7.4 Final: creeping creature
RIBUAN raksasa batu berlari mengguncang bumi ke arah barat. Mereka bergegas menuju pulau terbang yang tak lama telah mendarat. Sebelum kekuatan sang MESS arsitek menghilang, pemberontak selatan harus menginjakkan kaki di atas pulau itu.
"Sudah sampai!" ucap salah seorang pasukan yang ada di baris terdepan. Di sana, pemberontak barat berbanjar bagai tentara Romawi. Banyak. Pemberontak selatan sampai girang melihat jumlahnya. "Kemenangan semakin jelas di hadapan kita!"
Orang-orang yang bertengger di atas ribuan raksasa batu bersorak riuh. Semakin mereka mendekat dengan pulau terbang, bertambah keras teriakannya.
Hingga raksasa batu yang mengangkat mereka mencapai daratan SEA, pemberontak selatan bergegas berlari kencang bergabung dengan pemberontak barat. Mereka bersatu menjadi satu komuni. Keduanya menjadi sebuah pasukan besar.
"Kalian pemberontak selatan, mengapa ada di sini?" tanya seorang wanita berambut sebahu kepada pemberontak selatan yang berlari mendekat. Wanita itu adalah Dinar. Dia berdiri di barisan depan di antara pasukan barat. Di sebelahnya, ada Baek dan Jaghro yang sama bersiap.
"Pemimpin kami sudah habis. Mereka melawan pemimpin A-Capital," jawab salah seorang pemberontak selatan terengah-engah.
Ketiga pemimpin pemberontak barat itu tercekat hebat. Mereka sadar, pemimpin pemberontak selatan hanyalah dua orang anak kecil, Deli dan Aqso. Baek yang sangat paham mengenai kerapuhan seorang anak-anak, sontak berjingkat. "Mereka dalam bahaya! Selamatkan keduanya!"
Baek dan Jaghro pun mengambil langkah maju, tapi seorang gadis menghentikan keduanya. "Mereka akan menyelesaikan tugasnya!"
Gadis yang mencegah Baek dan Jaghro itu datang mendekat. Itu tadi bukan Dinar, melainkan Iky. MESS waktu itu menghentikan kedua laki-laki di depannya untuk menolong Deli dan Aqso.
"Kenapa kau menghentikan mereka?" tanya Dinar heran. Wanita berdarah Melayu itu sadar, kedua anak yatim tersebut dalam bahaya, tapi melihat tatapan Iky, Dinar paham. "Kau habis melihat masa depan?"
Iky mengangguk tanpa ada suara. Mengerikan. Masa depan apa yang dilihat oleh MESS waktu itu sampai mencegah Baek dan Jaghro untuk membantu kedua anak yatim yang ada di ujung maut?
"Apa yang kaulihat?" tanya Dinar bersuara yang mulai bergetar. Ketika melihat sorot mata tegang dari tatapan seorang MESS waktu, itu bukan kabar baik. "Apakah masa depan mencegah kita untuk membiarkan dua anak yatim mati? Tanpa ada pertolongan!"
Iky masih terdiam. Dengan tatapan sama, dia masih memiliki sorot mata tegang. Gadis berhijab itu syok. Masa depan yang dilihatnya sangat mengerikan. "Aku tidak bisa memberitahukan masa depan yang kulihat kepadamu—"
"Kenapa?" sahut Dinar bernada mulai ketakutan.
"Masa depan akan berubah," jawab Iky memasang raut wajah sama takut. Kali ini, gadis berdarah Persia itu memandang semua orang saat berbicara. Sembari memperlihatkan ketakutan yang ada di wajah, semua orang akhirnya berangsur paham. "Aku sudah melihat jalan terbaik untuk mendapatkan kemenangan!"
Semua orang di depan Iky terkejut mendengar perkataan Iky. Dia sudah tahu. MESS waktu itu seakan menjadi kunci yang bisa membuka semua gembok. Menakutkan. Beruntunglah Iky ada di pihak pemberontak.
"Baek dan Jaghro, kalian berdua harus ke pusat A-Capital bersamaku. Tempat kita bertarung bukan di sini. SEA adalah tempat Dinar.
"Pertempuran para tentara dan pemberontak akan terjadi di sini, SEA. Tsunami tidak mencapai tempat ini. Selain itu, semua pemberontak berkumpul di sini. Pemberontak dari Ming, Turok, Efrat, SEA, Negeri Jonah, Uro, dan Hispan. Mereka semua ada di sini. Mereka adalah lawan yang seimbang dengan tentara A-Capital.
"Jadi, ayo kita pergi! Dinar tidak boleh diganggu di sini!" ujar Iky sangat detail. MESS waktu itu memberi tahu hal yang bisa ia katakan.
Tanpa menunggu waktu lama, Baek dan Jaghro mengangguk. Keduanya akan pergi dari SEA bersama Iky. Meski meninggalkan sang MESS penari memimpin seluruh pemberontak seorang diri, ini adalah jalan terbaik.
Kematian mungkin saja menjadi bayaran, tapi mereka rida.
"Berhati-hatilah! Semoga kemenangan berada di pihak kalian!" ucap Dinar kepada ketiga orang yang akan meninggalkannya.
"Semoga kemenangan berada di pihak semua orang!" balas Iky mengguratkan senyum hangat kepada sang sahabat.
Kedua sahabat itu berpisah.
Dinar akan tetap di SEA. Dia menunggu takdir. Sementara sang sahabat harus memenuhi tugas ke pusat A-Capital. Bersama Baek dan Jaghro, mereka akan menjemput kemenangan. "Aku tidak tahu masa depan apa yang kau lihat."
Jika itu kematian, aku akan pulang tersenyum. Aku janji.
***
SEIRING sang sahabat pergi menjauh, senyum Dinar perlahan memudar. Wanita berdarah Melayu itu harus bersiap untuk memimpin pasukan pemberontak.
Tak terasa, seluruh pemberontak selatan sudah naik ke atas SEA. Sangat beruntung. Namun, seluruh pemberontak dikejutkan pemandangan yang muncul setelahnya: ribuan raksasa batu yang mengantarkan mereka tiba-tiba runtuh.
Apa yang telah terjadi? Jangan-jangan Deli ..., batin Dinar bergejolak hebat. Perkiraan mungkin benar. Iky melihat hal terburuk yang bisa wanita berambut hitam itu bayangkan: sebuah kematian.
"Aqso! Apakah dia sudah kembali?" tanya Dinar ke salah satu seorang pemberontak selatan. Mereka pun hanya menggeleng. Aqso belum kembali sejak tadi. Sial! Jangan-jangan Aqso juga! Ya Tuhan, lindungi kedua anak itu!
Dinar semakin tenggelam dalam kekhawatiran. Meski dirinya berpeluang bernasib sama, dia tak peduli. Kedua anak itu lebih berharga darinya. Mereka adalah masa depan. Kalian tidak boleh mati—!
Sebuah tembakan dahsyat diarahkan ke pasukan pemberontak. Sampai membuat para pemberontak bergelimpangan bersimbah darah, mereka langsung menyiapkan senjata mereka.
Tentara A-Capital sudah datang.
Dinar tanpa pikir panjang langsung mengeluarkan kekuatan MESS penari. Dia hendak menghancurkan seluruh pasukan. Namun, wanita berdarah Melayu itu tiba-tiba dihentikan oleh seseorang yang berdiri di bagian terdepan tentara A-Capital. "Cukup! Ini semua tak adil!"
Orang yang ada di barisan terdepan tentara A-Capital itu mulai berjalan mendekat. Wajahnya perlahan terlihat jelas. Dia adalah seorang wanita, dan Dinar mengenalnya.
Kulit gelap. Rambut keriting. Tubuh seksi. Itu jelas dia, Black Mamba.
Dinar pun terperanjat kaget. Ketika melihat seorang anggota Konvergen datang mendekat, wanita berdarah Melayu itu tak dapat berkata-kata. Black Mamba maju dengan percaya diri. Tubuhnya melenggak-lenggok membuat semua mata terpana. "Aku ingin meminta keadilan kepadamu!"
Wanita seksi itu menawarkan sesuatu kepada Dinar. Ia bilang, ini soal keadilan. "Manusia akan bertempur dengan manusia! MESS hanya boleh bertempur dengan MESS! Kau dan aku! Kita akan bertarung di hadapan pasukan kita! Tak ada yang boleh berhenti hingga kematian menjemput salah satu dari kita!"
Sebuah duel.
Black Mamba menawarkan pertarungan pembuka. Dinar menganggap ini adalah kesempatan untuk melindungi para pemberontak. Nyawa yang melayang akan semakin berkurang. "Baik, aku terima!"
Dinar langsung mengambil langkah maju yakin. Sementara Black Mamba tetap berdiri di tempat semula. Dua wanita itu akan bertarung. Di hadapan para pasukan, mereka akan menunjukkan siapa wanita yang pantas untuk menjadi pemimpin!
Mulai!
Black Mamba langsung berubah menjadi wujud ular raksasa, sementara Dinar seketika melakukan beberapa tarian.
Puluhan tebing batu bermunculan untuk menusuk makhluk melata di depannya. Namun, Black Mamba dengan lincah menghindari semua. Liukkannya sangat lihai, begitu pula dengan pergerakan yang ia miliki. Black Mamba tak terhentikan. Jarak kedua wanita itu pun semakin dekat.
Sang wanita ular semakin percaya diri. Ia terus mempercepat langkah. Hingga jarak sudah menipis, Black Mamba bersiap mematuk Dinar. "Sudah selesai—!"
Dua buah tebing tiba-tiba muncul menghentikan serangan sang ular hitam. Dinar sengaja memancing Black Mamba sampai lengah. Ular itu pun terjebak hingga MESS penari di depannya bisa mengakhiri pertarungan.
Dinar berjalan mendekat sembari meneruskan tarian. Sebentar lagi, wanita berdarah Melayu itu akan memutus kepala makhluk melata di depannya. Pasukan pemberontak pun bersorak riuh.
Pasukan pemberontak sangat yakin kemenangan ada di pihak mereka. Sayang, sorakan keras itu harus terhenti—!
Sebuah tembakan keluar mengenai Dinar. Black Mamba menyimpan sebuah senapan di perut. Beruntung, wanita berdarah Melayu itu masih bisa mengelak. Tembakan itu pun mengenai lengan kiri.
Hampir saja! Dinar berseru dalam batin seraya memasang wajah bersyukur. Beruntung, bagian yang harus mengeluarkan darah hanyalah lengan kiri, bukan bagian vital. Meski tak bisa digerakkan, Dinar masih yakin bisa mengalahkan wanita ular di depannya.
"Apakah kau sudah siap menghadapi kematian?" tanya Black Mamba melontarkan tawa sombong.
"Seonggok peluru tidak cukup untuk membunuhku!" balas Dinar tanpa rasa gentar.
"Kau yakin itu hanyalah seonggok peluru?" jawab MESS ular itu meneruskan tawa cekikikan.
Seketika, Dinar merasa ganjil. Badannya lemas. Tubuhnya sekejap gemetar hebat. Rasa meriang menyelimuti seluruh badan. Saat wanita berambut sebahu itu melihat luka bekas peluru, dia melihat permukaan kulit meradang merah. Dinar pun menyadari sesuatu.
Ada racun di peluru Black Mamba.
"Hahahaha! Kau sebentar lagi akan mati, Kutu Buku!" teriak Black Mamba keras. Siluman ular itu perlahan bisa melepaskan diri dari tebing yang mengimpit. Konsentrasi Dinar mulai hilang, begitu pula dengan kekuatannya.
Tidak, aku akan kalah! Dinar membatin takut. Dia berusaha bergerak, tapi tubuhnya tak mampu. Dia hanya melihat para pasukan pemberontak dengan tatapan maaf. Aku sudah mengecewakan kalian!
Berbeda.
Pasukan pemberontak malah berteriak penuh semangat. "Bangkitlah, Dinar!"
Para pasukan pemberontak tiba-tiba mengentakkan kaki serempak. Diawali dari prajurit SEA, kemudian menjalar ke semua pasukan pemberontak. Suara entak kaki itu semakin mengeras. Suatu irama. Dinar bisa mendengar dentuman mengalir ke sekujur tubuh.
Bagaimana mungkin ... aku bisa bergerak kembali! Aku ... ingat!
"Aku adalah MESS! Namun, aku juga seorang penari!"
Dinar berteriak sekencang yang ia bisa. Badannya mulai bergerak mengikuti entak kaki para pasukan pemberontak.
Sebuah guncangan raksasa dirasakan seluruh penjuru A-Capital. Dinar mengeluarkan tarian terhebat.
Tubuhnya terus ia gerakkan lihai. Tiap liukannya gemulai, tapi bertenaga. Meski kesadaran mulai menghilang, entak kaki para pemberontak tak dapat menghentikannya menari. "Ini adalah diriku!"
Black Mamba mulai kehilangan pijakan. Gempa raksasa yang Dinar buat, mengguncang seluruh tempat. Tentara A-Capital pun tercerai berai dalam kepanikan. Sementara itu, para pemberontak tetap bersatu, terus mengentak! Mereka akan membantu Dinar untuk menang!
"Menanglah, Dinar!"
MESS penari itu semakin menggila. Gerakannya bertambah cepat. Guncangan bumi juga semakin dahsyat. Gedung-gedung mulai roboh. Dinar tidak akan berhenti sebelum membunuh Black Mamba.
Hingga secara tak sadar, Dinar tiba-tiba melompat menaiki punggung siluman ular yang ada di depannya. Ia mencekik leher ular itu sekencang simpul mati. Meski wajahnya mulai pucat, Dinar tak peduli.
"Kau tahu, apa yang membedakanku dengan dirimu, Wanita Jalang?" bisik Dinar penuh amarah. Tangan kanan mulai ia masukkan ke dalam mulut Black Mamba. Wanita berdarah Melayu itu mencari sesuatu.
"Kau bodoh! Kau malah bunuh diri dengan memasukkan tanganmu ke dalam tubuhku yang penuh racun!" teriak Black Mamba dengan mulut yang dimasuki tangan Dinar.
"Hebat sekali, kau dapat berbicara dengan mulut yang dipenuhi oleh sebuah tangan! Pantas aku tak segan memanggilmu wanita jalang!" lanjut Dinar bernada penuh dendam. "Ini adalah perbedaanku denganmu! Kau itu sangat bodoh! Sudah berapa pria yang kau tiduri, hah? Otakmu pasti sudah rusak karena dosa besar yang kau lakukan!"
Dinar terus memasukkan tangan. Dia mulai berhenti ketika menemukan benda yang ia cari. Sebuah belati tajam. "Aku akan mengirimmu ke neraka, Wanita Jalang!"
Dinar langsung menggorok leher Black Mamba. Dengan darah yang menciprat keluar, tubuh wanita ular itu bergejolak hebat bagai disengat listrik. Black Mamba pun menghadapi ajal.
Dengan mata melotot dan lidah menjulur keluar, Black Mamba mulai kehabisan napas. Siksaan keras mendera dirinya sebab dosa besar yang ia lakukan. Sudah selesai.
Black Mamba sudah mati.
Pasukan pemberontak berteriak kencang. Mereka merayakan kemenangan pemimpin mereka. Namun, tak lama, riuh mereka berhenti.
Dinar tiba-tiba terjatuh. Tubuhnya sudah tak kuat menahan racun Black Mamba.
Ketika melihat Dinar yang semakin melemah, tentara A-Capital mulai menyerang maju. Pasukan pemberontak pun ikut mengimbanginya.
Suara tembakan berdesingan. Ledakan menggema berkali-kali. Kepulan asap membumbung tinggi. Pertempuran sudah dimulai.
Di tengah medan yang kacau itu, Dinar terkulai tak berdaya. Matanya mulai menjadi kelabu, begitu pula dengan kulit. Dengan napas yang tersisa, ia mencoba melihat langit biru untuk terakhir kali sebelum asap hitam menutupi semua.
Inikah masa depanku?
Benar, ini semua sudah selesai.
Aku ... bahagia.
Setidaknya, aku bisa pergi untuk rajaku ....
Makka ... aku percaya kepadamu ....
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top