Cepat atau Lambat

Aku memandang nanar pantulanku di cermin. Dia begitu rapuh. Dengan kebaya berwarna putih, polesan wajah yang tipis, dan rambut yang disanggul rapi.

Haha, kenapa penampilanku bisa berubah menjadi seperti ini?

Aku baru saja ingin berbalik ketika suara Gowi menginterupsiku.

"Kakak, ayo turun. Akadnya akan dimulai."

Aku mengangguk. Kulangkahkan kaki menuju pintu, menuruni anak tangga.

"Subhanallah, cantik sekali anak Ibu." Ibu berbisik, sementara aku tersenyum kecut. "Ayo duduk, Nak."

Layaknya robot, aku mengikuti instruksinya. Lalu, kutulikan kedua telinga. Tidak ingin mendengar apa-apa.

"Bismillahirrahmanirrahim, saya nikahkan engkau Abisena bin Adijaya dengan ananda Kumalasari binti Suryono dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Kumalasari binti Suryono dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."

"Bagaimana para saksi? Sah?"

"Sah!"

"Alhamdulillah."

Tanpa kusadari, setetes air mata jatuh, Cepat-cepat, kuusap dengan tangan. Tidak, ini adalah hari bahagia. Tidak seharusnya aku bersedih.

Perlahan, aku melirik ke arahnya. Dia tampak bahagia.

Cepat, kutundukkan kepala. Tidak apa, ini tidak masalah. Cepat atau lambat, aku pasti bisa menerimanya.

Ya, aku pasti bisa.

Selanjutnya, aku hanya terdiam. Merasakan air mata yang mengalir deras dan sikutan Gowi pada lenganku.

"Liat deh, Kak. Kak Kumala sama Kak Abi cocok bang—Lho, Kak Resti? Kenapa kakak nangis?"

***

Dibuat oleh: Marsmalade

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top