29. Hadapi Saja
- ■ -
Suasananya hening seperti biasa. Tak peduli apakah itu makan pagi, makan siang maupun makan malam, suasana yang terlahir di antara mereka berdua, selalu sama. Tapi umumnya, keheningan yang ada terasa nyaman. Membuat Stephanie maupun Patrick merasa tenang dan aman.
Kecuali hari ini.
Acara makan malam mereka malam ini terasa berbeda. Bukan karena mereka sedang terlibat cekcok satu sama lain seperti dulu. Melainkan karena Stephanie sendiri, yang gelisah dengan pemikirannya sendiri.
Mata cokelat ambernya lurus memandang Patrick yang duduk di seberangnya. Meski terhalangi oleh layar laptopnya, Stephanie masih dapat memandang pria jangkung itu sepenuhnya.
"Kenapa Anda lakukan itu?"
Akhirnya, setelah merasa kesal dengan dirinya sendiri, Stephanie memberanikan diri untuk mempertanyakan hal yang sudah menghantuinya sejak dua atau tiga hari yang lalu.
Patrick yang hendak menyuapkan dirinya dengan sepotong kecil sirloin, seketika terhenti di tengah jalan. Mulutnya yang sudah terbuka, kembali menutup. Mata heterokromatik itu, memandang heran sosok di hadapannya.
"Melakukan apa?" tanya Patrick dengan polos.
"Hal yang Anda lakukan di dalam mobil tempo hari yang lalu!" jawab Stephanie dengan nada agak menyentak.
Patrick mengerutkan kening. Jelas terlihat berpikir keras terkait ucapan Stephanie.
"That kiss!" Dengan perasaan malu, Stephanie akhirnya mengutarakan inti dari pertanyaannya. "Apa maksud Anda mencium saya waktu itu?!"
Oh.
"Kau ... tidak suka?" balas Patrick bertanya dengan nada dan tampang polosnya. Seolah, apa yang dilakukannya tempo hari lalu adalah hal lumrah.
"Apa-apaan pertanyaan Anda itu?!" sentak Stephanie menggebrak meja yang ada di hadapan mereka.
"Kenapa pula kau harus marah?" balas Patrick masih dengan ekspresi dan nada yang sama. "Hal semacam itu adalah sesuatu yang umum atau lumrah di negeri ini. Kau saja yang berlebihan,"
"Saya tidak berlebihan," elak Stephanie dengan wajah cemberut. Yang alhasil, ia mendapat putaran mata dari Patrick.
"Intinya, aku menciummu bukan karena alasan khsus seperti cinta atau senenisnya," ujar Patrick melanjutnya. "Aku hanya ingin berterima kasih. Itu saja."
- ■ -
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top