Epilogue: the last message
BUMI menyambutmu dari masa depan. Hari ini, dua belas tahun setelah kiamat ketiga, mimpi buruk yang tak terelakkan, telah berlalu. Kami masih tertawa riang.
"Usiaku sudah tiga puluh tahun."
Makka beranjak dari bilik mandi. Dengan selembar kain putih yang melintang, pemuda Arab itu menuju kamar ganti. Di sana, seorang wanita berhijab sedang menunggunya. Seraya menenteng sebuah pakaian, dia tersenyum kepada laki-laki yang masuk. "Makka, ini bajunya."
Makka meraih baju yang dijulurkan kepadanya. Namun, pemuda bermata biru itu malah merangkul tubuh wanita di depannya. Makka menciumnya dengan hangat. "Terima kasih, Sayang."
Wanita berhijab itu hanya bisa mendekap tubuh Makka yang semakin kekar. Iky sangat senang. Akhirnya, dia bisa hidup bersama lelaki yang ia cintai. Sudah tumbuh dewasa. Kini, lelaki yang ia nikahi sudah menjadi seorang pria. "Makka, aku akan menunggumu di luar bersama anak-anak."
Pria Arab itu tersenyum. Seraya mengangkat berewok rapi tinggi-tinggi, Makka mengangguk kemudian mulai memasang baju.
"Iky, aku sudah selesai," ucap Makka menuturkan suara halus. Lama tak terjawab, pria bermata biru itu mulai mencari sang istri. Tanpa butuh waktu lama, wanita yang dicari oleh Makka ini sudah menampakkan diri.
Tidur di atas sebuah ranjang besar. Iky terlelap bersama keempat anak yang berada di pelukan. Tak mau tertinggal, Makka melompat ke atas ranjang empuk di depannya. Sampai membuat kelima orang yang ada di atasnya terjungkal bangun, pria bermata biru itu menjadi sasaran amarah.
Perlahan, tangan-tangan kecil mulai memukul tubuh keras Makka. Beberapa cubitan turut didaratkan. Namun, pria Arab itu membalasnya dengan senyuman hangat. Dia memeluk satu per satu anak kecil yang mengamuk tadi. Setelah memberikan kecupan hangat, Makka berhasil memadamkan amarah keempat buah hatinya.
"Untukku?" tanya Iky mengguratkan wajah cemburu.
Tanpa menunggu lama, Makka mendaratkan ciuman hangat ke istrinya. "Sudah. Maafkan aku ya, Sayang."
Keduanya saling merangkul di atas ranjang. Bersama keempat anak, mereka menatap ke arah yang sama. Seketika, mereka teringat sesuatu. Makka menelusuri masa lalu yang pernah ia lalui. "Iky, ini ... masa depan yang kita lihat saat masih di SEA."
"Ah, benar!" balas Iky girang. Dia pun mengeratkan pelukan.
Ketika mengingat hal itu, Makka seketika teringat teman-teman yang sudah bertarung bersamanya. Pada waktu tersebut, masa tergelap MESS dan manusia sedang terjadi. Dua belas tahun lalu. Namun, itu sudah berlalu. Sekarang sudah berbeda. "Kita semua telah hidup bahagia, termasuk teman-teman."
Makka mengingat semua orang yang sudah menemani. Dia dengan bangga menceritakan kehidupan mereka satu per satu.
***
KAU TAHU, bumi sudah menjadi surga para MESS dan manusia.
Manusia menjadi pemimpin bumi. Sementara para MESS bisa hidup berdampingan. Tidak. Ini bukanlah kedamaian hakiki setelah kiamat. Masih ada kezaliman baik dari sisi manusia maupun MESS. Keduanya memiliki tabiat masing-masing.
Namun, mereka bisa berbahagia bersama.
MESS dan manusia saling membahu untuk melindungi dunia. Pengawasan diberikan kepada makhluk terkuat yang tersebar di seluruh benua. Tentu, mereka berasal dari para MESS. Mereka adalah orang-orang yang dulu memimpin pemberontakan, sekutu Makka.
Mereka dipanggil sebagai Kaisar.
Benua Ming. Baek menjadi Kaisar di sana. Laki-laki berdarah Korea ini sudah memiliki dua orang anak. Dia mendapatkannya dari pernikahan bersama putri tentara Ming yang dulu pernah menyelamatkannya. Baek benar-benar membalas budi penyelamatnya.
Benua Efrat. Jaghro sudah berusia 45 tahun. Dia tentu menjadi Kaisar di benua rimba. Secara mengejutkan, dirinya sudah memiliki dua orang cucu. Dia dan keempat istrinya memiliki dua belas anak. Pria berdarah Mesir ini adalah pencetak MESS berdarah campuran terbanyak sejauh ini.
Benua SEA. Dinar menjadi Kaisar di sana walaupun dia adalah seorang wanita. Di usianya yang sudah menginjak 36 tahun, dia mulai berhenti menjadi dokter. Wanita berdarah Melayu ini ingin mendidik kedua anaknya sungguh-sungguh. Tentu, demi sang suami, Inoe.
Benua Tundra. Inoe adalah Kaisar di benua es. Ia memimpin tempat dengan petarung terkuat di bumi, bahkan tidak menjadikan dirinya tenggelam dalam kesulitan. Dia bersama sang ayah, Quartz sang MESS-02, dapat menundukkan semua amat mudah.
Benua Uro. Aqso memimpinnya dengan penuh wibawa. Siluman rajawali yang sudah berusia 25 tahun ini sudah menjadi pria tampan layaknya artis Bollywood. Dia memiliki seorang anak dari pernikahan dengan sahabat masa kecilnya, Deli.
Benua Hispan. Deli adalah Kaisar di benua latin. Tempat yang dulunya Amerika Selatan ini adalah kampung halaman Deli. Tak dapat dipungkiri, wanita berambut coklat ini harus terus menjaga Hispan. Sampai-sampai, dia memilih membesarkan anaknya di situ, jauh dari sang suami.
Negeri Jonah. Tempat itu masih menutup diri. Tak ada seorang MESS yang menjaga tempat ini. Membiarkannya terbuka lebar, Aqso dan Deli setidaknya sudah menawarkan perlindungan ke negeri tempat matahari terbit itu. Sayang, mereka menolaknya mentah-mentah.
Benua A-Capital. Perpahan bangkit dari kehancuran, ibukota dunia ini tunduk kepada sang putra Leviathan, MESS-03. Taiga adalah Kaisar di A-Capital. Laki-laki bermata hijau itu masih sama seperti dulu. Tetap nekat dan tak ragu mengambil tantangan. Beruntung, adik Jaghro yang cantik bak Kleopatra, mau menjadi pendamping bagi Taiga. Laki-laki yang tak pernah dewasa itu sedikit tambah bijak sejak kelahiran anak ketiganya. Tidak perlu heran, Taiga memang sangat bersemangat jika harus bermesraan dengan sang istri. Ayahnya juga tidak bisa mencegahnya. Dia hanya bisa menjaga Cycle Stream agar terus mengalir. "Aku melakukannya suka rela."
Terakhir, Benua Midas. Makka adalah Kaisar di tempat gurun pasir ini. Bersama sang istri tercinta, Iky, dia tinggal di sana membesarkan keempat anaknya. Di sana, Makka memimpin manusia dan MESS dari tempat ia dilahirkan. "Aku selalu merindukannya."
Tak ada yang menyangka, kiamat yang sudah memeras lautan air mata itu dapat berakhir dengan hamparan luas senyuman.
Makka berhasil. Sang raja sudah membawa senyum bagi MESS dan manusia.
Aku bahagia melihat dunia ini.
***
GEMERINCING LONCENG tiba-tiba terdengar. Itu adalah Jibril, sang MESS-01. Dia menetap di bumi, Benua Midas lebih tepatnya. Seraya tertawa dipenuhi kehangatan, makhluk terkuat itu ingin menghabiskan hidup bersama keturunannya.
"Sudah waktunya berziarah," ucap Makka berusaha mengingat waktu. Pria Arab itu langsung membawa keluarga kecilnya keluar rumah. Di sana, sudah menunggu seorang monster raksasa yang akan mengantarkannya ke tengah laut. "Taiga, tak perlu repot-repot berubah menjadi Leviathan!"
Taiga tak mau mendengarkan sang teman. Ikan raksasa itu seketika membawa Makka beserta keluarganya ke atas punggung. Bersama mengarungi laut dengan kencang, Makka dan keluarganya sampai ke tempat tujuan, kampung halaman Makka yang sudah tak bersisa. "Bapak meninggal di sini. Begitu pula ibu. Aku memakamkannya di sini juga."
Makka berdoa kusuk. Keempat anaknya juga turut serta. Mereka semua menundukkan kepala, ditemani oleh sang ibu. Sangat menggemaskan. Makka memiliki anak-anak yang penurut.
Naru. Dia merupakan anak sulung Makka sekaligus seorang MESS api. Bocah berusia sebelas tahun ini memiliki fisik yang sama dengan sang kakek: mata merah dan badan yang kuat. Karena itu, Makka menamainya dengan nama sang kakek.
Suria. Anak kedua Makka adalah seorang duyung. Dia memiliki ekor berwarna indigo. Hampir sama dengan ekor sang nenek, tapi miliknya berwarna jauh lebih muda. Bocah berusia sembilan tahun ini lebih mirip buyutnya, ketimbang sang nenek. Karena itu, Makka menamainya dengan nama Suria.
Asar. Anak ketiga Makka yang merupakan seorang laki-laki bermata sendu. Dia berusia enam tahun. Persis seperti Iky, anak ketiganya ini adalah seorang MESS waktu. Karena itu, Iky menamainya dengan nama sang kakek.
Terakhir, anak bungsu Makka. Seorang bocah bermata biru. Umurnya baru tiga tahun. Dia sangat mirip dengan sang bapak. Dengan wajah polos, anak bungsu ini ternyata mewarisi kekuatan Makka. Dia adalah seorang MESS air.
"Bahry, kemari!" panggil Makka kepada anak bungsunya. Dengan lugu, dia berlari tergopoh-gopoh. Seraya memeluk erat sang bapak, dia membiarkan tubuh mungilnya diangkat oleh Makka.
"Bapak, ada apa?" tanya sang anak bungsu Makka dengan menggemaskan.
"Bapak mau mengatakan sesuatu kepadamu," ucap Makka menatap mata putranya lekat-lekat. Keduanya terdiam dalam keheningan. Mata biru mereka saling menatap.
"Bahry, apa kau tahu, tempat kita berdiri sekarang adalah kampung halaman bapak," tutur Makka menyertakan senyuman hangat. "Dulu, kakekmu menggendong Bapak seperti ini. Menghadap ke arah matahari terbenam, kakekmu membisikkan nasihat kepada bapak."
"Apa itu?" tanya Bahry polos. Sang kakak hanya tertawa. Mereka sudah pernah mendapat bisikan itu. Tahun ini, giliran Bahry.
Perlahan, Makka mendekatkan bibirnya ke telinga mungil Bahry. Pria bermata biru itu bersiap memberikan pesan yang paling berarti di dalam hidupnya. Nasihat yang selalu berhasil membuatnya menitikkan air mata.
Makka mulai membisikkannya lirih.
"Bahry, teruslah hidup!
"Jadilah kuat!
"Bapak ..., menyayangimu."
[] [] []
SAMPAI JUMPA
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top