14. Patrick Melrose

— ■ —

Stephanie membuka perlahan matanya. Tunggu. Sejak kapan dirinya tertidur? Karena narkolepsinya kah? Dan lagi, kenapa kasurnya terasa aneh?

Butuh beberapa saat baginya untuk memahami kondisinya. Ya, butuh beberapa saat bagi Stephanie untuk menyadari bahwasanya ia telah melewati batas. Telah melanggar aturan dari Metanoia.

'Oh shit!' Stephanie segera bangun dari posisinya. Tapi ternyata, tubuhnya masih terperangkap oleh sosok di bawahnya.

Ia mengeratkan giginya kesal. Berniat membangunkan--meneriaki tepatnya--sosok yang mendekap tubuhnya. Tapi, saat matanya memandang wajah tenang Patrick yang masih tertidur, Stephanie mengurungkan niatnya seketika.

"Sebenarnya, apa yang ada di dalam kepalamu?" gumam Stephanie memandang wajah Patrick dari dekat. "Siapa kau sebenarnya, Mr.Melrose?"

Stephanie membisu sambil terus memandangi sosok Patrick. Hingga tiba-tiba, entah berasal darimana, rasa kesal datang menyelimutinya. Membuat tangan Stephanie bergerak spontan menampar pipi Patrick.

***

"Apa salahku?" ujar Patrick duduk di salah satu kursi makan, dan mengusap pipinya yang sebelumnya menjadi tempat Stephanie menamparnya.

Stephanie tak menjawab. Berpura-pura fokus dengan kopi panas yang tengah diteguknya pagi itu.

"Anda telah melanggar aturan," ujar Stephanie mencoba terdengar tegas. "Tidur bersama dengan partner sewaan Anda, itu adalah larangan,"

"Bukankah kau yang tidur lebih dulu di atasku?" balas Patrick dengan santai. Yang mana, balasan itu langsung membuat Stephanie meletakkan mug berisi kopinya ke counter meja, dan menoleh kepada Patrick.

"Apa? Saya?" tanya Stephanie menunjuk dirinya sendiri. "Apa Anda gila? Mana mungkin saya bisa tertidur di ...," Ia tiba-tiba terhenti. Pikirannya mencoba mengingat apa yang terjadi, sebelum akhirnya ia benar-benar lupa dan terbangun di atas tubuh Patrick.

"Tunggu," Mata Stephanie membelalak. Kakinya bergerak mundur tanpa sadar hingga pinggang belakangnya bertemu dengan ujung counter meja dapur. "Jangan bilang ... narkolepsi saya ...?"

"Menurutmu?" balas Patrick tersenyum sinis.

Wajah Stephanie memerah tanpa ia sadari. Dan tiba-tiba, ia berjongkok sambil menutupi wajahnya. Membuat Patrick harus bangkit dari duduknya, agar ia bisa melihat apa yang tengah dilakukan wanita dari Metanoia itu.

"Sungguh memalukan," ujar Stephanie masih menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. "Saya memang sering tertidur di sembarang tempat karena narkolepsi saya. Tapi ... hingga tertidur bersama partner saya sendiri ... itu ... sungguh memalukan. Dan yang utama, tindakan semacam itu melanggar aturan Metanoia,"

"Kau ini sungguh kaku ya," komentar Patrick melangkah mendekati Stephanie, dan berlutut di hadapannya.

"Saya tidak kaku," bantah Stephanie, "saya hanya menjalani aturan yang berlaku,"

"Kau ini bagaimana? Bukankah aturan itu ada untuk dilanggar?"

Stephanie mengangkat wajahnya spontan. Memandang Patrick setengah hati, ketika mendengar pernyataan konyol sang pria.

"Pernyataan konyol darimana itu?" komentar Stephanie.

"Dari beberapa orang yang hobi melanggat aturan," jawab Patrick dengan senyum jahil.

"Bodoh," sebut Stephanie agak lirih. Tapi kemudian, wanita berambut honey blonde itu terkekeh. Merasa geli sendiri dengan apa yang mereka bicarakan.

Setelah kekehannya berhenti, Stephanie mendudukkan dirinya di lantai. Bersandar pada lemari penyimpanan sisi bawah. Membiarkan Patrick tetap berlutut di hadapannya.

"Namaku Patrick Melrose," ujar Patrick tiba-tiba, menarik perhatian Stephanie kembali padanya. "Seorang pecandu bodoh, yang harus berurusan dengan seorang partner sewaan bernama Stephanie Willkerson,"

Stephanie mengangkat sebelah alisnya. "Apa yang Anda bicarakan?" tanyanya heran.

"Kau mengatakan ingin tahu apa yang ada di dalam kepalaku, 'kan?" ujar Patrick memastikan. "Ingin tahu siapa aku sebenarnya. Ya, 'kan?"

Wanita di hadapannya terdiam. Mencoba mengingat kapan, dan dimana ia pernah membahas atau mempertanyakan hal semacam itu?

Perlahan, mata Stephanie membulat. Akhirnya menyadari kapan dan dimana ia pernah membahas pertanyaan Patrick barusan.

"Anda ... sudah bangun?" tanya Stephanie tak percaya. "Ketika saya menggumamkan kalimat itu ... jangan bilang sebenarnya Anda sudah bangun?"

"Begitulah," jawab Patrick sambil menggedikkan bahu. "Aku sudah bangun lebih dulu ketimbang kau. Tapi aku hanya berpura-pura masih terlelap, karena aku merasa nyaman mendengar napasmu yang teratur,"

Wajah Stephanie perlahan kembali memerah. Dan tanpa sadar, tangannya sudah bergerak untuk memukul Patrick. Tapi kali ini, pria itu berhasil menahannya.

"Jadi bagaimana? Kau sungguh penasaran denganku?" tawar Patrick sambil tetap menahan tangan Stephanie yang berusaha ia tarik kembali. "Jika ya, akan kukatakan. Anggap saja ini sebagai rasa terima kasihku karena kau mau mengatakan soal dirimu sendiri, tempo hari yang lalu."

— ■ —

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top