22. Sekarang, Ayo Bersenang-Senang
— ■ —
Stephanie menguap lebar sembari melangkah keluar dari kamarnya. Hari sudah berganti lagi, dan ketika mereka memilih untuk menutup atau menyudahi masalah tempo hari, rasanya suasana berubah sepenuhnya. Meski sunyi, kesunyiannya terasa nyaman.
"Pagi," sapa seseorang saat Stephanie tiba di area ruang makan.
Stephanie refleks menjerit akan suara tersebut. Memandang terkejut sosok Patrick yang sudah bangun lebih dulu darinya.
"Mr.Patrick ...," sebut Stephanie mengembuskan napas lega. Entah atas dasar apa ia merasakan itu. "Tidak biasanya melihat Anda lebih dulu ketimbang saya. Ada angin apakah ini?"
Patrick memutar bola matanya dramatis ketika mendengar komentar Patrick. Sejenak, ia hendak menyesap minumannya. Sebelum gerakan tangannya harus terhenti di tengah jalan karena Stephanie menahan tangannya tiba-tiba.
"Apa ... yang Anda minum?" tanya Stephanie menatap serius.
Tentu itu patut ia pertanyakan. Karena biasanya, selalu Stephanie yang terbangun lebih dulu. Menyiapkan sarapan sekaligus minuman pagi untuknya dan Patrick. Jadi, jika Patrick sudah membuat sesuatu untuk dirinya sendiri tanpa sepengetahuan Stephanie, ia wajib curiga.
Stephanie sudah bekerja sejauh ini.
"Kau ini memang hobi berprasangka buruk terhadapku ya," ujar Patrick memandang Stephanie yang menjulang di hadapannya. Perbedaan tinggi karena posisi mereka yang berbeda.
"Saya tidak berprasangka buruk terhadap Anda," sanggah Stephanie. Tangannya masih menahan tangan Patrick. "Ini hanya sebuah tindakan pencegahan kecil. Anda sudah berusaha sejauh ini, jadi takkan saya biarkan Anda menghancurkan usaha Anda sendiri untuk berubah,"
Patrick terdiam memandang Stephanie tak percaya. Ucapan barusan sesungguhnya hanyalah kalimat sederhana. Tapi terasa sangat berarti bagi Patrick.
Benarkah ia sudah berusaha sejauh itu?
"Ini hanya teh biasa," jelas Patrick akhirnya mengakui, "with a little honey,"
Stephanie menyipitkan mata. Tak memercayai ucapan Patrick begitu saja.
"Kalau kau tak percaya, coba saja sendiri," saran Patrick, "kau paham, 'kan bagaimana rasanya teh biasa dengan teh yang dicampur heroin,"
Stephanie ganti memandang cangkir berisi teh panas milik Patrick. Perlahan, wanita itu melepaskan tangannya dari Patrick untuk ganti meraih cangkir yang berada dalam genggaman sang pria.
Wanita Metanoia itu memandangi cairan cokelat cerah tersebut. Memandang pantulan dirinya yang tampak hitam di sana. Perlahan ia mendekatkan hidungnya ke pinggir cangkit tersebut, dan mengendus isinya beberapa kali.
"Teh ... dan madu," sebut Stephanie menjauhkan cangkir itu dari jarak penciumannya, dan meletakkannya kembali ke meja. "Hanya itu saja,"
"Aku tak bohong, 'kan?" sahut Patrick terdengar sombong.
Stephanie hanya membalasnya dengan dengusan kesal. Tak terima dirinya berhasil dikalahkan, hingga membuatnya nyaris speechless.
"Ngomong-ngomong," tambah Patrick lagi bertepuk tangan sekali untuk meminta perhatian Stephanie, hanga berfokus padanya. "Apa jadwalmu hari ini?"
Stephanie mengangkat sebelah alisnya.
"Um ... tidak ada," jawab Stephanie menggeleng, "hanya melanjutkan laporan dan mengawasi tindak tunduk Anda,"
"Great! Then, let's having fun!" ajak Patrick dengan semangat. Yang detik itu juga, ajakan tersebut sukses membuat Stephanie merasa seperti orang bodoh.
"Pardon?" balas Stephanie dengan wajah bodoh.
— ■ —
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top