Mendekap Dalam Pelukan
Menyusuri trotoar jalan. Menghindar kendaraan bermotor seenaknya naik di atas trotoar. Pengang di telinga mendengar suara klakson. Hello, ini Makassar, dulunya tidak seperti ini.
Kali pertama menjalani sesak di dada, langkah ini terus melaju. Aku sedih sekali menyaksikan kepedihan di mata adikku. Apa yang bisa kulakukan untuk membahagiakannya?
Mendengkus, aku kembali melangkah walau tadi berhenti. Jantungku semakin tertusuk ketika mengingat peristiwa akibat kelalaianku. Rasanya aku kelihatan terpuruk ya, di mata orang-orang.
"Jangan lihat begitu, dong," kataku melototi mereka, terlihat tidak ampuh. Suaraku 'kan, cuma dalam hati saja.
Kini, aku berada di sekitar jalan raya. Jalanan memang ramai, tetapi tidak sebising tadi. Hanya derungan mesin mobil dan ban hitam menggesek aspal panas. Jalanan cukup lengang buat menyeberang.
Ketika aku melangkah, suara tabrakan menyadarkanku. Terkesima, mataku membelalak lebar seketika. Pemandangan kulihat itu menusuk jantungku berulang kali.
Anak kecil tertabrak dan terhempas ke aspal. Lalu, terkapar membeku. Banyak orang menghampirinya, begitu pula aku. Teriakan meminta menelepon ambulans, aku tidak mengacuhkannya.
Saat dekat, aku berjongkok. Meraihnya dalam dekapan. Ada senyum manis melekat di bibir. Walau bulir air mata menetes.
Boneka kesayangan adikku terselamatkan. Meski agak kotor, lumayan buat hadiah. Aku pun berbalik dan tidak menoleh ke arah belakang lagi.
Betapa kejamnya aku, bukan?
***
Dibuat oleh: Sanchi_
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top