Kupu kupu tanpa kebun









Ayah suka sekali dengan lebah.

Maksudku, ia tidak terlihat semenyukai itu, tapi ayah selalu memberi perhatian lebih pada lebah lebah madu di taman bunga milik bunda, di pojok diantara kebun kebun mawar ayah membuat 3 kotak untuk berisi rumah lebah. Tiap hari di sela sela kesibukanya ia berjalan perlahan hanya untuk berdiri di taman bunga, menatap sekumpulan lebah lebah yang terbang diantara bunga bunga, mengambil sari madu dan menyebarkan benih benih bunda di sekitar taman.

Aku kecil sering memperhatikan ayah dari kamar ku yang jendelanya langsung menghadap ke taman belakang. Pada pukul 7 pagi selepas berolahraga di ruang gym, ayah berjalan dengan sendal slopnya dan kaosnya yang basah banjir oleh keringat miliknya. Sekitar 30 menit ayah akan berdiam diri disana, memandangi, kadang tanganya memetik beberapa tangkai bunga untuk ia berikan pada bunda, atau kadang ayah memperbaiki hal hal kecil yang janggal di matanya.

Aku baru mengetahui bahwa rumah eyangku dari sisi ayah memiliki 8 rumah kotak sarang lebah yang khusus di bangun di pojok taman nya. Aku tidak tahu bahwa itu adalah rumah lebah, setiap aku mendekatinya ayah selalu membawaku menjauh, alasanya bukan karena aku takut tersengat, katanya aku belum cukup paham mengapa aku tidak boleh mendekatinya, ia juga menambahkan bahwa besar nanti dirumahku sudah di wajibkan untuk mempunyai minimal satu sarang lebah untuk di taruh di taman belakangku.

Dan aku baru menyadarinya setelah semakin dewasa, abraham memiliki prinsip yang sama dengan lebah.

Tidak mengusik jika tidak terusik, high achievers sampai mati, solidarity tampa batas, memelihara bukan merusak, selalu berdiri diantara dua pilihan.

Bukan bermaksud untuk membandingkan, diantara kelompok pertemananku, aku berfikir keluarga ku yang paling tenang, air nya mengalir dengan porposinya seperti pada aliran air di gunung gunung, begitu kaya raya tapi tidak pernah menggunakan uang itu untuk menunjukan kami kaya, entah ayah bersifat hemat atau apa, tapi keluarga kami tidak terlalu terkenal seperti keluarga dezen si penguasa hukum turun temurun, atau keluarga Sameer penguasa hiburan di negara ini, atau bahkan keluarga b.brown yang memegang rasa takut seluruh musuh.

Ayah mengelola bisnis keluarga, sebuah rekontruksi bangunan swasta yang sering sekali bekerja sama dengan pemerintah, karena kepercayaan pemerintah dan mitra orang dalam juga, akhirnya seluruh projek pembangunan besar besaran dalam negri selalu di bawah kendali ayah. Ayah tidak sesuci itu dalam melakukan pekerjaanya, aku pernah mendengar berita soal pembangunan di pulau sebrang yang terbukti menggunakan bahan material murahan, tidak sesuai dari apa yang seharusnya di janjikan, aku tahu ayah mengambil keuntungan lebih dari sana, tapi aku hanya diam, selama aku masih menggunakan uang ayah dengan secara berhambur hamburan, apapun yang di lakukan ayah adalah kebaikan. Soal berita itu, penulisnya di masukan penjara atas pencemaran nama baik dan korupsi di kantornya, u know what happened, keluarga Sameer salah satu mitra ayah, dan Dazen yang mengurus kasus itu tidak lebih dari 1 bulan.

Lagi pula ayah hanya mengambil beberapa, gaji para buruh tetap di bayar sesuai perjanjian, yang melenceng itu bahan material, tidak ada yang di rugikan disini bukan? Jelas tidak.

Satu hal yang aku pahami adalah, tidak ada yang pernah mengusik keluarga kami.

ayah percaya hukum karma, jika ia mengharuskan untuk mengusik maka ayah akan menggunakan jalan tengah tengah, antara iya dan tidak, ayah menerima konsekuensi akibat dari sikapnya dengan lapang dada. Dan setelahnya, ayah membalas dendam.

High archiver keluarga kami tidak pernah main main, dulu aku pernah memiliki keinginan untuk menjadi perwakilan sekolah dalam perlombaan olimpiade tingkat sekolah dasar, permasalahaanya daftar nama sudah di tentukan, bahwa training pra siswa untuk olimpiade sudah di jalankan. Lalu aku menceritakanya pada ayah dan bunda tentang hal ini.

Kedepanya ayah mempush ku untuk belajar, selain itu ayah menyiapkan beberapa hal untuk aku lakukan sesuai rencanaya, katanya belajar tidak hanya cukup membuatku menjadi perwakilan, maka aku membawa sekotak kue trendy untuk di berikan pada wali kelasku, aku bersikap ramah padanya, teman teman sekelas, meminimalisir konflik antara sesama, aku lebih aktif di kelas dan lalu—aku melihat ayah keluar dari ruang kepala sekolah dengan tersenyum lebar kepadaku, di atas meja ruangan yang ayah masukintadi sudah tampak dua buah kantong belanja putih yang tidak lain adalah buah tangan(uang) dari ayah untuk kepala sekolah.

Ann sudah bekerja lebih keras, air keringat tidak pernah mengkhianati hasil.

Salah satu anak peserta olimpiade ke esokanya terkejat kasus pembulian, di kick out dari tim olimpiade dan aku masuk mengisi bangkunya.

Benar, usaha selalu berbanding lurus dengan hasil.

Lalu aku besar dengan target target yang aku kejar, seperti layaknya seorang abraham sendiri.

Yaaah, abraham pernah sejaya itu sampai bunda meninggal, sakit kankernya semakin parah hingga tampa bisa menerima apa yang terjadi, bunda meninggal saat tanganya bergengama dengan tangan ayah. Kisah romantis yang begitu mengharukan harus berakhir menyedihkan seperti itu. Setelah itu ayah seperti memfrezee, larut pada kesedihan tidak berujung, akibatnya abraham berjaya hanya pada garis seharusnya, tidak ada penurunan juga tidak ada pencapaian.

Target target ayah di papasan tulisnya kosong, ia tidak memiliki motivasi hidup ataupun pencapaian ambisinya, dalam satu aspek sifat abrahamnya mendadak di turn off-kan, tentang high archives nya. Ayah mengurung dirinya di kamar, ia tidak sehidup dahulu. Setelah 5 tahun larut dalam depresi, ayah akhirnya kembali menikah, sepertinya ini menikah karena urusan bisnis tuntutan dari eyang, ia menikahi perempuan kuat dan darinya mereka mempunyai dua anak, adik adik tiriku. Walau begitu, ayah yang aku kenal sudah ikut pergi bersamaan dengan pemakaman bunda di sore hari.

Piano milik bunda yang dulu ia gemar mainkan tidak pernah di pindahkan dari ruang kami kumpul bersama, kadang tengah malam saat malam kamis ayah duduk di sofa sebrang piano, duduk tampa melakukan apapun, hanya saat pada waktu seperti ini ayah akan tersenyum tipis, terlihat hidup karena delusi bayanganya yang menunjukan bunda duduk di kursi piano.

Aku sendiri sedih, namun aku sadar aku tidak memiliki waktu untuk bersedih. entah mengapa melihat ayah yang menjadi lemah membuat tekanan pada diriku untuk bekerja lebih keras agar bisa menggantikan ayah, membawa keluarga kami ke masa jayanya kembali. Target target ku kembali di tambahkan, jarak dan keberhasilanya semakin sulit. Aku ingin hidup sempurna penuh kesuksesan dalam segala aspek, dalam 24 jam aku bekerja tampa henti untuk mewujudkan target targetku.

Pagi adalah seorang wanita muda yang bercarier sukses di dalam ketua pengevaluasian di perusahaan kontruksi perusahaan abraham, namaku masuk dam list women who has intelegence di majalah forbes. Lalu malamnya adalah pengintai yang di rasa telah mengusik keluarga kami, bekerja dengan senapan peluru sekaligus remote alat bom dengan kekuatan 1 gedung dengan 7 lancar bisa hancur.

Aku bukan seorang assassin, lebih ke pengintai keamanan keluarga kami, dunia yang aku tempati bukan dunia suci bersih yang seperti kalian pikirkan, ini adalah persoalan hidup dan mati. Berdiri di posisi seperti ini akan membuatku lebih banyak di benci akibat rasa iri mereka, mengakui bahwa aku memang tidak tertandingi dari posisi mereka, musuh musuh itu selalu siap menghancurkanku dari luar ataupun dalam.

Ibu baruku adalah ketua II dari asosiasi keamanan swasta yang bekerja hanya untuk kubu kami, keluarga dezen, sameer, brown, dan sederet nama nama keluarga yang akan ku jelaskan lain kali, intinya sederet pembisnis penguasa keuangan di asia tenggara. Karena itu aku dan putri keluarga Brown di latih untuk mengetahui hal hal dasar dalam perkelahian, walau akhirnya malah kami mempelajari seluruhan tekniknya dan bekerja langsung dalam lapangan untuk mengintai dan membunuh sekaligus. Aku tidak bercanda soal menikam dan membidik manusia dengan pistol revolver asli, akan ku lakukan demi tujuanku tercapai.

Hanya saja aku tidak menyukai darah, jadi ku biarkan jeannette, putri sulung keluarga brown yang akan membunuh target dari misi kami, wah perempuan itu gila dan minim rasa pada orang yang tidak di kenal, Jeannette hanya bersifat seperti malaikat pelindung hanya pada kubunya walau kami semua memang bersikap seperti itu juga.

Rasanya seperti aku seorang pelari handal, hidupku seperti di pacu oleh kecut dari tali ambisiku, menamparku tiap kali aku gagal atas sesuatu, ini sangat membuatku kesakitan dan menambah luka luka basah pada diriku. Aku tidak tahan atas rasa sakitnya maka yang hanya bisa ku lakukan hanya berlari, mengikuti ritme ritme target tidak masuk akal yang sudah ku tetapkan. Mungkin di ujung sana, hasil jerih payahku akan terbayar, terbebas dari ambisiku sejak kecil, berada di ujung puncak kesuksesan.

aku akan merasa tenang, setelah semuanya usai.



Cast.

Diana Xaviera Abraham

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top