23. Tawa Pertama Mereka
— ■ —
"Sungguh? Maksud Anda bersenang-senang adalah ini?" tanya Stephanie menunjuk ke arah televisi yang ada di ruang tengah.
Usai mereka selesai dengan sarapan mereka--yang jelas sarapan tersebut adalah buatan Stephanie--Patrick mengajak Stephanie menuju ruang tengah. Ia mengatakan ingin mengajak sang wanita bersenang-senang. Dan Stephanie pikir, cara itu adalah meladeni Stephanie dalam permainan yang disukainya.
Namun nyatanya, cara yang dipilih Patrick sangatlah sederhana.
"Memang apa salahnya?" balas Patrick dengan enteng, dan membawa tumpukan kaset video miliknya. "Kau suka film, 'kan?"
Stephanie terdiam.
"Ya, lumayan," jawab Stephanie mengangguk.
"Great! Sekarang, pilihlah film yang kau ingin tonton!" ujar Patrick meletakkan tujuh tumpukan kaset video yang dibawanya, di samping tempat Stephanie duduk.
Wanita berambut honey blonde tersebut memandangi tumpukan tak beraturan kaset video di sampingnya. Akhirnya, satu demi satu ia raih. Membolak-baliknya untuk menilai tampilannya, lalu sinopsis ceritanya.
Dan finalnya, sebuah pilihan telah ditetapkan.
"The Fate?" tanya Patrick sembari menerima kaset yang dipilih Stephanie. Tentu ia sudah menonton seri ini.
"Nama dari salah satu tokohnya mirip dengan rekan saya," ujar Stephanie jujur.
"Yang mana? Stephen? Siren?" tanya Patrick terdengar penasaran dan tak sabar.
"Siren," jawab Stephanie singkat.
"Wow. Kebetulan yang luar biasa," puji Patrick terdengar tidak ikhlas. "Baiklah jika kau ingin menonton ini."
Patrick berbalik. Berjalan mendekati DVD Player-nya, dan memasukan kaset video yang telah dipilih Stephanie. Begitu film tersebut mulai diputar, Patrick segera meraih remote televisinya. Membawa benda itu bersamanya, dan duduk di samping Stephanie.
"Kau akan mengisi suara ratu itu," ujar Patrick sembari mengecilkan volume suara televisinya hingga habis.
Ucapan Patrick membuat Stephanie terpaku, dan menoleh kepada Patrick.
"Maaf, apa?" tanyanya bingung.
"Kau tahu dubbing, 'kan?" balas Patrick bertanya balik. Yang langsung dibalas Stephanie dengan anggukan. "Nah, itulah yang akan kita lakukan untuk bersenang-senang,"
"Ini hanya kegiatan mengisi suara tokoh. Darimananya ini akan jadi hal yang menyenangkan?"
"Itulah yang tak kau pahami. Terkadang, aku dan Johnny melakukan hal seperti ini saat sedang merasa bosan."
Stephanie menutar bola matanya. Tak habis pikir dengan ide konyol yang diberikan Patrick.
Tapi pada akhirnya, Stephanie pun melakukan kegiatan dubbing tersebut.
Film berjudul The Fate ini mengisahkan tentang seorang ratu dari suatu kerajaan, yang mengikat sebuah kontrak dengan seekor naga sakti, demi mendapatkan kedamaian di kerajaannya. Namun siapa sangka? Naga yang mengikat kontrak dengan sang ratu, ternyata adalah seorang penyihir hebat dari sebuah desa sihir.
"Kau punya anak buah yang unik," ujar Patrick mengisi suara dari penyihir--sekaligus naga--laki-laki bernama Stephen.
"Terlalu unik hingga aku merasa lelah sendiri mengurusnya," sahut Stephanie mengisi suara dari sang Ratu.
Kegiatan sederhana itu terus berjalan dengan lancar. Terkadang, salah satu dari mereka tertawa karena melihat adegan yang menurutnya lucu. Namun finalnya, keduanya tak bisa menahan tawa mereka ketika menyadari--akhirnya--bahwa apa yang mereka lakukan sungguh sebuah kebodohan.
Kenapa? Karena jelas, film yang mereka tonton sudah memiliki suara dan dialog. Tak perlu mereka repot-repot mengisinya.
"Well ... saya akui, ini memang menyenangkan," komentar Stephanie usai menghentikan tawanya. "Dan juga konyol,"
"Aku sudah bilang, 'kan?" balas Patrick masih terkekeh. Sebelum kembali ia fokus pada film yang ada.
Stephanie memandang Patrick dalam diam. Matanya menatap manik biru kehijauan yang terkadang terasa memikat itu. Dan terkadang juga--atau hanya perasaan Stephanie saja--berubah menjadi biru menyala, ataupun biru kelabu.
"Terima kasih," sebut Stephanie tiba-tiba dengan jelas. Yang tentu saja, itu langsung membuat Patrick menoleh ke arahnya.
"Tentang?" balas Patrick dengan pertanyaan sederhana.
"Sudah menghargai saya lebih dari sekedang partner sewaan," sahut Stephanie tersenyum tipis. "Jujur, ini kali pertamanya saya diperlakukan demikian oleh partner saya. Selama ini, saya hanya bekerja sebagai partner sewaan. Menjalani apa yang harus dilakukan, tanpa memedulikan apapun yang tak berhubungan dengan pekerjaan.
Anda adalah orang pertama yang memerlakukan saya dengan cara berbeda. Memanusiakan saya, seolah saya bukan hanya orang yang dibayar untuk bersama Anda. Dan ini kali pertamanya saya tertawa lepas dengan partner saya,"
Patrick serasa kehilangan kata-kata saat mendengar segala penuturan Stephanie. Benarkah wanita itu menganggap dirinya sedemikian tingginya?
"Kau ... berlebihan," celetuk Patrick.
"Terserah Anda ingin menganggap saya berlebihan atau semacamnya," tutur Stephanie masih memertahankan senyumnya. "Tapi saya akan tetap pada pendirian saya. Anda memang partner terburuk, tapi disisi lain Anda juga menjadi yang terbaik . Thank you, Patrick."
Untuk kali pertamanya, seorang Stephanie Willkerson berani menyebutkan nama depan partner-nya tanpa embel-embel kehormatan.
— ■ —
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top