwa bibinya menjodohkan [Name] agar bisa melepas tanggung jawabnya terhadap [Name]. Bagi bibinya, [Name] hanya lah sebuah beban yang tak seharusnya ia tanggung.
Semua kenyataan pahit menghantamnya seiring berjalannya waktu.
"Aku, aku kemudian bertemu dengan bibi ku. Ia mengatakan kepada ku bahwa selama ini, aku hanyalah beban bagi keluarganya. Bibi bahkan bilang, aku adalah anak tak berguna yang ingin buang sejak dulu"
Saking sakit hatinya, Air mata nya tak dapat lagi di bendung. Ia menutup mulutnya untuk meredakan isak tangis agar tidak membangunkan Tsumiki dan Megumi. Toji dari tadi setia mendengar cerita [Name].
Ia menarik [Name] kedalam dekapannya. Dan membiarkan [Name] menangis di dada bidangnya.
Pertama kali baginya melihat [Name] menangis. Di kehidupannya yang dulu juga, ia tak pernah melihat [Name] menangis, [Name] akan selalu tersenyum menyambut Toji. [Name] bahkan dengan senang hati mau merawat Megumi, anak yang bukan lahir dari rahimnya sendiri.
Toji sedikit menyesal karena berlaku acuh kepada wanita dalam dekapannya. Untung Toji di beri kesempatan untuk memperbaiki kesalahan yang ia perbuat dulu. Kini ia berjanji pada dirinya bahwa ia akan melindungi keluarga kecilnya.
Suara isak [name] terhenti. Toji melepas pelukkannya dan menatap mata [Name] dalam dalam. "Kamu bukan lah beban, kamu adalah penyelamatku, kamu adalah ibu dari anakku" [Name] kembali di buat menangis oleh kalimat yang di lontarkan Toji.
Kini hatinya sudah tidak sesakit dulu, ia berhasil menumpahkan segala keluh kesanya di dalam dekapan Toji.
Toji memotong jarak diantara keduanya. Bibirnya bersatu dengan bibir milik [Name]. Istrinya pun tidak memberontak. Ia membalas setiap kecupan Toji di bibir mungilnya. Adegan saling menyesap mereka berlanjut semakin memanas.
Toji bahkan memaksa [Name] untuk berbaring di atas sofa tanpa melepas tautan mereka. [name] mengalungkan tangannya ke leher Toji dan mengusap pelan rambut milik Toji.
"Mama?"
Suara Tsumiki mengintrupsi kegiatan mereka. Dengan segera, [name] mendorong dada bidang suaminya hingga Toji terjatuh dari atas Sofa ke lantai.
"Akh!"
Ringis Toji yang terjatuh. "A-ada apa tsumiki?" ujar [Name] gelagapan karena ketahuan sedang melakukan kegiatan yang iya - iya oleh anaknya.
"aku mau minum"
"baiklah, ayo ambil minum"
'ah, padahal tadi timmingnya sedang bagus, sial!' - Toji.
✩。:•.───── ❁ ❁ ─────.•:。✩
𝒕𝒐 𝒃𝒆 𝒄𝒐𝒏𝒕𝒊𝒏𝒖𝒆𝒅
✩。:•.───── ❁ ❁ ─────.•:。✩
【 3 februari 2021 】
wkwk ngetik apasi aing, nga tau deh. Chap sebelumnya juga gaje bng makannya double update gini T.T. Jangan lupa pencet bintangnya ya;)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top