15. Ini Tentangnya

— ■ —

"Aku ... tak pernah menganggap Ayahku sebagai seorang ayah," jelas Patrick kini telah berpindah duduk di samping Stephanie. Bersandar pada benda yang sama, di atas lantai yang sama pula. "Aku hanya menganggap orangtuaku hanyalah Ibuku seorang,"

Stephanie memandang Patrick dengan tatapan aneh. Sendu tidak, iba juga tidak. Datar pun juga tidak.

"Kenapa?" tanya Stephanie memberanikan diri. Ia paham, ketika ia telah mempertanyakan itu, maka itu berarti ia telah melewati batas semestinya.

"Apa kau pernah membayangkan, orangtuamu melakukan ...," Patrick terhenti. Rasanya masih berat mengatakan bagian itu. "Melakukan ... pe ... pe ...,"

Stephanie tampak sabar menanti ucapan Patrick yang terbata-bata. Apa yang ingin dikatakannya? Seburuk apa sosok ayahnya yang bahkan tak ingin ia anggap sebagai seorang ayah, bahkan hingga membuat Patrick tak memiliki keberanian untuk mengatakan kebenarannya.

Apakah lebih buruk dari pemilik panti asuhan tempat Stephanie berasal?

"Tidak apa," Merasa bahwa itu bagian yang amat sangat berat, Stephanie memilih untuk melewatkannya. Walau ia tahu, jika melewatkan bagian tersebut, maka masih akan tersisa masalahnya. "Saya akan menanti dengan—"

"Tidak!" Patrick menyela cepat. Menoleh ke arah Stephanie, dan menatap manik cokelat amber itu lurus. "Aku ... aku ingin mengatakannya sekarang. Karena rasanya itu memang diperlukan jika ingin hubungan partner ini terus berlanjut,"

"Mr.Mel—"

"Hanya Melrose, atau Patrick saja," potong Patrick lagi, yang kali ini membuat Stephanie mengangkat kedua alisnya. "Panggil aku tanpa embel-embel tuan atau sejenisnya,"

"Uh, soal itu saya tidak bisa melakukannya," tolak Stephanie tersenyum sungkan, "karena Anda lebih tua, dan saya harus menghormati Anda,"

"Kau ini sungguh tidak seru," keluh Patrick memutar bola matanya, dan mengembuskan napas kecewa.

Hening kemudian. Patrick tak lagi melanjutkan ucapannya yang tadi terhenti, dan Stephanie pun memilih untuk tidak memaksanya. Ia ikut terdiam sambil menyesap kopinya yang sudah dingin.

"Pelecehan seksual," ujar Patrick tiba-tiba. Yang langsung membuat Stephanie menoleh kepadanya.

"Hm?" tanya Stephanie dengan deheman singkat. Karena ia masih sibuk menyesap kopinya.

"Saat aku kecil ... Ayahku sering melakukan pelecehan seksual padaku," jelas Patrick datar. Yang kali ini, pernyataan itu sukses membuat Stephanie menyemburkan kopi yang ada di mulutnya.

"H-hei, hati-hati," ujar Patrick beranjak dari posisi duduk di lantai, untuk mengambil tisu dapur di dekat washtafel. Tapi, baru saja ia bangkit, Stephanie tampak menahan salah satu tangannya.

Sebuah tindakan berani yang jarang ditunjukkan Stephanie.

"A-Anda serius soal itu?" tanya Stephanie dengam mulutnya yang sedikit ternodai oleh kopi miliknya. "Soal ... apa yang dilakukan oleh Ayah Anda terhadap Anda saat kecil dulu,"

"Untuk apa aku berbohong," balas Patrick dengan mantap. Yang sejujurnya, ia sendiri cukup terkejut jika ia bisa membalasnya dengan mantap. "Aku serius soal itu, Willkerson,"

Stephanie membisu. Pikirannya kosong seketika. Dan terasa sulit digunakan untuk berpikir.

"Itu ... gila," sebut Stephanie akhirnya. "Sungguh, sungguh gila. Bagaimana bisa ia melakukan hal semacam itu?"

"Entahlah," Patrick menggedikkan bahu. Mata biru kehijauannya tampak kosong ketika mengatakan bagian itu.

"Apa Anda tak pernah menceritakannya kepada orang terdekat Anda? Ibu Anda," tanya Stephanie.

"Ibuku ... dia itu wanita pengecut. Ia mencintai laki-laki berengsek itu, tapi disisi lain tak memiliki keberanian untuk melawannya sedikit pun," jawab Patrick, "sedangkan aku sendiri ... saat itu aku tak memiliki keberanian untuk mengatakannya. Aku takut pria itu akan melakukan hal yang lebih mengerikan lagi, jika aku menceritakannya kepada orang lain.

Aku ... aku terlalu takut, Stephanie."

Stephanie mengerutkan kening. Dan seperti dikejutkan oleh sesuatu, wanita honey blonde itu bangkit tiba-tiba. Tangannya otomatis melepas genggamannya dari tangan Patrick, dan tanpa ia sadari, Stephanie telah bergerak untuk memeluk Patrick dengan erat.

"Pasti ... itu berat bagi Anda," ujar Stephanie pelan. "Hidup dengan perasaan takut, dan terus terancam seperti itu,"

"Dan hingga detik ini, tak jarang aku masih memimpikan hal itu," tambah Patrick seolah melanjutkan. "Bahkan meski pria itu sudah mati sekalipun, apa yang ia lakukan dulu masih membekas di pikiranku,"

"Apa karena alasan tersebut Anda bergantung pada obat-obatan terlarang itu?" tanya Stephanie menebak.

"Ya benar."

Jawaban yang jelas dan padat. Dan bagi Stephanie, jawaban semacam itu rasanya bukanlah hal yang mengejutkan. Karena secara tidak langsung, Stephanie pun melakukan hal serupa.

"Siapa yang mengira, dunia Anda dulu sekeras itu," komentar Stephanie sambil mengusap punggung lebar dan kurus Patrick. "Terima kasih sudah mengatakannya. Dan maaf, bila itu memicu hal yang tak menyenangkan bagi Anda,"

"Itu artinya sekarang kita impas, 'kan?" ujar Patrick kini terdengar lebih cerah.

"Hm ... impas ya. Mungkin," jawab Stephanie tanpa sadar bersandar begitu saja pada dada Patrick. Mendengar irama teratur detak jantungnya.

"Mungkin? Bagaimana bisa kau mengatakan 'mungkin'?" tanya Patrick tak percaya, "kau sudah mengatakan tentanmu, dan sekarang aku pun juga sudah. Artinya tak ada hutang lagi, kan,"

"Tidak bagi Anda,"

"Bagiku?"

Stephanie mengangguk. Dan perlahan melepas dekapannya dari Patrick. Sejenak diam memandang pria jangkung di hadapannya.

"Ya, Anda mungkin tak memiliki hutang apapun lagi terhadap saya," jelas Stephanie tersenyum samar, "tapi saya masih punya satu hutang besar kepada Anda,"

"Dan apa itu?" tanya Patrick penasaran.

"Mengubah diri Anda," jawab Stephanie dengan mantap.

Patrick membisu. Matanya mengerjap, gerigi di otaknya mulai bergerak keras untuk mencerna jawaban Stephanie.

Hingga tiba-tiba, sebuah senyum hangat terukir di bibir pria itu.

"Metanoia ya," sebut Patrick seketika terkekeh geli.

"Hm?"

"Nama perusahaanmu itu, memanglah cocok." Jelas Patrick.

"Hehe. Begitulah." Balas Stephanie tanpa sadar menyengir bangga.

Apakah ikatan lain mulai terjalin?

— ■ —

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top