4.4 SEA: the hum of resurrection
HENTIKAN! Mengambil kehidupan makhluk tak bersalah adalah dosa besar! Neraka akan membakarmu dalam keabadian!"
Inoe berteriak kepada pria yang memojokkannya. Laki-laki bermata perak itu berada di ujung gang kota. Sampai berakhir terhalang dinding tinggi yang menjulang ke langit, langkah Inoe harus terhenti. Bangunan terbesar di seluruh SEA tepat menjulang di depannya.
"Kau akan berakhir di sana," kata pria yang memojokkan Inoe bernada horor. Pria berambut putih itu menikmati kengerian laki-laki yang ada di depannya. Agar semakin puas, Romanov pun berjalan maju seraya mengguratkan seringai yang menyeramkan. "Konvergen akan menghapusmu."
Konvergen. Nama yang payah. Bahkan, sangat kaku. Namun, setelah mendengar nama itu, Inoe malah membelalakkan mata. Laki-laki bernetra perak ini tak percaya. Mimpi buruk cold sea ada di sini.
Sejak pembantaian setahun lalu, negara-negara di cold sea mengekor ke A-Capital. Berkat ideologi dari Lemyaku, MESS benar-benar punah dari tempat itu. Tundra, A-Capital, Hispan, dan Uro. Keempat benua ini sudah terbebas dari MESS. Siapa yang melakukan pembersihan itu? Mereka adalah Konvergen.
"Aku pemimpin Konvergen," ungkap Romanov bangga. Ada dendam tertanam di hati. Tentang ketidakadilan, pria berambut putih itu selalu bertanya pada diri sendiri. MESS bukanlah pemilik bumi. Manusialah tuannya. "Mengapa kalian harus lebih perkasa daripada kami?"
Romanov berlagak sedih saat berbicara. Pria paruh baya ini sungguh piawai dalam memainkan perasaan. Dirinya sampai membuat laki-laki di depan semakin tenggelam dalam kengerian.
"Aku menjunjung tinggi kehidupan," balas Inoe membantah pria yang ada di depannya. Laki-laki ini masih bisa memikirkan kehidupan. Padahal, nyawanya sendiri sedang terancam untuk meninggalkan raga. "Aku tidak ingin melawanmu. Pergilah!"
Romanov masih tak peduli. Pria yang berpakaian serba hitam itu masih terus memajukan langkah. Senyum-yang-haus-darah masih terukir di wajah. Sesekali, pria berjanggut putih itu memiringkan kepala. Romanov berusaha menekan mangsa yang sudah ia incar.
Hingga ketika jarak keduanya hanya berbeda sepuluh meter, Romanov mengeluarkan sebuah pistol dari selipan pinggang. Benda hitam itu sudah ia pegang di tangan kanan. Tinggal menarik pelatuk, tugasnya akan selesai.
Mata perak Inoe pun semakin dipadati ketakutan. Laki-laki berambut pirang itu enggan berurusan dengan kematian. Bukan. Inoe tidak takut tentang kematian dirinya. Dia takut kepada kematian Romanov. "Aku sudah memperingatkanmu."
Ya Tuhan, ampuni jiwa yang berdosa ini! pinta Inoe dalam batin. Laki-laki itu enggan melakukan pembunuhan. Dirinya sangat takut. Tak terasa, air mata sampai keluar dari mata peraknya.
"Tidak perlu mengeluarkan air mata buaya!" seru Romanov tanpa mengiba. Pria itu meringis lebar. Mulut pistolnya semakin tepat ke arah sasaran di depan. Romanov tak sadar sudah termakan halusinasi tumpukan uang yang akan ia dapat. Inoe akan memberikanku 700 ribu dolar. Sementara MESS penari akan memberikanku 500 ribu dolar. Aku sangat beruntung!
Bersama pistol yang naik tepat ke depan muka, langit tiba-tiba berganti mendung. Kegelapan perlahan menyelimuti atmosfer SEA. Seakan mimpi buruk akan tiba, awan-awan di angkasa berjejer untuk menyambutnya. "Sudah berakhir—!"
Romanov terpelanting jauh ke gedung yang ada di belakang. Dirinya didorong oleh entitas tak terlihat. Pria itu seakan dicengkeram oleh tangan raksasa. Padahal, di hadapannya hanya ada udara tipis.
Inoe sudah bersungguh-sungguh. MESS gaib itu mengeluarkan kekuatannya.
"Penghuni samudra yang melayang nan tenggelam, aku memohon amukanmu."
Keheningan seketika menyelimuti SEA. Bersama kegelapan mendung, angin dingin mulai berembus menuju kepulauan tropis ini. Mata perak Inoe berangsur mengilat. Wajahnya berubah marah. Berbeda dari sebelumnya, laki-laki itu mengamuk hebat.
"Bangkit!"
Teriakan bersahutan di seluruh penjuru SEA. Kepulauan yang tadinya diam berubah menjadi tempat penuh raungan. Semua kepala yang ada di sana sudah dirasuki. Inoe sungguh mengeluarkan kekuasaan gaib.
Permainan selesai.
Matilah kau dimakan kaummu sendiri!
***
SUARA apa itu?!"
Taiga yang terkurung di dalam kubah tanah, berucap penuh waspada. Tinju kuat yang ia daratkan ke tumpukan tanah, terhenti sesaat. MESS otot itu mendengar teriakan dari segala penjuru.
Dinar yang sedari tadi meneruskan usahanya untuk melindungi Taiga, akhirnya mulai berbicara. Kewaspadaan MESS otot itu membawa kesempatan baginya, peluang untuk memberikan penjelasan yang harus ia katakan.
"Itu adalah kekuatan kekasihku, Inoe," jawab Dinar serius. Air mata sudah terhenti dari pelupuk. Wanita berambut sebahu itu benar-benar kepayahan menahan Taiga untuk keluar dari kubah. "Inoe sama kuatnya sepertimu, Taiga. Tidak perlu khawatir."
Ketika mendengar jawaban Dinar, laki-laki yang sedari tadi menghantam keras kubah tanah di sekitar, sontak terdiam. Taiga menyadari Inoe tidak mungkin selamat dari pembantaian setahun lalu jika dirinya bukan MESS yang tangguh. Seorang MESS kelas 2, manipulasi fungsi tubuh untuk melawan semesta.
"Dia sama sepertiku," ucap Taiga yang tenggelam dalam keterkejutan. Mata hijaunya terbelalak lebar. Badannya ia dudukkan ke tanah, lalu berusaha merenung. "Betapa bodohnya aku."
Dinar yang melihat laki-laki di hadapannya terduduk lemas, mulai mendekatkan diri. Keberanian sudah muncul di dalam hati. Wanita berambut hitam itu harus meluruskan paradigma Taiga, dan dia pun berujar,
"Beruntung kebodohanmu tidak menyeret semakin jauh. Mementingkan hasrat pribadi adalah kesalahan besar.
"Pengorbanan adalah juru selamat bagi orang-orang lemah. Mimpi, cita-cita, dan cinta, kita tidak berhak memilikinya. Berbeda dengan Makka dan Iky. Mereka adalah keturunan Jibril, para kelas 1. Mereka berhak atas segalanya di dunia ini.
"Jika aku harus melepas cintaku, aku ikhlas. Pengorbanan Inoe setidaknya akan menyelamatkanmu dan aku. Kehilangan satu orang lebih baik daripada kehilangan semuanya.
"Aku harap kau mengerti."
Laki-laki yang duduk termenung itu kini menatap tanah di bawah. Sampai tidak mengeluarkan sepatah kata, Taiga hanya terdiam. Setelah mendengar penjelasan panjang dari Dinar, laki-laki berambut coklat keemasan itu merasa janggal, bahkan tidak terima.
"Kau salah," ucap Taiga melontarkan sanggahan bernada berat.
Laki-laki dari A-Capital itu kini mengangkat kepala. Kedua mata hijaunya ia tatapkan kepada Dinar tajam-tajam. Bibir merahnya terangkat sedikit. Taiga menertawakan penjelasan wanita yang mengurungnya ini.
"Aku mungkin bodoh, tapi aku bukan seorang pengecut!
"Aku akui, kehilangan satu kepala lebih baik daripada kehilangan tiga kepala. Namun, kau salah. Kau tidak tepat mengira. Jadi, dengarkan aku!
"Jika ada satu kepala yang hilang, aku memilih kepalaku.
"Aku tidak akan bisa hidup kalau kepala yang hilang adalah milik orang yang aku sayang. Itu artinya, aku jahat. Aku pengecut.
"Aku harap kau mengerti."
Taiga balik berujar kepada wanita di depannya. Dia berkata tanpa ragu. Sangat yakin, MESS otot itu lebih mengerti arti dari pengorbanan.
Dinar pun membeku kaku. Mata hitamnya terbelalak. Wanita lulusan kedokteran itu hanya bisa menelan ludah sendiri. Malu. Dinar benar-benar ditampar oleh Taiga. Jadi, inikah penyebab kesedihanku selama ini?
Air mata tak terasa keluar dari netra hitamnya. Sebagai seseorang yang terpelajar, Dinar malu atas perkataan yang sudah ia lontarkan. Taiga tidak bodoh. Dirinyalah yang bodoh karena berani berujar seperti itu. "Aku orang jahat."
Wanita itu langsung berlutut lemas. Air mata turun semakin deras. Dinar sadar, sudah berapa banyak dosa yang ia lakukan, termasuk semua kehilangan yang menghantuinya disebabkan diri sendiri. "Aku bodoh."
"Belum," sahut Taiga sekejap. Dia malah menatap Dinar penuh maaf. Senyuman lebar terukir di bibir. Taiga mengulurkan lengan kekarnya ke hadapan wanita yang menangis di depan. "Masih ada waktu. Perbaikilah!"
Air mata pun terhenti dari pelupuk wanita berdarah Melayu itu. Dinar teringat dengan perkataan sang kekasih dulu. Inoe benar. Laki-laki yang selalu tersenyum itu nyalinya abadi. Seperti Taiga, dia akan mengatakan hal yang sama.
Perbaikilah!
Dinar pun tersenyum cerah. Wanita berambut hitam itu akhirnya memiliki tatapan yang sama dengan Taiga, sorot tajam penuh keyakinan, yang tak akan gemetar.
Aku akan berkorban untukmu.
***
TAIGA sudah melaksanakan tugas," ucap Iky kepada pemuda yang berlari bersamanya. Keduanya beriringan cepat untuk menuju tempat semua teriakan bermula, gedung para Konvergen.
"Laki-laki bodoh itu memangnya sudah melakukan apa?" tanya Makka, membalas perkataan Iky. Dia masih belum mengerti dengan tugas yang harus dilaksanakan oleh sang teman. "Taiga berhasil melakukan apa?"
"MESS otot itu berhasil memperbaiki Dinar," jawab Iky, menorehkan senyuman lega. Gadis berhijab itu semakin membuat Makka bertanya-tanya. Sepertinya, Iky belum memberitahukan semua penglihatan kepada Makka.
Meski teriakan bersahutan dari seluruh penjuru SEA, Makka tidak peduli. Dia masih bertanya. Apa maksud dari kejadian ini? Inoe. Bisikan itu. Masa depan. Apa yang akan terjadi?
Iky hanya bisa tersenyum masam. Penjelasan panjang tidaklah tepat di waktu mencekam seperti ini. Gadis berhijab itu memutuskan diam hingga dia mendengar suara tembakan dari kejauhan—!
Sebuah lontaran peluru menggelegar dari arah yang sedang Makka dan Iky tuju. Gedung kelabu di utara SEA.
Aku terlambat! seru Iky dalam batin. Wajahnya berubah panik. Keringat mengucur dari kulit. MESS waktu itu tidak bisa menyembunyikan kegelisahan. Hingga dirinya memutuskan memberikan penjelasan lebar kepada Makka,
"Makka, dengarkan aku!
"Hari ini, para Kaisar akan datang ke SEA. Kepulauan ini akan musnah jika tiga orang biadab itu datang ke sini. Karena itu, Dinar akan menerbangkan pulau ini. Dia akan menyembunyikan pulau ini dari Kaisar. Tapi, dirinya terlalu takut. Karena itu, Taiga harus menguatkannya.
"Taiga berhasil.
"Sekarang, tinggal masalah yang lain. Orang yang dihadapi Inoe. Dia adalah Romanov, gurumu."
Seketika, mata biru Makka terbelalak lebar. Keringat mulai mengalir dari pelipis. Pemuda Arab itu paham betul seberapa tangguh pria paruh baya itu. "Dia ... mengapa ada di sini?"
Iky terdiam sejenak. Gadis berhijab itu memikirkan kalimat yang cocok untuk masalah yang dihadapi Makka hingga ia berani berkata,
"Romanov itu anjing presiden Lemyaku. Sebagai ketua Konvergen, Romanov tidak akan ragu menghabisi Inoe. Bahkan, semua MESS yang tersisa. Itu semua mungkin terjadi. Dia sudah menghabiskan lima puluh tahun usianya untuk menyegel MESS-02, Quartz. Jadi, Inoe benar-benar dalam bahaya.
"Inoe tidak bisa mengalahkan Romanov, tapi kau bisa, Makka.
"Kau harus mengalahkannya."
Makka pun tercekat hebat. Dia menelan ludah kuat-kuat. Tak menyangka dirinya harus mengambil nyawa sang guru, apakah Makka mampu? MESS air itu ragu. Namun, masa depan sudah dibacakan.
Suara tembakan yang sudah ia dengar adalah pertanda yang pertama. Masa depan sudah dimulai. Inoe benar-benar dalam bahaya. Kedua keturunan Jibril itu pun mempercepat langkah. Mereka berharap masa depan tak membohongi keduanya.
Tidak ada yang tahu hingga pertanda kedua mulai terdengar. Guncangan hebat. Kepulauan SEA akan terangkat ke angkasa. Hingga saat itu terjadi, Makka harus menyelesaikan tugas.
Mengalahkan sang guru.
Aku siap.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top