7.9 Final: space and time
MAKKA!"
Teriakan penuh amarah menggelegar di pusat A-Capital. Bersama hujan yang tiba-tiba turun, amukan itu seakan menjadi guntur yang menggetarkan nyali orang-orang yang sedang berlindung.
Lemyaku marah besar. Presiden A-Capital itu menciptakan jutaan portal untuk memisahkan kepala dan badan Makka, tapi tak berguna. Pria berambut emas ini sudah melawan pemuda yang salah. "Matilah kau, Putra Naru!"
Makka dengan lincah bermanuver menggunakan arus tsunami yang ada di bawahnya. Sesekali, MESS air itu membekukannya kemudian meluncur bagai bermain ice skating. Ombak keras yang sangat tinggi, tak tertinggal untuk ia jadikan selancar.
Makka memutar otak keras-keras. Pemuda Arab itu membuktikan nasihatnya, "Kekuatan MESS tidak pernah terbatas". Dengan mahir, Makka berhasil menghindari jutaan portal yang dapat memotong tubuh. Tanpa terluka.
"Kau tak bisa lolos untuk selamanya!" amuk Lemyaku meronta-ronta. Pria yang dihadapi Makka ini mulai kehabisan akal. Dia tak pernah menyangka pemuda yang dihadapinya, sekarang punya teknik yang sangat tinggi. Anjing ini memaksaku untuk mengamuk!
Lemyaku menjentikkan jari. Dengan sekejap, portal raksasa muncul di antara medan tempur. Portal itu melintang. Meski memotong semua gedung-gedung tinggi A-Capital, MESS ruang ini tak peduli. "Hindarilah kalau kau bisa!"
Jutaan portal kecil menghilang, berganti portal raksasa. Lemyaku menggerakkannya ke arah Makka. Terus mengejar tanpa henti, portal seukuran stadion sepak bola melesat kencang demi memenggal kepala Kaisar kelima.
"Pria itu gila!" seru Makka mengutuk MESS ruang yang mengeluarkan teknik destruktif. Dengan cepat, dia melesat pergi dengan arus tsunami. Secepat mobil balap, Makka bisa melesat kencang tanpa perlu berlari. Masih belum. Pria itu masih berada di bawahku.
Makka terus melaju cepat menembus gedung-gedung A-Capital selincah manuver akrobat. Sementara masih mengikutinya, portal raksasa yang dibuat Lemyaku masih berada di belakang. Sampai memangkas habis gedung-gedung pencakar langit, portal itu merusak apa saja yang ia lalui.
Suara teriakan keras melolong di antara gedung-gedung yang terpangkas. Muncrat cairan merah semakin banyak bertebaran di sepanjang A-Capital. Manusia yang terpotong, manusia yang terjun bebas, dan manusia yang tertindih, semuanya bercampur aduk menambah kengerian A-Capital.
Makka akan menyelesaikan ini. Pemuda yang kini mengarah ke arah timur itu tiba-tiba harus berhenti maju. Di depannya, ada sebuah monster raksasa yang membujur bagai sebuah benua. "Leviathan?"
Monster itu seketika mendaratkan sirip raksasa ke atas Makka. Tepat ketika siripnya sudah jatuh, portal raksasa yang meluncur bagai piringan tadi akhirnya sampai. Lubang dimensi itu mengiris habis semua yang ada di depan, termasuk sirip yang melindungi Makka.
Setelah mengira sudah kehilangan jejak, portal itu lenyap tak bersisa di antara udara tipis. Beruntung. Makka bisa lolos dari kejaran benda aneh yang membuntuti. Namun, saat dia menyingkirkan sirip raksasa yang melindunginya, ia mulai sadar.
Leviathan tak akan bisa keluar dari Cycle Stream sebelum Jibril turun ke muka bumi. Jika bukan Leviathan, monster yang melindunginya ini pasti orang itu.
"Taiga!" seru Makka membelalakkan mata. Pemuda yang dilindungi oleh monster tadi tak menyangka, makhluk besar itu adalah sang teman. Orang yang sudah menemaninya bertarung sampai di titik ini.
Seketika, Makka terperanjat. Pemuda Arab itu kehabisan kata-kata. Sudah berapa banyak hal yang sudah terjadi?
Taiga berubah menjadi monster. Suara teriakan yang tadi menggema, itu dari Inoe. Makka tahu, MESS gaib ini sudah menjual jiwa. Taiga dan Inoe, dua orang sekutu terkuat, sudah melakukan pengorbanan terbesar mereka. Lantas bagaimana dengan yang lain?
Makka baru menyadari semua. Pemberontak sedang tidak baik-baik saja. Sontak dia melepas air mata kesedihan. Namun, bulir kesedihan itu bercampur gejolak amarah. "Lemyaku!"
MESS air itu menyingsingkan lengan. Urat-urat terukir jelas di wajah. Makka akan mengeluarkan semua kekuatan. Lemyaku harus mati!
Dengan laju yang lebih cepat daripada sebelumnya, Makka melesat kembali ke hadapan Lemyaku. Gelombang tinggi sampai terbentuk menjulang disebabkan larian sang MESS air.
"Lemyaku! Cukup!!!" teriak Makka tepat di hadapan muka presiden A-Capital. Lemyaku sampai terkejut disebabkan pemuda yang ia kejar malah kembali ke depannya tanpa paksaan.
Tak memberikan kesempatan Lemyaku berkedip, Makka langsung menembakkan jutaan es kepada pria di depannya. Hanya tertawa, pria berambut emas itu dengan mudah melindungi diri menggunakan portal-portal yang mengikutinya.
"Mengapa semarah ini, hah?" tanya Lemyaku heran. Ketika melihat Makka yang diliputi amarah, presiden A-Capital itu menyadari ada hal bagus yang sudah terjadi. "Apa yang kau temui?"
Makka tak menjawab pria yang ada di depannya. Dia tak peduli. Pemuda itu terus meluncurkan serangan es lebih cepat daripada sebelumnya. Amarah semakin tergurat jelas di wajah.
Lemyaku sudah tahu. MESS ruang itu dapat menebak penyebab pemuda di depannya bisa semarah ini. "Oh! Aku rasa, ini yang menyebabkanmu semarah itu ...."
Lemyaku mengeluarkan kekuatan dengan jentikan ajaib. Lagi. Namun, MESS ruang itu tak mengeluarkan jutaan portal. Dia hanya mengeluarkan lima.
Tersentak. Makka dibuat terbelalak lebar karena melihat apa yang ada di dalam portal itu. Aqso terbujur kaku dengan tubuh hangus terbakar; Deli merintih lemah dengan kaki dan tubuh tertindih bangunan besar; Dinar terbaring kaku dengan kulit kelabu pucat; Jaghro dan Baek terbujur kaku terbawa arus tsunami.
Sudah terlambat! seru Makka dengan tubuh kaku tak mampu bergerak. Mata birunya berkaca-kaca. Dia menyesal tak bisa mengalahkan Lemyaku dengan cepat.
"Jangan langsung bersedih dulu! Ada satu MESS wanita yang belum mati!" seru Lemyaku mencoba memancing pemuda yang tertegun di depannya. Presiden A-Capital itu seketika merasa gembira karena melihat sang musuh hancur berkeping-keping. "Namun, kemungkinan besar dia sudah mati di perjalanan—"
"Aku masih di sini, Makka!" sahut seorang MESS wanita yang dimaksud Lemyaku. Dia adalah Iky. Gadis berhijab itu datang dengan napas yang terengah-engah. Dia sudah berlari dari tempat pemberontak yang ada di barat ke tempat Makka.
"Iky! Jangan ke sini!" larang Makka untuk melindungi wanita yang tak bukan adalah kekasihnya. Dengan raut khawatir, MESS air itu langsung berlari ke hadapan Iky.
"Tak perlu kemari, Makka!" tolak Iky menghentikan langkah sang kekasih. Gadis berdarah Persia itu memiliki tugas tersendiri untuk menyusul Makka. "Jangan pernah lupa, aku adalah seorang MESS waktu! Aku tidak akan mati hanya karena berhadapan dengan seorang Kaisar!"
Jawaban Iky setidaknya bisa membuat pemuda yang semula berlari, menjadi berhenti dengan napas lega. Makka akan kembali fokus untuk menghentikan Lemyaku.
"Gadis muda! Kau membuat semuanya menjadi tidak seru lagi!" seru Lemyaku bernada kesal, tapi mulutnya masih tertawa. "Ah! Aku ingat! Ada satu orang lagi yang harus kau khawatirkan, Makka."
Makka terdiam. Dia tak bisa bergerak seketika. Di dalam benaknya, hanya ada perkataan dari sang abang—yang sangat ia benci. Syam memberitahukan penyebab kekalahan sang bapak. "Kau harus tahu. Bapak mati karena—"
"Ibumu!"
Lemyaku meneruskan perkataannya sekaligus melengkapi ingatan Makka. Duyung berekor indigo. Karena wanita itu, bapak Makka harus terpecah fokusnya untuk bertarung atau melindungi. Sang MESS ruang menggertaknya.
Sama saja. Makka melakukan hal yang serupa. Kekhawatiran dapat terbaca jelas dari mata birunya. Sampai membuat Lemyaku tertawa keras, Presiden A-Capital itu melihat kemenangan akan segera berpindah ke genggaman.
"Ibu di sini, Makka!" seru seorang duyung dari arah yang berlawanan dengan Iky. Seraya melepas napas yang sama-sama terengah, ibu Makka akhirnya bisa menyusul sang putra. "Jangan pernah percaya dengan orang yang membunuh bapakmu!"
Makka tersenyum lega. Sang ibu baik-baik saja. Pemuda Arab itu sangat senang bisa melihat dua wanita yang berarti dalam hidup, masih dalam keadaan aman. Alhamdulillah.
Bersyukur. Kedua wanita itu juga tersenyum melihat pemuda kesayangan mereka, masih bisa tersenyum lega. Di sisi lain, Iky senang akhirnya bisa melihat wanita yang akan menjadi ibu mertua. Sementara ibu Makka akhirnya bisa melihat kekasih dari sang putra.
Lemyaku pun ikut tersenyum. Tidak. Dia menyeringai. Pria bermata emas itu menyadari sesuatu. Tamatlah riwayatmu!
Lemyaku menjentikkan jari. Sebuah pemindahan ajaib telah terjadi. Salah seorang di antara Iky dan ibu Makkq tiba-tiba berpindah di genggaman MESS ruang itu.
"Orang lemah harus mati pertama!" ancam Lemyaku meringis lebar.
Ibu Makka berada di genggaman Lemyaku.
Sebuah portal tercipta terbang untuk bersiap memotong tawanan. Demi memisahkan kepala dari tubuh, Lemyaku benar-benar akan membunuh wanita yang ada di genggaman. "Ucapkan selamat tinggal, Makka!"
"Tidak!"
Makka berlari sekencang yang ia bisa. Di sampingnya, dia mencoba menjangkau sang ibu dengan kekuatan MESS air yang ia miliki. Namun, portal Lemyaku melesat jauh lebih cepat.
Sudah terlambat. Ini semua tak akan berhasil. Hanya sebuah keberuntungan yang bisa menyelamatkan ibu Makka. Pemilik mata biru itu hanya bisa saling menatap sekaligus berteriak. Keduanya menangis.
"Jangan!!!"
"Pergi! Teruslah hidup, Makka!"
"Hentikan!!!"
"Ibu ... menyayangimu—"
Lemyaku menggerakkan portal secepat kilat. Sebuah kepala jatuh menggelinding.
Ibu Makka tewas.
"IBU!"
Makka berteriak melolongkan suara yang sangat kencang. Air mata jatuh tak terbendung. Pemuda Arab itu mengamuk bagai orang kesetanan. Tak tertolong. Makka malah menyaksikan sang ibu dipenggal di depan mata. "Lemyaku—!"
Lemyaku kembali menggerakkan portal. Sepasang lengan terjatuh ke tanah.
Kedua lengan Makka terpotong habis.
" .... "
Dingin. Keheningan menyelimuti saat itu. Waktu tak mampu berjalan. Rasa sakit tak dapat dirasa. Hanya air mata. Cairan bening itu mengalir deras dari seorang pemuda yang putus asa. Dengan wajah hampa, dia tergelatak tak bersuara.
"Makka, hanya sampai sini."
Sekali lagi. Dia mendengar suara itu. Bukan. Bukan dari pria yang hendak memenggalnya. Suara yang ia dengar setahun lalu. Suara yang sama.
Suara sang orang tua. Terdengar kembali.
Makka, teruslah hidup!
Kami ... menyayangimu.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top