7.5 Final: cannot hide
DI ANTARA gedung-gedung yang dihantam tsunami, tiga orang MESS berlari tergopoh. Keringat pun membanjiri pelipis. Mereka menuju pusat A-Capital. Baek dan Jaghro akan melaksanakan masa depan yang dibacakan sang MESS waktu.
"Apakah Dinar akan baik-baik saja?" tanya Baek khawatir. Remaja Korea itu mendengar riuh keras dari tempat mereka beranjak. "Pertempuran sedang terjadi sekarang, kan?"
Tak ada jawaban. Iky enggan membuka mulut untuk remaja yang ada di sampingnya. Wanita berhijab itu terus berlari. Seperti menyimpan tatapan sedih, Iky tak sanggup bicara.
"Jelas pertempuran sedang terjadi, Baek," sahut Jaghro menjawab pertanyaan remaja Korea yang terdiamkan. "Kita hanya bisa berdoa agar kemenangan berada di pihak kita."
Baek tidak tahu harus berkata apa. Dia seakan tak mau percaya. Bulir keringat bercucuran semakin deras dari sekujur tubuh. MESS fasa itu tak menyangka pemberontakan akan berubah mengerikan seperti ini.
"Kuatkanlah dirimu, Baek!" ucap Jaghro menyambung perkataan. Pria Mesir itu menenangkan remaja yang saat ini berada dalam ketakutan. "Jika sekutu kita harus kehilangan nyawa, lebih baik kau mengkhawatirkan dirimu. Kau bisa bernasib sama, Baek."
Jaghro benar. Ini bukan saatnya untuk kembali dan menolong kawan. Hal itu tidak akan berguna. Para tentara A-Capital akan terus berdatangan, begitu pula dengan Konvergen dan Kaisar. Mereka akan menghujani para pemberontak dengan kesengsaraan. "Aku harap kau paham—!"
Sebuah suara berfrekuensi tinggi tiba-tiba mendengung dari gang yang tak jauh di depan. Ketiga MESS yang sedang menuju pusat A-Capital itu, mau tak mau menghentikan langkah. Mereka merasakan ada banyak langkah yang sedang berlari keluar dari tempat sempit.
"Apa itu?" tanya Baek waspada.
"Itu mereka," jawab Iky yakin. Wanita berhijab itu sudah tahu apa yang akan datang. "Tentara A-Capital dan ... Konvergen."
Baek dan Jaghro langsung bersiap untuk bertarung. Baek adalah orang yang paling hati-hati dalam memilih pergerakan. Dia tak mau banyak korban berjatuhan. "Jangan berpisah! Kita hadapi mereka bersama-sama!"
Seraya jantung berdebar kencang, ketiganya menunggu tentara A-Capital muncul di hadapan mereka. Suara larian adalah petunjuk yang mereka punya. Semakin keras. Tentara A-Capital akan segera keluar.
Sudah muncul.
"Mundurlah, ini bagianku!" seru Jaghro menyahut cepat. MESS mulut itu maju ke bagian paling depan. Dia akan mengeluarkan kekuatan.
Sebuah mulut menganga lebar menelan tentara A-Capital. Tepat sebelum para serdadu itu melepaskan tembakan, Jaghro berhasil menelan mereka semua. Namun, tidak seluruhnya. Masih menyisakan dua orang yang menghindar cepat, ketiga MESS ini sadar bahwa mereka adalah petarung yang tangguh. "Itu Konvergen!"
Baek mendekatkan diri kepada Jaghro. Remaja Korea itu hendak mengajak pria di depannya bertarung bersama. Namun, Iky melarang Baek.
"Jangan bertarung bersama!"
Remaja Korea itu seketika tersentak. Baek selalu mengira bahwa bertarung bersama akan lebih mudah. Itu yang dia lakukan saat keluar dari kampung halaman. "Apa yang kau katakan? Kita akan menjadi kuat—"
"Mereka juga akan menjadi lebih kuat!" sahut Iky memasang wajah yang mencoba memberikan pengertian. "Musuhmu ada dua orang. Apalagi mereka adalah Konvergen. Mereka akan lebih kuat jika bersama!"
Baek terdiam sejenak. Dia mulai paham maksud wanita yang ada di depannya. Aku terlalu takut untuk berkorban.
"Tidak apa. Kita pasti akan menang, Baek!" ucap Jaghro mengembangkan senyum percaya diri. Pria yang ada di samping Baek ini memberikan keyakinan kuat. "Pertarungan di pusat A-Capital masih harus dilakukan, kan? Iky harus pergi."
Baek mengangguk perlahan. Dia sudah tak ragu lagi. Dengan sekejap, remaja Korea itu berlari ke tempat dua orang Konvergen kabur. Nekat. Baek sudah tidak takut lagi. Dia akan menjadi orang pertama yang bertarung. "Iky, pergilah!"
Sebuah dinding tebal tiba-tiba muncul dari udara tipis. Baek memisahkan dua orang Konvergen di depannya. MESS fasa itu sekaligus memberikan jalan untuk Iky.
Ketika melihat Baek yang sangat bersemangat, Iky dan Jaghro pun tersenyum lebar. Mereka yakin akan memenangi kiamat ini. Tanpa perlu khawatir terlalu lama, Iky langsung melanjutkan perjalanan. Setelah meninggalkan Jaghro seorang diri, semua orang sudah siap untuk menghadapi takdir. Datanglah ke sini! Aku sudah siap—!
Sekumpulan sisik keras tiba-tiba melesat cepat ke arah Jaghro. Tangan kiri sampai terluka parah. Beruntung, dia langsung melompat ke dalam mulut yang ia munculkan di bawahnya.
Sial, aku tidak menduga mereka akan menyerangku secepat ini! seru Jaghro dalam batin. Di tengah kegelapan yang menyelimuti, dia mencoba membersihkan sisik keras yang menempel di kulit. Sampai meninggalkan banyak bekas luka, sisik-sisik emas itu membuat tusukan yang sangat dalam.
Jaghro pun berusaha diam. Pria Mesir itu hendak mendengarkan suara dari musuh. Hening. Jaghro tak mendengar apa pun. Suara sibakan air yang terbelah adalah satu-satunya kebisingan yang ia dengar. Apakah dia berenang?
Sadar bahwa dirinya tidak bisa terus sembunyi, pria berkulit coklat itu mencoba mengintip keluar dari mulut raksasa. Kosong. Jaghro tak melihat seorang pun. Benar saja, dia sedang berenang.
Jaghro menunggu beberapa lama, tapi tak ada kemajuan dalam pertarungan mereka. Keduanya sama-sama berada dalam mode bertahan. Aku tidak suka ini. Bedebah itu memaksaku keluar. Awas saja, kau akan membayarnya!
Dengan cepat, Jaghro keluar dari mulut raksasa. Dia menggerakkan mata ke segala penjuru. Netra hitamnya tak henti-henti ia gulirkan ke arah tanah yang dibanjiri tsunami. "Keluarlah! Jangan jadi pengecut—!"
Sekumpulan sisik tiba-tiba terlontar kembali. Kali ini, Jaghro sudah siap. Ia memunculkan belasan mulut di atas kulit. Mulut-mulut itu langsung menelan semua sisik yang diarahkan kepadanya.
Sekumpulan sisik juga keluar dari arah yang berbeda. Jaghro yang tak menduga serangan itu harus menerima banyak luka di tubuh. Seraya mengerang penuh sakit, pria Mesir itu melompat kembali ke mulut raksasa di bawahnya.
"Sakit!" rintih Jaghro mencoba melepas sisik-sisik keras yang bersarang di bagian kanan tubuh. Wajah, leher, lengan, dan kaki Jaghro mengalami luka parah. Darah mengucur deras dari tiap bekas luka. Bagaimana aku bisa mengakhiri pertarungan ini?
Jaghro mulai memutar otak. Dia berpikir, dirinya harus sembunyi. Pria Mesir itu harus berusaha untuk menyerang musuh tanpa terlihat. Aku akan berpindah tempat dari mulut-mulut raksasaku.
Jaghro mulai keluar dari tempat-tempat yang berbeda: di balik jembatan, di belakang gedung, dan di tengah pertokoan. MESS mulut itu mencoba keluar dari beragam lokasi. Sayang, Jaghro terus mendapatkan lemparan sisik-sisik keras.
Sampai ketika pria Mesir itu mencapai puncak kesabaran, Jaghro keluar tanpa bersembunyi lagi. "Sudah cukup! Aku akan menghadapimu, Pengecut!"
Seketika saja, Jaghro mendengar suara kencang dari dalam air. "Begitu dong! Kau memang tak akan sanggup untuk bersembunyi dariku."
Apakah dia seekor lumba-lumba yang bisa menggunakan sonar? Jaghro menebak sebelum mengambil keputusan. Namun, sejak kapan lumba-lumba memiliki sisik—
Sontak memutus pikiran Jaghro, sisik-sisik itu kembali beterbangan. Pria Mesir ini dibuat repot karenanya. Dia mencoba menelan semua sisik dengan mulut-mulut. Namun, masih belum cukup. Lemparan sisik-sisik emas ini tak ada habisnya.
"Sudah cukup! Akan kuakhiri ini!" amuk Jaghro membiarkan darah mengucur semakin deras dari luka-luka.
"Wahai pemilik perbendaharaan yang tak terbatas, izinkan aku untuk meminum habis air ini!"
Sebuah mulut selebar gedung sepuluh lantai tiba-tiba terbuka di dasar lautan tsunami. Terus menghisap kencang, sebuah pusaran air terbentuk hebat.
Hingga menghentikan lemparan sisik-sisik keras sebelumnya, makhluk ikan itu terbawa masuk ke pusaran air. Jaghro tersenyum lebar melihatnya. Makka, aku berhasil! Kau harus melihatku—!
Seekor ikan besar tiba-tiba melompat keluar. Ikan itu mendorong Jaghro hingga tercebur ke dalam air tsunami. MESS mulut itu pun menutup mulut raksasa yang menyedot masuk air tsunami. Dia tak mau terseret juga ke dalam sana.
Gagal.
Makhluk yang Jaghro kira lumba-lumba itu ternyata mengeluarkan seluruh kekuatan untuk melawan pusaran air. Dia menyerang sang MESS mulut sampai masuk ke dalam air. Itu adalah wilayah terkuatnya.
Jaghro pun terperanjat. Di dalam sana, dia merasakan arus tsunami menariknya kencang. Namun, jangan salah. Hal yang membuat mata Jaghro sampai terbelalak lebar bukanlah itu. MESS mulut ini melihat wujud mengerikan dari makhluk yang menyerangnya.
Seekor siluman ikan yang buruk berupa.
Makhluk itu memiliki tubuh lumba-lumba. Dia memiliki gigi tajam seperti hiu. Sisik keras menutupi kulit, dan berwarna emas mengilau. Ikan itu bagai monster di antara makhluk laut lain.
Dengan senyum lebar, dia mengancam Jaghro. "Akhirnya, aku menampakkan wujudku! Perkenalkan, aku adalah sang Gold Fish!"
Ketika mendengar nama Gold Fish, Jaghro mulai tenggelam dalam kepanikan. Pria Mesir itu tahu Gold Fish tidak bisa dilukai sebab sisik emas yang menyelimuti. Kulit keras itu tak bisa ditembus. Tidak ada cara lain, Gold Fish harus ditelan.
Masih tenggelam di dalam tsunami deras, Jaghro sudah memiliki rencana. Namun, dirinya tak yakin saat melihat Gold Fish mulai berenang mendekatinya. Ikan itu sangat cepat.
Jaghro langsung memikirkan segala rencana yang ada di otak. Sampai secara tak sengaja, dia mengingat hal yang sangat gila. Perkataan yang tadi ia ucap, Ini bukan soal senyuman. Tak peduli siapa yang harus mati, itu tak penting. Kini, hal yang terpenting adalah ... kemenangan.
Jaghro membuka mulut raksasa yang menelan laut sekali lagi. Arus pun mulai berbalik. Dengan deras, air tsunami masuk ke dalam rongga mulut yang berukuran raksasa.
Gold Fish secara mendadak tak bisa bergerak maju. Dia sekali lagi tertarik ke belakang. Namun, ikan itu akan mengeluarkan tenaga terbesarnya. MESS ikan itu akan menyambar Jaghro yang sudah terbawa arus. "Matilah kau!"
Sial, Gold Fish akan meluncur lagi! Seru Jaghro panik. Gold Fish sudah mengambil ancang-ancang, sementara pria Mesir ini tak bisa berenang maju. Aku harus menang!
Gold Fish melesat kencang ke arah Jaghro. Kurang dari sedetik, Jaghro akan tamat. "Sudah berakhir—!"
Langsung terbelah dua, sebuah rongga mulut raksasa tiba-tiba keluar secara vertikal, lalu menggigit kepala Gold Fish. Mulut itu keluar dari tubuh Jaghro seakan membelah dua badan. Sangat cepat. Sampai MESS ikan yang digigit tadi tak sadar, kepalanya sudah terlepas.
Jaghro menang.
Air tiba-tiba berubah menjadi merah. Jasad ikan tak berkepala itu mengeluarkan banyak darah. Sontak menggeliat hebat, nyawa mulai keluar dari ikan aneh itu. Sangat keras. Gold Fish tewas ditelan kelicikan sendiri.
Sudah berakhir. Jaghro kembali menyatukan badan. Mulut vertikal itu lenyap. Jaghro dapat tersenyum riang, tapi dia harus cepat kembali ke permukaan. Aku mulai kehabisan napas—!
Sebuah mobil yang terbawa arus tiba-tiba menghantam kepala Jaghro amat kencang. Seketika tak sadarkan diri, Jaghro tidak bisa bergerak.
Dengan napas yang mulai habis, tubuh Jaghro terus tenggelam ke dasar air. Aku tak bisa mengubah masa depan.
Dirinya sendiri tak menyangka mengapa malah menjadi seperti ini. Jaghro akan berakhir. Aku sudah menang padahal.
Berangsur meninggalkan para suku bertempur melawan tentara A-Capital, pria Mesir itu semakin kehilangan kesadaran. Makka kau harus melihatnya!
Tak ada jawaban. Tubuh Jaghro terus tenggelam ke dalam air dingin.
Ah! Aku tak peduli lagi.
Aku sudah menepati janjiku.
Karena itu ... menanglah ..., Rajaku ....
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top